3. Geng Dark Prince?

215 30 13
                                    

happy reading friend b!
i hope you enjoy this part :)



"Makanan yang lo kasih itu gak ada artinya buat gue, jadi percuma! ngerti?"

Awan berlalu meninggalkan Alesha yang terdiam membisu, gadis itu meratapi usahanya yang sia-sia. Di lihat nya bingkisan yang ia bawa, setetes air mata luruh membasahi tangan Alesha.

Tak mau berlama-lama, Alesha pun berjalan meninggalkan lorong jurusan multimedia. Ia menuruni anak tangga, dengan tatapan yang kosong. Hingga seseorang menepuk pundaknya, membuatnya terkejut.

"Alesha?"

"Kak Arya? ada apa ya?" Tanya Alesha yang baru saja menetralkan degup jantungnya.

Arya pun tersenyum, "Maaf ya kalau ngagetin, itu lo bawa apa? kok dari lantai dua? kelas lo-"

Alesha menjawab, "Tadi gue dari kelas nya Kak Awan, sebenarnya bingkisan ini buat dia. Tapi di tolak, gue gak tau kenapa..."

Arya yang tak tega melihat ekspresi sedih Alesha langsung mengambil bingkisan yang masih di genggam oleh gadis itu.

"Loh itu bingkisannya mau di apa in Kak?" Tanya nya dengan raut wajah tercengang.

"Biar gue aja ya yang nerima? anggap aja gue Awan, lo gak keberatan kan Les?"

Alesha tidak menyangka jika Arya di dunia nyata sebaik ini, selama ini ia sudah berburuk sangka tentang mimpinya. Karena nyatanya tak semua mimpi itu benar.

"Gapapa, tapi gue gak bisa nganggep lo Kak Awan. Ya meskipun mirip, tapi bagi gue kalian beda Kak."

Alesha kembali melanjutkan perkataannya, "Makasih Kak lo mau nerima bingkisan gue, sebenarnya niat gue kasih ke Kak Awan karena dia udah nolongin gue."

Arya terdiam, dirinya masih mencerna kata-kata terakhir Alesha. Awan menolong Alesha? apa yang di maksud itu kejadian semalam saat Awan babak belur?

Arya memutuskan untuk menemui Awan, ia harus menanyakan semuanya pada saudara kembarnya itu. Sebelum bel masuk berbunyi, Arya pun bergegas menuju kelas Awan.

Sesampainya di kelas Awan, Arya langsung masuk begitu saja tanpa permisi. Di hampiri nya saudara kembarnya itu, lalu ia tarik lengannya agar mau mengikutinya untuk berbicara di luar kelas.

"Lo apa-apaan sih? narik-narik gak jelas!"

Arya melempar bingkisan itu, dengan sigap Awan menangkapnya.

"Lo yang apa-apaan, gue tahu semalem lo bonyok itu nolongin Alesha kan?!"

Awan terkejut, bagaimana bisa Arya mengetahui hal itu? meskipun tatapan yang Awan berikan datar, tetapi Arya dapat mengetahui jika saudara kembarnya itu terkejut dengan perkataannya yang tiba-tiba.

"Bukan urusan lo! ngapain lo bawa bingkisan ini lagi? gue udah tolak, kenapa malah lo terima?!" Tanya Awan dengan nada tinggi.

"Emang lo gak pernah berubah ya, hati lo itu udah mati atau gimana sih? hargain usaha orang! nyokap udah bilang berapa kali sih sama lo?!"

Awan malah tersenyum smirk, "Gak usah lo sok peduli tentang gue! lo urus aja hidup lo sendiri, kan lo anak kesayangan Mama!"

Tepat setelah itu bel masuk berbunyi, Awan melempar kembali bingkisan itu ke arah Arya. Namun karena belum siap, bingkisan itu terjatuh di lantai. Dengan kembarannya saja sikap Awan seperti itu, bagaimana bisa seorang Awan menghargai orang lain??

"Bener-bener si Awan, semenjak papa gak ada dia jadi keras kepala! susah buat di atur!"

Dengan kekesalannya, Arya meninggalkan lorong kelas dua belas multimedia. Ia tak habis pikir dengan Awan, perubahannya itu terlalu berpengaruh untuk lingkungan sekitarnya.

ARLEAN 2 | love must stop ( the end )Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu