EPILOG

716 81 7
                                    

"Tidak sama bukan berarti tidak ada. Wajah dan sifat boleh beda, tapi  tujuan harus sama. Defenisi aku harus sama kamu, tapi kalau gak bisa harus sama yang kayak kamu."

- Catatan Khairyah -

Author pov

Di ambang pintu, Khairyah menatap tidak percaya pada Dirga. penampilan laki-laki itu membuatnya tidak bisa berkata-kata. Dengan kostum tahanan, ia memakai sarung dan sorban sebagai tambahan pelengkap. Di tangannya ada satu mushaf dan di tangan lainnya ada alat penghitung dzikir.

Khairyah memang pernah mendengar Adam mengatakan bahwa Dirga akan taubat. Khairyah juga pernah melihat Dirga belajar membaca iqra'. Namun tidak Khairyah sangka, dalam waktu yang tidak sampai satu tahun, Dirga sudah bisa menghafal tujuh juz Al-Qur'an. 

"Assalamu'alaikum, sayang!" sapa Dirga.

Khairyah mendelik kala Dirga menyapanya dengan melambaikan tangannya. Sangat jelas bahwa Dirga sangat senang dan dalam suasana hati yang sangat baik.

"Dosa!" sentak Adam.

"Wa'alaikumussalam." Akhirnya hanya itu yang bisa Khairyah katakan.

"Sayang, kayaknya aku udah bisa ngalahin Adam, kamu mau balik sama aku? Gak papa kalau kamu pernah punya status janda, gak masalah juga kalau kamu bawa anak. Nanti bakal aku sayangi sepenuh hati."

Khairyah menyentuh pelipisnya, pening dengan keadaan Dirga yang masih saja seperti itu. Khairyah tahu bahwa Dirga hanya bercanda, tapi tetap saja ia tidak nyaman. Bagaimana kalau nanti ada yang mendengar candaan itu dan dianggap serius? kan bahaya.

"Kamu kan udah ada orang lain, jangan ganggu istri saya lagi," tegur Adam.

Khairyah langsung tersenyum senang. "Benarkah? Zauji serius?"

"Iya, Dirga udah punya calonnya. Namanya Jihan. Aku gak tau dia siapa, yang pasti setiap aku ke sini Dirga selalu cerita soal Jihan Jihan itu."

"Ciee, Dirga. Gitu, dong. Jangan kejar aku terus. Semakin kamu kejar, semakin aku jauh."

Dirga memberengut sebal. Bibirnya mengerucut layaknya seorang anak yang tidak boleh bermain keluar rumah. Tanpa basa-basi lagi, Dirga duduk di depan Khairyah, bibirnya kembali tersenyum saat wajah cerah dengan senyuman tipis Khairyah menyapa dirinya.

"Kamu cantik, kamu baik, kamu hangat, siapapun pasti suka di dekat kamu. Sayangnya kamu udah jadi milik dia, dari awal juga aku bakal tau kalau kamu bakal sama dia, tapi aku tetep mau ambil kamu, soalnya kalau gak ada kamu dunia aku gelap."

Khairyah terhenyak mendengar perkataan Dirga. Ia tidak mengerti apa maksud Dirga. Sejak awal? Bukankah Adam menyukainya sejak di rumah sakit? Dan memang itulah awal-awal mereka dekat. Bukan masa SMP.

"Aku ... gak ngerti."

"Selesai kamu siram dia pakai air, bukannya marah dia cuma diemin kamu 'kan? Sebelum kejadian itu, dia udah tau kalau kamu ngelakuin hal seperti itu atas perintah aku. Dan udah lebih dari sepuluh kali dia berantem sama aku. Lengannya juga pernah aku gores pakai pisau kesayangan aku dulu.

"Dia berantem sama aku hanya karena dia gak suka kamu aku peralat. Dia gak suka liat kamu ngelakuin hal yang kamu sendiri gak mau lakuin itu. Tapi kamu itu punya aku. Dia itu bukan siapa-siapa kamu, kenal saja tidak. Lalu, aku pernah melihatnya memandangi kamu diam-diam. Jika situasinya seperti sekarang, aku pasti sudah senang karena dia orangnya.

"Tapi waktu itu situasinya lebih parah, aku gak suka milik aku diliatin kayak gitu sama orang lain. Apalagi laki-laki taat agama kayak dia. Nanti kamu bisa ditarik jadi taat agama juga. Kalau kamu ditarik, aku gapunya siapa-siapa lagi. Yang mewarnain hidup aku itu cuma kamu, walau kamu pun berulang kali menangis karena aku siksa."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 13, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Catatan Khairyah [ END ]Where stories live. Discover now