Chapter 8

243 33 28
                                    

***

***

***

Kau tahu, ada suatu alasan dalam kefrustrasian ini

***

***

***

Kunang-kunang beterbangan tak tentu arah menjadi pembantu bulan baru yang hidup kembali untuk menerangi malam. Beribu-ribu bintang tersebar di langit gelap, tak ada awan malam yang menutupi. Pepohonan yang mulai meranggas tak membuat atmosfer di sana berbeda dengan saat sebelum musim gugur tiba, sama gelapnya meskipun langit terlihat lebih jelas tanpa dedaunan dan ranting yang menutupi atap hutan.

"Sampai kapan kami harus menahan diri?! Sampai bangsa kami musnah?!"

Para penghuni asli hutan seakan ikut diam menunggu jawaban.

"Aku hanya meminta kalian untuk lebih berhati-hati dan tidak seenak kalian."

"Rencanamu saja tidak ada hasilnya," timpal suara sebelumnya dengan lantang, meremehkan.

"Masih belum,"

"Hah!" Nada sinis terdengar memotong sebelum menambahi,

"aku mulai berpikir kau tak bisa diandalkan."

"Terserah, yang penting Moon sudah tidak menjadi penghalang di depan. Kalian harusnya sadar siapa yang membutuhkan siapa di sini."

Semua terdiam. Gertakan gigi tertahan bersama tatapan tajam. Berpasang-pasang tangan mengepal.

"Perintahkan saja anak-anakmu agar tidak menjadi binatang liar, dan katakan juga pada Romanoff untuk berhenti mengganggu. Aku akan memanggil kalian saat waktunya tiba."

"Memangnya kapan waktu itu akan tiba?! Dua ratus tahun lagi?!"

"Kubilang serahkan semua yang di sini padaku! Urus saja para pengkhianat di kaummu dan Romanoff! Kalian benar-benar binatang!"

Satu sudah bersiap mencekam sebelum tertahan oleh tangan pemimpinnya.

"Aku akan bersabar kali ini. Tapi sampai titik balik yang akan datang tiba dan tidak ada kemajuan, kau tak perlu terkejut melihat era itu akan terjadi lagi."

Kekehan sinis terdengar tak takut dengan ancaman mereka. Terlalu berani melihat perbandingan di dua kubu itu satu banding enam.

"Kalian terlalu gegabah dan sok. Aku susah-susah membuka pintu itu untuk memudahkan komunikasi kita, tapi kalian malah melunjak. Sekarang pikirkan saja ke mana kalian akan mencari lukisan kembarannya. Kalian tak akan pernah bisa berhasil kalau cuma menyerang dari luar dengan jumlah kalian."

...

...

...

...

"BAKAR DIA! BAKAR MAKHLUK KEJI ITU!"

"BAKAR MAKHLUK TAK BERADAB ITU!"

Satu pemimpin massa itu berseru diikuti para warga.

Suasana alun-alun distrik utama Soila ramai dengan penduduknya yang berkumpul untuk meminta 'keadilan' kepada Pilar mereka. Sebagian orang sudah berkali-kali melempar apapun yang ada di tangan ke arah yang menjadi samsak yang malang.

The Seven Pillars (ON HOLD)Where stories live. Discover now