Bagian 6

1.9K 334 21
                                    

"Ada kalanya kamu lelah untuk terus melangkah maju, tapi pikirkan lagi, di setiap pergantian hari, Allah selalu berharap agar hamba-Nya bertaubat. Jika tidak hari ini, maka esok, jika tidak esok, maka lusa. Seperti itulah Allah mengharapkan taubatmu. Coba pikir lagi, sudah berapa banyak Allah kecewa karena kamu yang tak kunjung bertaubat, tapi saat kamu bertaubat, Allah lupakan rasa kecewa itu. Ayo, pikirkan."

- Khairyah Hafisyah Asady -

💚💚💚

Pagi ini, aku bersiap seperti biasanya. Bedanya, kali ini semangatku sedikit runtuh, kantung mata di bawah mataku juga menjadi bukti atas sedikitnya waktu untukku tidur. Iya, tadi pagi aku bangun jam dua untuk melaksanakan salat tahajud, dan itu berlangsung sampai jam empat pagi. Aku menangis, menceritakan seluruh keluh kesahku.

Kemudian, aku membaca al-qur'an sampai tiba waktunya subuh. Lalu, aktivitasku terjadi seperti biasanya. Tanpa menunggu waktu lama, aku duduk di mobil. Menunggu Adam yang masih berbincang dengan Pak Rafi di dalam. Orang tuaku sendiri masih di dalam, walau mereka menanyakan keadaanku, aku hanya menjawab bahwa aku baik-baik saja. Aku tidak ingin membuat mereka khawatir.

"Khair?" panggil Adam.

Aku menaikkan pandanganku ke depan. Memandamg dirinya yang sudah duduk dengan nyaman di sana. "Iya?"

"Baik?"

Aku mengangguk. Jika sedang bertanya kabar, Adam selalu bertanya dengan kata itu. Tidak pernah basa basi, langsung ke titik percakapan.

"Kayaknya enggak," katanya.

Aku hanya diam. Dari kemarin, perasaanku sedikit tidak mengenakkan. Aku merasakan akan ada hal buruk yang terjadi, tapi aku mencoba untuk terus berpikir positf. Mungkin ini hanya perasaanku saja.

Beberapa menit berlalu, kami sampai di sekolah. Pelajaran pertama kali adalah Sejarah Indonesia. Karena materi du pertemuan sudah cukup, kali ini kami hanya disuruh mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Dari bagian A sampai bagian F. Ntah apa saja soalnya, yang penting kami ada tugas. Mungkin itulah yang guru kami pikirkan.

"Boleh kerja sama, tapi jangan ribut," kata Bu Nana.

Kami semua menyetujuk perkataan Bu Nana. Sebagian ada yang membentuk kelompok, dan sebagian lagi kerja sama dengan teman semejanya. Aku sendirian, hari ini teman semejaku tidak hadir karena sakit. Di depanku ada Adam dan Haikal. Namun, jangan pikir aku akan bekerja sama dengan mereka, karena aku tidak mau. Terlebih, akan ada gosip bodoh nantinya.

Sayangnya, walau bukan karena kedekatanku dengan laki-laki, sepertinya gosip mulai menghampiriku. Desas-desus tentang aku yang menjadi pemateri mulai menjadi topik utama para gadis. Aku menghela napas panjang sembari mengerjakan tugas ini, sudah aku duga akan menjadi seperti ini.

Lagipula, aku yang masih menjadi siswi SMA, bagaimana bisa menjadi seorang pemateri? Memang sudah pasti akan dijadikan bahan gosip.

"Eh, Khair," panggil Haikal yang pandangannya sudah mengarah ke arahku. Bahkan, kursinya sudah ia balikkan dengan buku yang berada di meja bagian teman semejaku.

"Iya? Nomor berapa?" sahutku. Biasanya, kalau seperti ini, Haikal akan meminta jawaban padaku.

"Enak aja, gue belum selesai ngomong. Kali ini Adam bantuin gue, nih. Ya, gak, Dam?" ujarnya sambil menyenggol lengan Adam.

Adam ikut-ikutan membalikkan kursi dan arah tubuhnya. Bukunya yang tadi ia pindahkan juga menubruk bukuku. "Iya."

"Kalau gitu ngapain hadap sini?" tanyaku.

Catatan Khairyah [ END ]Where stories live. Discover now