51. My Girlfriend

31 4 0
                                    

HAPPY READING FRIEND B!
JANGAN LUPA YA TINGGALKAN KOMENTAR DI TIAP PARAGRAF NYA 🤍🙌🏻

*****

Sudah tiga hari Awan mengalami koma, Vivi selaku orang tua tunggal senantiasa menjaga dan terus berada di samping brankar Awan. Hingga hari ini, hari dimana Awan akhirnya membuka matanya. Lelaki itu terbangun dari koma, Vivi begitu senang melihat Awan kembali melihat dirinya.

"Awan... nak? kamu akhirnya siuman, ini mama nak." Ujar Vivi ketika melihat Awan yang tampak memperhatikan sekelilingnya.

Lelaki itu kemudian beralih menatap Vivi, "Awan dimana ma?" Vivi mengusap lembut rambut Awan sembari tersenyum haru. "Di rumah sakit nak, kamu dinyatakan koma karena selama tiga hari kamu ndak sadarkan diri,"

Seketika ingatan Awan pun berputar pada kejadian empat hari lalu, "Anelis mana ma? dia baik-baik aja kan? Awan inget. Awan kecelakaan pas pulang bareng Anelis!"

Terlihat sekali wajah panik dari Awan, hingga lelaki itu hendak bangun dan mencari keberadaan Anelis. Namun, segera Vivi menghentikan pergerakan Awan.

"Jangan kemana-mana dulu! kamu masih sakit, baru juga sadar Wan... Anelis itu gapapa kok, dia udah sembuh mama nya bawa dia berobat jalan."

Awan pun bernapas lega, "Kamu jangan pernah dekat dengan Anelis lagi! ingat ya Awan?"

Mendengar itu sontak Awan mengerutkan keningnya, "Emang kenapa ma? bukannya..."

Vivi menggeleng cepat, "Perjodohan itu gak akan pernah terjadi! mama tidak mau kamu bersama anak dari orang yang tega menuduh dan menyakiti anak mama!"

Awan tampak tidak mengerti maksud ucapan sang mama, "Memangnya siapa yang di tuduh?"

"Kamu! kamu dituduh membuat celaka Anelis, dan Arya... dia di tampar sama Ela! apa nggak sakit hati mama? itu anak mama, bahkan Arya gak ikut campur tentang kejadian ini malah kena juga!"

"Sekarang dimana Arya ma? Awan mau bicara sama dia," jawab Awan. Ia yakin Arya tahu apa yang sebenarnya terjadi selama dia tidak sadarkan diri di rumah sakit.

Vivi pun beranjak keluar ruangan, untuk memanggil Arya. Tak butuh waktu lama Arya pun memasuki ruangan, hatinya betul-betul tidak tenang. Karena ia ingat pesan Danu, supaya dia menceritakan semuanya pada Awan. Tetapi entah kenapa perasaan nya tidak nyaman, jika harus menceritakannya sekarang.

"Wan," sapa Arya sembari duduk di kursi samping kanan brankar. "Cerita ke gue, ada masalah apa? kata mama lo di tampar sama Tante Ela?"

Awan tampak tidak ingin berbasa-basi lagi, ia langsung menuju inti dari pembicaraan. Arya bingung, benar-benar bingung. Harus mulai darimana yang akan ia ceritakan ini? apa Awan bisa mengendalikan emosinya kalau Arya benar-benar menceritakan masalah sesungguhnya?

"Iya. Gue emang di tampar sama Tante Ela, tapi itu bukan masalah yang besar." Jawab Arya masih belum berani menatap Awan.

"Lalu? apa masalah besarnya?"

Arya terdiam, ia berusaha mengumpulkan tenaga untuk menceritakan akar dari permasalahan nya bersama Dixon. Awan yang melihat sikap Arya pun terheran-heran, ia juga tak sabar mendengar apa yang akan di ceritakan kembarannya itu.

"Arya? kenapa lo diem? tentang apa? apa ini ada hubungannya sama Dixon?" tanya Awan, sontak Arya menatap manik mata Awan.

Tak lama setelah itu, Arya pun menganggukkan kepalanya. "Bener Wan, ini ada kaitannya sama Dixon. Tapi gue nggak sanggup kalau harus ceritain yang sebenarnya sama lo,"

"Tentang... apa alasan Dixon selama ini teror kita dan menaruh dendam bertahun-tahun sama kita."

Tiba-tiba suasana di ruang rawat Awan terasa sangat hening, jendela ruangan yang semula terbuka tiba-tiba tertutup dengan sendirinya. Mendung di langit semakin terlihat gelap, angin kencang lah penyebab jendela itu tertutup sendiri.

ARLEAN 2 | love must stop ( the end )Where stories live. Discover now