Bagian 22

152 16 3
                                    

        Dengan kecepatan penuh, Azka mengendarai motornya menuju rumah sakit yang dikatakan oleh Senja.

Tangan Senja sudah bergetar sedari tadi takut mamanya kenapa-kenapa. Azka melihat wajah khawatir Senja lewat kaca spionnya. "Tenangin diri lo,"

***

Setelah sampai di rumah sakit, Senja langsung berlari masuk diikuti oleh Azka di belakangnya.

"Kamar no 208..."

Ceklek..

Senja membuka pintu ruangan dan melihat mamanya terbaring dan bibi yang tadi meneleponnya di samping brankar mamanya. Terlihat juga Papanya duduk sambil membaca koran di sofa.

"Mama kenapa?" tanya Senja khawatir.

Erik yang masih membaca koran lalu menjawabnya. "Kecapean,"

Senja menatap bibi yang menundukkan kepalanya.

"Dia siapa?" tanya Erik yang tersadar bahwa Senja bersama seseorang.

"Saya Azka Om," ucap Azka sopan.

"Teman Senja," ucap Senja agar Papanya tak bertanya kepada Azka.

"Ka, lo tunggu di depan dulu sama Bibi," ucap Senja menatap Azka dan Bibi. Azka pun menganggukkan kepalanya.

Setelah Azka dan Bibi keluar, Senja langsung menatap Papanya.

"Papa apain mama? Kalian bertengkar lagi?" tanya Senja.

"Mama kamu yang mulai," jawab Erik singkat.

Tangan Ayu bergerak dan memegang tangan Senja yang terkepal.

"Mama? Mama udah sadar? Ada yang sakit?" tanya Senja khawatir. Ayu menggelengkan kepalanya.

"Mentari mana?" tanya Ayu.

"Dia gak ikut, Senja suruh di apartemen aja,"

"Besok jangan lupa pulang. Kalian pilih mau sama Papa atau Mama," ucap Erik santai.

Senja langsung menatap Mamanya. "M-maksudnya?"

Ayu tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Maafin Mama,"

Senja melepaskan tangan dari Mamanya dan keluar dari sana dengan tatapan datarnya.

"Lo gak papa?" tanya Azka melihat Senja keluar.

"Kita pulang aja," ucap Senja berjalan mendahului Azka. Azka pun langsung menyusul Senja dan memegang tangan Senja membuat Senja kaget.

"Ayo,"

***

Mentari masuk ke kamar kakaknya untuk menaruh bukunya yang tertinggal di meja.

"Rapi bener kamar kakak gue,"

"Gue bawa mangkoknya pulang dulu ya," ucap Zahra yang baru selesai mencuci mangkoknya.

"Iya,"

Mentari pun keliling di kamar kakaknya dan melihat sebuah kertas di lacinya. "Ngapain kakak nyimpen kertas beginian,"

Azka & Senja (On Going)Where stories live. Discover now