Bagian 28

2.1K 374 42
                                    

"Jakun yang berada di leher laki-laki, entah kenapa lebih menarik daripada wajahnya."

- Catatan Khairyah -

💚💚💚

Aku duduk di depan Adam dengan Al-Qur'an yang berada di atas pangkuanku. Sehabis salat Magrib tadi, tepatnya setelah Adam pulang dari Masjid, Adam mengajakku untuk membaca Al-Qur'an bersama.

Jika biasanya aku akan membaca sendiri, kini aku disuruh membaca di depan Adam. Rasa gerogi kini menguasai relung hatiku. Terlebih, Adam begitu fokus padaku. Ya, aku tahu Adam sudah menghafal sebagian banyak juz Al-Qur'an. Terlebih, surah yang akan aku baca saat ini, yaitu surah Ar-Rahman.

Aku juga sudah hafal, sih, tapi tetap saja grogi. Bagaimana jika nanti banyak kesalahan dalam pelafalanku? Terlebih, aku sangat buruk dalam bernada.

"Ayang," panggil Adam saat aku tak kunjung buka suara.

Karena panggilannya itu, aku semakin gugup. Hah ... benar-benar, deh! Adam itu bisa banget nyuruh jantung orang olahraga.

"Iya, sebentar," balasku.

Adam menganggukkan kepalanya. Walau begitu, Adam tidak mengalihkan pandangannya dari bibirku.

"Adam," panggilku.

"Iya, Yang?" balas Adam.

"Boleh gak kalau kamu lihatnya ke Al-Qur'an juga?" tanyaku.

"Kenapa harus lihat Al-Qur'an kalau bayangan hurufnya saja sudah ada di kepala?" tanya Adam yang sama sekali tidak peka.

Menyebalkan sekali, ya, Bun!

"Oh, gitu."

Dengan tarikan napas panjang, aku mula membaca huruf demi huruf sambil mengembuskan napasku. Sampai pertengahan ayat, pelafalan dalam ucapanku masih bagus. Adam juga tidak menunjukkan tanda-tanda ingin memperbaiki. Namun, sampai di akhir-akhir ayat, napasku mulai tidak beraturan. Dan seringkali aku memaksakan napasku untuk membaca satu ayat.

"Yang," panggilnya.

Aku menghentikan bacaanku. Tanpa bertanya pun, aku sudah tahu apa salahku. "Iya, maaf."

"Kalau napasnya gak sampai, berhenti aja."

Aku mengangguk, lalu melanjutkan bacaanku dengan mengubah sedikit teknik pernapasan. Yang awalnya memakai nada, kini mulai membaca tanpa nada yang selincah tadi.

Setelah kurang lebih hampir setengah jam, aku menyelesaikan bacaanku. Adam tersenyum dan mengecup singkat dahi yang terbuka lebar karena mukenah yang cukup ke atas.

"Masyaa Allah, indah."

Aku menunduk seraya menyembunyikan senyuman yang mulai mengembang di wajah kecilku. Namun, tangan Adam perlahan mendarat di bawah daguku, dan menaikkan pandanganku secara paksa.

"Malu?" tanyanya.

Aku memandang ke arah lain. "Iya."

"Lihat aku, Yang," pintanya.

Mau tak mau, aku memandang manik mata hitamnya. Percaya atau tidak, walau aku sedang malu, tapi wajah Adam sangat menghanyutkan dan seperti memiliki sihir tersendiri untuk memikat lawan jenisnya.

"Zauj-"

Suaraku tercekat ketika Adam memajukan bibirnya dan menempel dengan sempurna di depan bibirku. Tanganku yang masih memegang Al-Qur'an mengeras seiring berjalannya waktu yang berlalu tanpa bisa aku berikan penolakan pada Adam.

Catatan Khairyah [ END ]Where stories live. Discover now