Bagian 12

1.8K 328 21
                                    

"Perlahan, kapalku mulai berjalan menuju pelabuhan yang sesungguhnya, dan aku harap, pelabuhan itu adalah sebaik-baiknya pelabuhan."

- Khairyah Hafisyah Asady -

💚💚💚

Setelah sarapan bersama Winda, anak itu mengajakku dan Adam ke kamarnya. Tentunya setelah mendapat izin dari Bu Rosa. Karena walau anak rumah ini yang mengajak, masih ada pemilik rumah ini yang berhak atas rumah ini.

Sebaik-baik tamu adalah yang mengetahui adab bertamu, dan sebaik-baik tuan rumah adalah yang mengatahui adab dalam melayani tamu.

"Ini namanya Jingga, dan ini namanya Senja."

Winda menunjuk anak laki-laki terlebih dahulu, baru anak perempuan. Usia mereka sepertinya tidak beda jauh, dan si Jingga dan Senja ini sepertinya saudara kandung, karena mereka sangat mirip.

"Hai, Kakak namanya Khair, dan ini Bang Adam. Kalau kalian mau main, sama Bang Adam aja. Kakak ambilin kalian sarapan, ya. Mau makan buah atau nasi?" tawarku.

Lagi-lagi Adam menyenggol lenganku. Ingin rasanya aku tertawa jahat, tapi aku tahan sebisa mungkin. Aku berbalik sebentar, kemudian berbisik di dekat Adam.

"Mereka anak-anak, kamu gak boleh nolak. Kamu harus main sama mereka," bisikku.

"Khair," panggilnya memelas.

Aku menggeleng. "Aku gak bakal lama. Pokoknya, sebelum aku kembali, kamu harus main sama mereka."

Adam menghela napas panjang. Saat aku ingin mengajaknya diskusi lagi, aku merasakan kemeja Adam ditarik seseorang. Lantas, aku kembali berbalik dan melihat Jingga.

"Kenapa?" tanyaku sambil berlutut di depannya.

"Ayo, aku akan bantu Kakak bawa buahnya. Mereka gak mau makan nasi, jadi kita bawa buah aja," jawab Jingga.

Aku tersenyum manis, kemudian mengusap kepalanya dengan sayang. "Yuk."

Jingga menggenggam tangan kananku dan kami berjalan ke ruang tamu, di mana semua anggota bintalis dan anak-anak lain berkerumun untuk mendapatkan bagian-bagian mereka.

"Buk Ketu, gimana? Berapa orang lagi yang sama Buk Ketu?" tanya Fajar sambil tersenyum jahil.

"Ada tiga orang, Kek. Nah, nanti Kakek sisihkan aja mana yang perlu. Saya sama Pak Ketu mau sarapan bareng Winda, Jingga, dan Senja," jawabku dengan senyum tipis.

"Itu Kakek?" tanya Jingga sambil menarik-narik tanganku.

"Iya, dia Kakek-Kakek. Jingga panggil dia Kakek juga, ya."

Dengan polosnya, Jingga mengangguk. "Hai, Kakek," sapanya.

Aku melihat wajah kesal Fajar. Makanya, manggil nama orang itu yang bener. "Laila, bisa tolong ambilkan buah jeruk sama bengkuang itu?"

Laila yang kebetulan duduk di depan meja langsung mengangguk dan mengambil kresek putih yang berisi buah-buahan. Seteleh menerima kresek dan berterima kasih, aku dan Jingga kembali ke kamar Winda. Jingga juga sempat mengambilkan piring dan pisau yang tadi aku pakai di ruang Bu Rosa. Jingga benar-benar anak yang baik.

Catatan Khairyah [ END ]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu