Bagian 4

2K 350 25
                                    

"Harus dengan cara apalagi diingatkan bahwa aurat perempuan itu dari batas rambut sampai ujung kaki, dan yang boleh terlihat itu telapak tangan dan wajah. Toh, tutup aturan itu adalah sebuah kewajiban yang mendatangkan banyak keuntungan, tidak ada satu pun kerugian yang akan didapat. Lantas kenapa susah sekali disuruh menutup aurat? Situ ingin dianggap hamba Allah, atau hamba Dajjal?"

- Khairyah Hafisyah Asady -

💚💚💚

Setelah adegan tarikan tadi, aku duduk di bangku kantin atas perintah Adam. Aku tidak bisa menolak, karena dia tadi mintanya dengan wajah memohon. Salah satu keajaiban yang terjadi di dunia. Sekarang, Adam ada di salah satu warung jajanan ringan. Aku melihat ada banyak makanan di tangannya. Dan firasatku mulai tak enak.

Begitu Adam berbalik, aku langsung mengalihkan pandanganku. Pura-pura tidak mengenalinya yang sedang membawa banyak sekali jajanan. Entah apa saja, intinya kebanyakan dari itu adalah cokelat.

"Khair," panggilnya.

Perlahan, aku kembali menolehkan pandanganku padanya. Dengan pandangan bertanya, aku menelan salivaku sendiri. "Apa?"

Sebelum menjawab, Adam meletakkan seluruh jajanan yang ia bawa ke atas meja di depanku. Lantas, ia duduk tak jauh dari posisiku. "Ini, makan. Selesai itu, jangan marah lagi."

Dalam hati, ingin sekali aku menamparnya berulang kali. Memangnya aku ini anak kecil? Ya, memang sih aku suka makan, tapi kan tidak sebanyak ini!

"Aku gak bisa makan semuanya," balasku.

"Makan satu-satu dulu, nanti sisanya aku yang bawakan. Sampai di rumah, aku masukkan ke dalam kulkas."

"Kamu buang-buang uang," ujarku.

"Itu uang dari Om Galuh."

Jawaban Adam tidak membuatku bingung atau terkejut. Karena Papa memang ikut memberikan uang jajan pada Adam walau sudah ditolak berkali-kali. Aku sendiri malu jika menginhat kejadian di mana Papa memaksa Adam menerima uang itu. Astagfirullah.

Tak nyaman dengan tatapan Adam yang seolah menyuruhku untuk makan, aku pun memutuskan untuk mengambil salah satu cokelat bermerek terkenal itu. Membuka bungkusnya dengan hati-hati, karena salah langkah, kemaja putihnya akan menjadi korban.

Begitu mematahkan satu bagian, aku memberikan potongan pertama tepat di depan bibir Adam. "Kamu ikut makan," titahku.

Adam sempat diam sebentar, kemudian menggigit cokelat itu. Sebenarnya tidak ada yang salah di sini, Adam memakan cokelat itu sesuai perintahku. Yang salah adalah, kenapa Adam memakan cokelat itu dengan tanganku? Maksudku, cokelat itu masih berada di tanganku, kesannya aku menyuapinya. Padahal niatku hanya memberi, bukan menyuapi.

ADAM MANUSIA TERMALAS UNTUK BERGERAK YANG PERNAH AKU TEMUI! VALID NO DEBAT!

"Adam," panggilku. Adam memiringkan kepalanya sedikit dengan mulut yang terus mengunyah. "Makan sendiri."

Adam meluruskan kembali kepalanya dan mengambil potongan cokelat yang sudah ia gigit. Begitu semua sudah ia pegang, aku langsung menarik tanganku dan memotong bagian yang lain. Sabar, Khair, sabar. Anak sabar Insyaa Allah disayang Allah.

Catatan Khairyah [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang