Bagian 10

215 23 3
                                    

-

Azka duduk di kursi perpustakaan sambil membaca beberapa buku. Ia sangat suka dengan suasana perpustakaan yang tak terlalu ramai. Sangat cocok untuk membaca. Namun kebanyakan siswa dan siswi pergi ke perpustakaan untuk tidur. Seperti saat ini, sudah terlihat 5 orang tertidur di bangku yang sama yang berada di seberang bangku Azka.

Ketika tengah fokus membaca, sebuah tangan menyodorkan handphone di depannya. Saat menoleh, terlihatlah Senja dengan wajah menahan gugupnya tengah menatap ke arah lain.

"G-gue gak tau nomor telepon lo," ucap Senja tanpa menatap Azka. Tak kunjung mendapat balasan dari Azka, Senja langsung menarik tangan Azka agar mengambil handphonenya.
"Buruan ketik nomor lo," ucap Senja.

"Gue gak ngasih nomor ke sembarang orang," ucap Azka berhasil membuat Senja ingin mengumpat.

"Kalo lo gak ngasih nomor telepon, gimana gue mau ngabarin masalah belajar fisika?!" ucap Senja tak tahan dengan Azka. "Gue juga gak mau kali punya nomor lo," gerutu Senja pelan namun Azka tetap bisa mendengarnya. Ia langsung mengetikkan nomor teleponnya di handphone Senja.

"Nih!" Azka mengembalikan handphonenya kepada pemiliknya.

"Nanti kalo gue telpon jangan lupa di angkat ya!" ucap Senja lalu ia meninggalkan perpustakaan dengan senyum puasnya.

"Gimana? Berhasil?" tanya Naya yang menunggu Senja di depan perpustakaan. Senja menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Harusnya gue ikutan masuk buat liat wajah Azka," ucap Naya menyayangkan waktunya untuk berjaga di depan perpustakaan.

"Kalo lo ikutan masuk, nanti kalo ada Galang, yang ada Azka kena masalah!" ucap Senja sembari berpikir nama yang pas untuk Azka di teleponnya. "Tetangga," ucap Senja menyimpan kontak Azka.

"Aneh-aneh aja lo pake nama tetangga segala!" ucap Naya memukul lengan Senja.

"Terserah gue," ucap Senja acuh. Mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju kelasnya.

"Emang Azka udah ngesave nomor lo?" tanya Naya kepada Senja membuat Senja tersadar.

"Bentar-bentar gue telepon dulu," ucap Senja lalu ia segera mencoba menelepon Azka.

"Azka! Ini gue Senja! Jangan lupa save nomor gue ya!" ucap Senja lalu ia memutuskan sambungan.

"Singkat amat neng," sindir Naya.

"Gak papa singkat yang penting pasti," ucap Senja sambil terkekeh.

"Bisa ae lo!"

---

Sepulang sekolah, Senja langsung menuju perpustakaan. Ia dan Azka memutuskan untuk belajar di sana. Mereka akan belajar setiap hari saat pulang sekolah selama sekitar 2 jam.

"Gue ada belajar tambahan dari Pak Emon. Lo pulang aja jangan nungguin gue," ucap Senja menelepon Galang. Ia tidak memberitahu bahwa ia belajar dengan Azka. Lagian Galang juga tidak kenal dengan Azka.

"Lo pulang sama siapa nanti? Perlu gue jemput?" tanya Galang di telepon.

"Gue bisa panggil taksi," jawab Senja lalu Galang hanya mengiyakan. Tanpa basa-basi lagi, Senja langsung memutuskan sambungannya.

Ia lalu masuk ke perpustakaan dan menghampiri Azka yang sudah menunggunya di sana.

"Maaf gue telat," ucap Senja tak enak hati lalu ia duduk di depan Azka. Namun Azka nampak tidak peduli dengan Senja.

"Kita mulai aja," ucap Azka menyodorkan beberapa catatan kepada Senja agar Senja dapat mempelajarinya. Mereka berdua langsung fokus dengan buku yang ada di depannya.

Azka & Senja (On Going)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें