38. Dia berubah

32 7 0
                                    

happy reading friend b 💗
jangan lupa untuk vote jika kalian suka
dan beri komentar sebanyak-banyaknya!
ajak yang lain biar makin ramai yang baca, thank you 💗

*****

Plak!

"Mama kecewa sama kamu Awan! apa maksud kamu merusak acara makan malam kita tadi?!"

Dada lelaki itu bergemuruh, matanya menyiratkan amarah. Ia memegang pipi kirinya yang memanas karena tamparan keras dari Vivi, bahkan dari jauh Awan melihat Arya yang hanya diam menyaksikan.

"Acara makan malam kita? bukan! itu acara makan malam mama, sama orang yang katanya temen mama itu!"

Vivi menatap Awan marah, "Hey! kamu kenapa jadi bentak-bentak mama?? salah apa mama sama kamu?!"

Awan menyeringai, "Salah mama? salah mama itu ngeiyain ucapan Tante Ela buat ngedeketin Awan sama Anelis! mama tau Awan benci hal itu?!"

"Loh apa salahnya? emang Anelis gak boleh deket-deket kamu?" tanya Vivi heran.

"Awan gak suka sama Anelis, mama gak bisa paksa Awan buat deket sama dia! kalau mama masih Kekeuh, mending suruh Arya aja sana!"

Vivi menahan Awan yang hendak pergi, "Kamu apa-apaan sih Wan? kok kayak bocah gini kelakuannya? pokoknya besok sebagai permintaan maaf, kamu harus ke rumah Anelis! jemput dia, mama gak mau tau!"

"NGGAK! AWAN GAK MAU!"

"HARUS! kamu mau jadi anak durhaka? berani kamu membantah mama? kamu mau mama nyusul papa? inget Awan, mama orang tua kamu satu-satunya!"

Deg!

Ucapan Vivi sanggup membuat Awan terdiam dan tertunduk. Kali ini ia tidak bisa menolak keinginan mamanya, ia tidak mau kehilangan orang yang ia sayang kedua kalinya. Hanya untuk besok kan? baiklah Awan akan melakukannya.

"Kenapa diem? masih mau ngelawan? ayo gapapa bentak mama lagi, jawab aja terus kalau mama lagi nasehatin!"

Awan menghela napasnya, "Maaf ma. Iya, besok Awan ke rumah Anelis. Awan masuk ke kamar dulu, mau istirahat. Sekali lagi maaf udah bikin hancur acara mama..."

Arya melihat Awan yang berlalu tanpa menatap ke arahnya, sebenarnya ia tidak tega melihat Awan yang tak bisa berkutik. Tapi jauh dalam lubuk hatinya, ia tersenyum senang. Besok adalah kesempatannya untuk dekat dengan Alesha, ia sangat berterima kasih karena keberuntungan sedang berpihak padanya.

"Kamu juga Arya, ngapain ada di sini? sana masuk!"

Saat di dalam kamar, Awan mulai melampiaskan amarahnya. Ia menghantam dinding dengan tangan kosong, di jatuhkan nya barang-barang yang tertata rapi di meja belajarnya.

"Arghhh!"

"Setan! anjing! bangsat!"

"Kalau aja papa masih ada, semuanya gak akan kayak gini! mama gak akan bersikap seenaknya kayak sekarang!"

Keesokan harinya, Alesha dan Bima sudah bersiap dengan seragam sekolahnya masing-masing. Hari ini Reno pulang, dan itu membuat suasana di meja makan kembali ramai.

"Gimana sekolah kamu Alesha, Bima?"

Keduanya saling melirik, lalu kembali menatap sang ayah. "Lancar kok yah, aman!" keduanya begitu kompak menjawab, Reno pun mengangguk percaya.

"Selama ayah dinas, kalian gak buat masalah kan? terutama kamu Alesha. Jangan sampai ayah dengar dari ibu, kamu bikin masalah dan buat ibumu khawatir!"

Alesha kelabakan, pasalnya selama ayahnya tidak ada ia pernah membuat Dara khawatir karena insiden penculikan tiba-tiba itu.

ARLEAN 2 | love must stop ( the end )Where stories live. Discover now