Bagian 5

2K 353 26
                                    

"Orang berilmu memang dihormati, tapi orang yang berakhlak bagus, lebih dihormati dan disegani. Maka dari itu, jangan gunakan ilmumu hanya untuk sebuah penghormatan atasmu, tapi jadikan itu sebagai panduan hidup."

- Khairyah Hafisyah Asady -

💚💚💚

Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua, itu artinya sebentar lagi para anggota bintalis yang abis salat Jum'at akan segera pulang. Namun, kami masih berhenti di sesi tanya jawab. Biasanya, sesi ini memakan waktu lebih lama daripada penyampaian materi. Aku jadi gemas sendiri, pasalnya aku benci diperhatikan. Apalagi sama anak bintalis langsung, bisa habis aku diledekin. Ibu ketua lah, ibu bintalis lah, ibu, ibu, ibu, dan ibu.

"Apa ada pertanyaan lagi? Untuk satu orang saja, ya." Aku setuju dengan panduan dari MC. Dia seperti mengerti apa yang aku pikirkan.

Tak lama, salah seorang adik kelas unjuk tangan. Wajahnya cantik, penampilannya yang tidak cantik. Karena bajunya terlihat di-crop, roknya terlalu ketat, dan jilbabnya disampirkan ke bahu.

"Iya?" tanyaku.

"Berjilbab belum tentu baik, dan tidak berjilbab belum tentu jahat," katanya lantang.

Aku menghela napas panjang. Pertanyaan yang paling malas aku dengar. Sebab, rasanya aku ingin menusuk telinga mereka. Siapa sih yang mencetuskan hal itu? Dia ngelawak atau gimana? Ngeselin banget.

"Si A menutup satu dosa, walaupu masih membuka pintu dosa yang lainnya, sementata si B tidak menutup pintu dosa mana pun. Dia membuka semua pintu dosa. Jika aku jelaskan seperti itu, siapa yang lebih baik?"

Dia tersenyum. "Si A."

"Dan si A adalah kalimat pertamamu. Yang berhijab belum tentu baik. Namun, walau dia masih banyak kekurangannya, dia berani untuk menutup satu pintu dosa. Sementara kalimat keduamu, dia membuka seluruh dosanya. Apakah yang seperti itu lebih baik bagimu? Jika iya, lakukan saja. Tiket neraka itu gratis, yang mahal dan harus dibayar itu tiket surga. Jika ke neraka membuatmu bahagia, silakan lakukan apa pun yang kamu mau dengan berpatokan pada kalimat keduamu. Jika dicontohkan dengan makanan, si A permen dibungkus, si B permen tak dibungkus."

Dia terdiam. Senyum manisnya menghilang. Aku melirik ke samping kanan, para laki-laki sudah duduk di samping menunggu kami selesai. Merasa tidak ada lagi yang ingin bertanya, aku langsung menyampaikan penutupku.

"Saranku, tutup aurat kalian selagi kalian masih hidup. Ada banyak mayat di kuburan sana yang berteriak ingin hidup kembali demi memperbaiki hidupnya yang dipenuhi oleh dosa. Kita semua yang masih diberi kesempatan untuk berubah, maka secepatnya harus berubah. Tidak boleh ditunda. Kamu tidak tahu kapan kematian akan datang, maka segeralah bertaubat. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun! Pintu ampunannya amatlah besar. Sehingga dosa kalian yang jika berbentuk bau, dunia pun tidak bisa menahannya, mampu dimaafkan oleh Allah.

Segitu sayangnya Allah sama kita, lantas apalagi yang membuat kita ragu? Allah begitu mencintai dan menyayangi kita, Rasulullah begitu romantis pada kita, lantas apa yang membuat kita ragu untuk berjalan mengarah pada mereka? Tidak ada. Perbaiki sholatmu, maka Allah perbaiki hidupmu. Cintai Allah, maka Allah berikan segalanya padamu. Aku akhiri, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Setelah mengucapkan itu, aku mengembalikan keseluruhan tanggung jawab pada MC. Lalu, aku berdiri dan pergi dari area itu. Ah, keputrian dilakukan di masjid sekolah. Masjid ini salah satu tempat di mana para bintalis berkumpul jika bosan dengan ruangan rohis.

Catatan Khairyah [ END ]Where stories live. Discover now