Bagian 38

3.6K 340 81
                                    

"Ucapan adalah doa. Mungkin itu yang bisa dipercaya saat kita memercayai perkataan orang lain dan mengikutinya."

- Catatan Khairyah -

• • •

Aku benar-benar terkejut saat Adam sakit demam pagi ini. Aku sendiri sudah sembuh, tinggal batuk saja sedikit dan hidung yang tidak terlalu sumbat. Namun, bisa kurasakan tubuhku sangat ringan, tidak seperti kemarin.

Sehabis Subuh tadi, pulang-pulang Adam langsung rebahan di atas kasur. Yang biasanya duduk di ruang tamu sambil membaca Al-Qur'an, kini hanya rebahan di atas kasur dengan wajah memerah.

"Tuh, kan! Udah aku bilang jangan cium-cium dulu," omelku sambil mengompres dahi Adam dengan sapu tangan yang sudah kubasahi air dingin.

"Gak papa, yang penting Ayang sembuh."

"Ya tapi gak gitu juga, Zauji!"

"Mau nyembuhin?" tanya Adam. Aku mengangguk. Sedetik kemudian ia menarik tanganku dan memelukku erat. "Gini caranya.*

"Mana bisa, emang Zauji pikir aku punya kekuatan penyembuh hanya lewat pelukan?"

Adam tertawa pelan, ia mengusap kepalaku dengan sayang. "Yang."

"Hm?" balasku.

"Aku sayang Ayang," kata Adam tiba-tiba.

"Aku lebih," balasku.

"Aku lebih dari Ayang."

"Banyakan aku."

"Aku, Yang."

"Ih, aku!"

Aku menatap Adam yang menghela napas panjang. Jujur saja, aku ingin tertawa karena perdebatan kecil kami. Masa hanya karena perbedaan rasa sayang kami berdebat seperti ini. Padahal aku yakin, kami sama-sama sayang. Tidak peduli siapa yang lebih banyak, yang pasti aku sayang Adam dan Adam sayang aku.

• • •

Siangnya, aku dan Adam pergi ke rumah Papa dan Mama. Walau aku sudah melarang, tapi Adam tetap ingin pergi. Ia memaksa karena ingin memberikan kabar secara langsung pada mertua dan Abi. Juga Bang Shaka dan Kak Balqis.

Awalnya kami disambut secara hangat, tapi begitu mendengar aku hamil, Mama langsung mode serius. Mama banyak memberiku wejangan yang aku juga ragu apakah aku ingat semua atau tidak. Yang pasti, Mama menyuruhku untuk tetap jaga-jaga walau tidak ada ngidam berat.

Kak Balqis juga memberiku sedikit wejangan. Jika saja Kak Balqis tidak sedang menimang buah hatinya, yaitu keponakanku, mungkin wejangannya hampir sama panjangnya dengan Mama. Terima kasih, ponakan!

"Abizar!!" seruku sambil berlutut dan menusuk-nusuk pelan pipi Abizar.

Iya, nama anaknya Bang Shaka sama Kak Balqis Abizar. Cucu pertama dari keluarga kami. Nama lengkapnya Abizar Ghailan Asady. Yang menciptakan nama itu adalah Mama, Papa, dan Abi, sedangkan Bang Shaka dan Kak Balqis akan menentukan nama anak mereka yang selanjutnya. Jika Allah kembali menitipkan nyawa lain di dalam rahim Kak Balqis.

"Khair, jangan kayak gitu posisinya," tegur Mama.

Aku menggerutu. Daritadi Mama sibuk memerhatikanku dan menegurku. Seakan semua yang kulakukan salah. Ingin menangis saja rasanya. Tidak boleh ini, tidak boleh itu, jangan kayak gini, jangan kayak gitu, semua dilarang. Huh!

Catatan Khairyah [ END ]Where stories live. Discover now