Bagian 30

160 17 2
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Senja menatap jalan setapak di depannya. Ia tak percaya bahwa Azka benar-benar mengajaknya mendaki.

D-di siang hari¿

"Ka, lo serius? Ini mataharinya masih di atas kepala gue loh," ucap Senja ingin sekali menolak ajakan Azka.

"Kalo gak mau, gak usah ikut. Tunggu di sini," jawab Azka tak mau susah. Ia mengambil tas di bagasi yang ternyata adalah alat-alat untuk berkemah.

Tapi bukan Senja namanya kalo tidak menerima tantangan. "Sebagai anak atletik di sekolah, gue nerima tantangan dari Azka Pradipta Sanskara!" ucap Senja sambil mengeratkan kepangannya. Azka terkekeh melihat semangat Senja.

2 jam kemudian...

"Huh-Azka i-ini m-masih jauh? K-kok perasaan, gak nyampe-nyampe," ucap Senja dengan napas yang terengah-engah.

"Udah nyerah?" ucap Azka untuk mengembalikan semangat Senja.

"Bantuin gue dulu," ucap Senja menyodorkan tangannya agar Azka membantunya naik.

Kalian tau endingnya gimana?

Azka dan Senja mendaki sambil pegangan tangan.

PEGANGAN TANGAN!

Oh okey. I'm okay.  Skskskksksks

Matahari sudah mulai turun di barat namun Azka dan Senja masih perlu beberapa waktu lagi untuk sampai di puncak.

Saat langit mulai berubah menjadi jingga, Azka dan Senja akhirnya sampai di puncak. Pemandangan sunset di puncak membuat Senja takjub. Karena biasanya ia hanya melihat sunset di pantai. Ini merupakan pengalaman baru untuknya.

Tenda-tenda mulai berdiri. Orang-orang berfoto karena tak mau melewati langit yang cerah ini sebelum gelap.

"Gila! Sekeren ini! Pantes aja lo rela mendaki siang hari!" ucap Senja masih takjub dengan pemandangannya. Azka mengeluarkan kameranya dan mulai mengabadikan momen.

"Azka! Foto gue!"

Cekrek.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Azka & Senja (On Going)Where stories live. Discover now