Bagian 32

1.8K 320 23
                                    

"Bagian paling berbahaya yang harus dihindari adalah saat kamu bertemu dengan orang asing, dan sikapnya sangat brutal."

- Muhammad Adam -

💚💚💚

Aku hanya diam walau orang-orang di dalam lift ini terus-menerus mengajakku bicara tanpa lelah. Lagipula, aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Mereka mengatakan soal vape. Memangnya apa vape? Setahuku vape itu merek untuk menyemprot nyamuk. Pembasmi nyamuk. Namun, mereka malah mengatakan soal asap. Memangnya air semprotan itu bisa mengeluarkan asap? Darimana jalannya?

Mereka juga memintaku untuk membelikan magnum. Mereka memalakku. Yang kutahu, magnum adalah ice cream. Namun, lagi-lagi mereka mengatakan asap. Mau dibentuk bulat-bulat lagi. Sejak kapan ice cream bisa mengeluarkan asap?

"Lo bisu?" tanya gadis yang tadi memanggilku ukhty.

Aku lagi-lagi hanya diam. Sebenarnya aku tidak terima dibilang bisa, tapi daripada aku bicata, lebih baik aku diam. Tidak ada hasilnya kalau meladeni mereka. Hanya menambah perdebatan saja.

Bersyukurnya, pintu lift terbuka dan mereka semua keluar meninggalkanku dengan decihan yang bisa kudengar dengan jelas.

"Aneh," rutukku begitu mereka berjarak lumayan jauh denganku.

Sebelum pintu tertutup, aku keluar dari sana. Aku memilih untuk turun dari tangga darurat. Sebab, kalau aku naik lift, terus bertemu orang aneh lagi, aku pasti akan bingung mau apa. Dan kalau di dalam lift, aku juga tidak akan bisa ngapa-ngapain.

Namun, rombongan anak sekolah yang mungkin melakukan acara perpisahan yang membuat mereka harus menginap membuat langkahku menyudut ke dinding. Biasanya, rombongan menginap ini dari sekolah swasta yang dimiliku oleh teman Papa. Setiap tahun akan ada rombongan yang terdiri lebih dari dua ratus lima puluh siswa.

Belum lagi lima guru yang ikut menjaga. Aku semakin menyudut saat mereka sepertinya tidak melihatku karema sibuk bernyanyi seperti anak TK. Padahal mereka sudah SMP. Hah ... jika begini terus, aku akan lama sampai ke tujuan.

"Eh, ada cewek," bisik anak laki-laki yang berjalan tak jauh di depanku.

"Tabrak, terus minta nomornya," balas temannya.

Aku merutuki suara bisikan mereka yang sampai di telingaku. Modusnya biasa banget. Gak ada yang heboh gitu? Kayak sengaja jatuhin diri dari tangga biar dapat banyak perhatian? Tidak ingin melihat mereka, aku berubah arah menjadi sebaliknya.

"Minggir."

Tubuhku membeku saat mendengar suara itu. Suara dingin yang di dalamnya tersimpan butiran kehangatan. Suara yang tadinya sempat berubah karena panggilanku yang menyebabkan kekesalan dalam hati. Kesalahanku atas penglihatanku yang mungkin sangat kerasa kepala. Walau aku memang melihatnya asli.

"Zau-"

Suaraku menghilang dibawa angin ketika tubuh Adam menutupi tubuhku secara sempurna. Adam menumpukan kedua lengan bawah tangannya tepat di dua sisi sebelah kepalaku. Tubuh bagian depannya menempel sempurna di bagian samping tubuhku karena aku belum berbalik dan dia berdiri di sampingku.

"Lurusin badannya ke arahku," kata Adam memberiku instruksi.

Oke, mungkin supaya memperlebar jalan. Aku mengikuti anjurannya. Namun, aku sempat malu karena kini kami berhadapan, dan jarak di antara kami benar-benar dekat sampai napasnya mampu menyentuh dahiku karena dia sedikit menunduk.

Catatan Khairyah [ END ]Where stories live. Discover now