Bagian 23

1.9K 349 42
                                    

"Jika takdir berkata kita harus pisah, maka itu yang akan terjadi. Dan yang pasti, kita hanya akan dipisahkan oleh maut."

- Khairyah Hafisyah Asady -

💚💚💚

"Assalamu'alaikum, Pa," sapa Adam saat Galuh membuka pintu rumahnya.

Karena mimik wajah Adam yang bisa dianggap sangat serius, Galuh melupakan candaan yang sebenarnya sudah ia siapkan. "Wa'alaikumussalam."

Kemudian, Galuh mengajak Adam untuk masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa yang sudah diisi oleh Rafi, Shaka, Balqis, dan Devina. Besar kemungkinan, bahwa mereka sedang kumpul keluarga.

"Eh, Adam. Di mana Khair?" tanya Devina dengan senyum manisnya.

Adam berdiri dengan tatapan mata yang tidak dapat diartikan oleh siapapun, termasuk Balqis dan Rafi. Ia masih menutup mulutnya. Bukan karena tak ingin menjawab, tapi karena Adam tidak tahu bagaimana harus menyampaikan hal ini.

"Dam? Kenapa?" tanya Balqis akhirnya.

Adam menatap Balqis sebentar, lalu berjalan ke arah Balqis dengan cepat. "Kakak sudah baikan?" tanya Adam sambil duduk di lantai dan mendaratkan dagunya di paha Balqis.

"Alhamdulillah, sudah. Bang Shaka mengurus Kakak dengan baik." Balqis memandang wajah Adam yang sedikit banyaknya sudah tahu jawabanny. "Kamu mau cerita?"

"Waktu Adam pulang dari hotel, Khair udah gak ada di rumah. Keadaan pintu rumah terbuka, ponselnya juga berada di dekat pintu. Khair pasti diculik," jawab Adam. Matanya sudah berkaca-kaca.

"DICULIK?!"

Adam menatap wajah Devina. Mertuanya itu barusan berteriak dengan sangat kuat. "Iya, Ma."

"Astaghfirullah, siapa yang nyulik Khair?" tanya Devina. Jantungnya serasa mencelos dari tempatnya.

Adam memandang Shaka dan Galuh bergantian. "Dirga."

Satu penggal nama itu bisa membuat Papa dan Abang Iparnya menunjukkan ekspresi terkejut. Adam tidak heran, karena ia juga tahu bahwa ada hubungan antara keluarga ini dengan Dirga lewat Khairyah.

"Siapa Dirga?" tanya Devina yang diangguki oleh Balqis.

"Dia, manusia yang tergila-gila sama Khairyah, Ma."

Devina tampak melemas. Dia langsung bersandar di sandaran sofa. Air matanya perlahan mulai menetes. Galuh langsung duduk di samping Devina dan memeluk istrinya.

"Tenang, Papa sama anak-anak pasti akan nyelamatin Khair." Lalu, arah pandang Galuh berganti ke Rafi. "Pak, selama saya sama anak-anak pergi, tolong jaga istri dan menantu saya."

Rafi mengangguk. Mau ikut menolong pun, ia tidak mungkin sanggup karena keadaannya yang belum pulih total walau sudah teranggap sembuh.

"Dam, kamu bawa motor Abang aja, nanti Abang sama Papa bawa mobil. Kita beda arah," kata Shaka sambil memakai jaket kulitnya.

Adam mendelik. "Motor?"

"Iya, motor Abang. Bisa bawanya, 'kan? Kata Kakak kamu bisa bawa, kok. Kakak pernah cerita," jawab Shaka.

Catatan Khairyah [ END ]Where stories live. Discover now