61. End of choice

35 2 0
                                    

HAPPY READING FRIEND B!
JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN NYA ( ◜‿◝ )♡

TERIMA KASIH UNTUK FRIEND B YANG UDAH SETIA BACA ARLEAN 1 - ARLEAN 2 ( ˘ ³˘)♥

*****

Arya dipindahkan ke ruang ICU, Keadaan remaja laki-laki itu sudah stabil. Namun selama tiga hari ini dirinya belum sadarkan diri.

"Kak... lo lama banget sih bangunnya," Alesha mengusap rambut Arya.

"Lo harus tahu kak, nilai ujian gue bagus-bagus. Apalagi pelajaran kejuruan, nilainya dapet A!"

Alesha selalu menceritakan setiap kegiatannya pada Arya, gadis itu tidak pernah terlihat sedih ketika duduk didekat Arya yang masih setia menutup matanya.

"Ayo dong kak bangun, lo kan janji mau ajak gue ke planetarium... gimana ingatan gue bagus kan kak?"

"Kak Awan sekarang jadi pendiem, dia ngerasa bersalah terus kak. Mangkannya lain kali kalau gue bilang biar gue aja ya harusnya lo nurut kak,"

"Lihat sekarang keadaan lo, jadi gini kan?"

Gadis itu mengusap lembut luka di kepala Arya yang masih terhalang oleh perban.

"Cepet sembuh ya, kasihan Mama Vivi."

Awan memperhatikan Alesha dari kaca persegi yang ada di tengah pintu. Air matanya perlahan menetes, ia tidak bisa membohongi rasa sakit di hatinya. Keadaan seperti ini, ia merasakan sepertinya Arya lebih membutuhkan Alesha daripada dirinya.

"Apa harus gue ikhlasin Alesha buat Arya?" tadinya Awan hanya bermonolog, namun ada seseorang yang menjawab pertanyaannya.

"Kenapa harus? kan lo cinta sama Alesha?"

Awan menoleh, ternyata yang berbicara padanya adalah Astha.

"Arya lebih butuh Alesha, dan kayaknya Alesha lebih memilih Arya."

Astha menepuk pundak sebelah kiri Awan, "Gak gitu juga Wan. Alesha itu cintanya sama lo, dia cuma sedih aja sama keadaan Arya."

"Dia tiap hari ke sini bukan berarti pilihan dia jatuh ke Arya, tapi karena dia punya rasa peduli."

"Arya butuh support buat dia bisa lawan rasa sakitnya, dan Alesha adalah orang yang tepat Tha." Ujar Awan masih setia memandangi Alesha dari luar ruangan.

Astha terkekeh menggelengkan kepalanya, "Terserah deh. Nanti jangan nangis kalau Alesha beneran sama Arya, soalnya lo sendiri udah bilang mau ikhlasin dia."

"Gue balik duluan ya, gerah. Mau mandi dulu, entar sekalian bareng sama Samuel, Daniel."

"Eh, Danu mana?" Awan memberhentikan langkah Astha. "Ada di kantin rumah sakit, bentar lagi juga dia kesini."

Awan kembali duduk di ruang tunggu, ia menunduk menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan nya. Rasa bersalah masih menyelimuti hatinya, sebelum melihat Arya membuka mata rasa-rasanya ia tak akan pernah bisa tenang.

"Makan dulu," Danu menyodorkan bungkus sterofoam pada Awan.

"Gue gak laper, buat lo aja."

"Udah tadi di kantin, buruan makan. Atau mau Alesha yang nyuapin?"

Awan berdecak, lalu mengambil bungkus berisi makanan itu dari tangan Danu.

"Astha udah balik?" Awan hanya mengangguk.

"Akhir-akhir ini lo murung banget, kenapa? cemburu liat Alesha lebih meduliin kembaran lo?" tanya Danu memancing tatapan tajam Awan.

Danu terkekeh geli melihat ekspresi Awan, "Santai bro... Alesha juga tahu diri lah, masa iya mau selingkuh?"

ARLEAN 2 | love must stop ( the end )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora