Bagian 8

1.8K 337 29
                                    

"Jika kamu seorang perempuan ber-identitaskan islam, kemudian berharap menjadi umat Rasulullah, menjadi ummat yang dicari Rasulullah saat berada di padang masyar, tapi saat di dunia kamu membuka aibmu, membuka auratmu, berlenggak-lenggok seperti tidak punya malu, maka berhentilah berharap. Karena kamu sudah menyakiti hati umat lain yang bercita-cita setulus hati ingin menjadi ummat Rasulullah!"

- Pak Zaid -

💚💚💚

"Itu artinya kamu tidak percaya atas segala pengampunan Allah Subhanahu Wa Ta'ala."

Aku terkejut dengan satu kalimat yang Pak Zaid layangkan. Memang hanya satu kalimat, tapi rasanya sangat menusuk. Apa aku tidak percaya pada Allah? Astaghfirullah.

"Maksudnya, Pak?"

"Pintu pengampunan yang Allah siapkan untuk hamba-Nya yang ingin bertaubat itu sangat luas. Mau kamu pendosa yang kena banned sampai empat puluh hari pun, jika di malam setelah kamu mendapat dosa, maka Allah akan mengampuni dosamu. Tiap hari, tiap menit, tiap detik, dan segala waktu yang kamu lewati. Allah menunggu saat-saat kamu bertaubat. Kamu menangis dalam sujudmu, kamu meminta maaf dengan hati yang tulus untuk-Nya. Maka dengan senang hati Ia memaafkanmu. Dengan senang hati Ia kembali merangkulmu. Dengan senang hati Ia membanggakanmu di depan para malaikatnya.

Namun, kamu malah memikirkan bahwa semua taubat yang kamu lakukan ditolak. Secara tidak langsung, kamu mengatakan bahwa semua yang kamu lakukan sia-sia dan tidak berdampak apa-apa. Nyatanya, Dia adalah maha pemaaf. Bukankah jika begitu sama saja kamu mengkhianati kepercayaan atau bisa disebut pengampunannya?"

Aku menatap Desi yang sepertinya menyadari kesalahannya. Aku pun begitu. Ternyata, selama ini aku sudah mengkhianati Allah secara tidak langsung. Ya Allah, maafkan hamba yang sudah kelewatan ini. Maafkan, Hamba.

"Saran saya untuk kalian para perempuan, hargai perjuangan Rasulullah saat menaikkan derajat kalian. Rasulullah rela dimaki dan disiksa demi menaikkan derajat kalian. Namun, balasan kalian apa? Walau tidak semua, tapi bisa dibilang lebih banyak perempuan yang berjoget di depan kamera dengan pakaian tidak pantas. Memamerkan semua auratnya tanpa beban. Setiap ditanya, kalian menjawab ingin bersama Rasulullah. Ingin dianggap sebagai ummat Rasulullah.

Sayangnya, yang kalian idolakan saat ini bukan Rasulullah. Bukan para sahabat yang berjuang demi agama Allah, bukan para wanita yang mengorbankan nyawa hanya demi memerjuangkan agama Allah. Kalian mengidolakan seseorang yang harusnya hanya sebatas dikagumi, bukan diidolakan dan diikuti seluruh kehidupannya."

Aku rasa, kali ini kami semua yang mengaku perempuan, menunduk karena miris. Iya, miris karena sindiran Pak Zaid yang terlampau jauh sampai ke ulu hati.

"Kalian hafal tanggal lahirnya, kalian hafal perjuangan mereka dari awal sampai saat ini, kalian hafal semua gerakan, dialog, atau adegan yang mereka tampilkan. Kalian tahu bagaimana watak mereka, kalian tahu kehidupan keseharian mereka. Sayangnya, jika saya bertanya tentang Rasulullah, Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq, Sayyidina Umar bin Khatab, Sayyidina Ustman bin Affan, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Uwais Al-Qarni, pasti kalian tidak ada yang tahu. Jangankan yang seperti itu, nama-nama Nabi dan Rasul yang wajib diketahui serta mukjizat yang Allah berikan pada mereka juga pasti kalian tidak tahu.

Karena sekarang kalian memilih neraka, bukan surga. Kalian punya tiket masuk neraka, bukan tiket masuk surga. Kalian rela melakukan apa pun demi idola yang bahkan saat di padang masyar nanti tidak memberikan pertolongan seperti Rasulullah yang akan mondar-mandir! Paling sibuk! Paling khawatir! Hanya karena ummatnya kehausan. Balasan kalian terhadap kebaikan Rasulullah sangat patut untuk direndahkan."

Catatan Khairyah [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang