Bagian 9

202 22 2
                                    

-

  Senja terus menggerutu sepanjang jalan menuju kelasnya. Ia baru saja selesai menemui Galang. “Dia pikir dia siapa mau tinggal bareng gue! Ogah banget!”

“SENJA!” teriak seseorang memanggilnya. Senja menoleh dan mendapati Pak Emon tengah berdiri sambil melipat tangan di depan dadanya.

“Please jangan nambah beban pikiran gue,” gerutunya pelan agar Pak Emon tak mendengarnya.

“Datang ke meja saya!” ucap Pak Emon menatap Senja dengan tatapan garangnya.

“Tapi Pak, saya ada tugas, belum selesai. Nanti habis bikin tugasnya aja saya kesana ya Pak, permisi Pak,” ucap Senja membungkuk sedikit lalu segera berlari dari sana.

“HEI! AWAS YA KALO KAMU GAK KE RUANGAN SAYA! SAYA TELEPON ORANG TUAMU! SAYA BILANGIN ANAKNYA GAK PERNAH ADA NIAT BELAJAR!” ucap Pak Emon meneriaki Senja yang semakin menjauh. Ia lalu memegangi lehernya. “Capek juga teriak-teriak gak jelas,”

“Kalo capek jangan teriak-teriak Pak,” ucap seseorang membuat Pak Emon terkejut.

“Azka? Sejak kapan kamu di sini?” tanya Pak Emon tak menyadari kehadiran Azka.

“Dua menit yang lalu,” jawab Azka. Karena tak suka bertele-tele, tanpa ditanya, Azka langsung mengatakan maksud ia kesini. “Saya mau ikut lomba,” ucap Azka tentu saja membuat Pak Emon senang.

“Wah! Bapak sudah tebak kamu bakal langsung nerima,” ucap Pak Emon menepuk pundak Azka pelan.

“Kalau begitu saya permisi Pak,” ucap Azka ingin kembali ke kelasnya namun Pak Emon menghentikannya.

“Em Azka, bapak boleh minta tolong sama kamu?” tanya Pak Emon menatap Azka. Meskipun bingung, Azka menganggukkan kepalanya. “Ya sudah nanti jam istirahat, datang ke ruangan saya.” ucap Pak Emon.

---

    Bel tanda istirahat sudah berbunyi namun siswa di kelas Senja masih sibuk membuat tugas.

“Argh! Tuh guru kalo ngasih gak pernah wajar! Otak gue gak nyampe nih! Ah bodo amat lah!” ucap Pajar menggaruk kepalanya dengan pulpen. Ia lalu menyelesaikan soal terakhir dengan jawaban yang hanya menebak-nebak. “Oke! Nih tugas gue! Gue permisi dulu ya!” ucap Pajar menyerahkan tugasnya kepada Senja lalu segera keluar dari kelasnya.

“Senja! Ngumpul tugasnya gak boleh nanti aja?” tanya salah satu teman kelas Senja.

“Gak! Yang ada malah gue yang di marahin! Buruan! Buruan! Gue hitung sampe 10 ya! Kalo gak ada yang ngumpul lagi, gue tinggal!” ucap Senja lalu ia mulai menghitung.

“Satu...dua...tiga...empat...lima...enam..tujuh...” Sebagian siswa langsung membawa tugasnya kepada Senja yang berdiri di depan.

“Buruan 5 orang lagi!delapan...sembilan...sepuluh!”

Seluruh siswa langsung menghela napas. Lima orang pun langsung mengumpul tugasnya.

“Oke udah lengkap ya! Gue kumpul sekarang! Kalian langsung istirahat aja,” ucap Senja menyuruh teman-temannya istirahat dan ia akan ke ruang guru.

“Gue juga istirahat ya Ja! Semangat!” ucap Naya tersenyun kepada Senja lalu ia segera meninggalkan kelas bersama yang lain.

“NAYA! TUNGGUIN GUE! TEGA YA LO!” ucap Senja kesal kepada Naya yang meninggalkannya. Ia lalu menghela napas dan segera menuju ruang guru.

Senja masuk dengan hati-hati. Ruang guru terlihat sepi. Ia lalu menaruh tugasnya di atas meja Bu Safa. “Beres!”
“Ternyata kamu sudah di sini. Bapak kira kamu mau kabur lagi,” ucap seseorang yang sangat Senja kenal suaranya. Ia lalu membalikkan badannya dan mendapati Pak Emon tengah tersenyum kepadanya.

Azka & Senja (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang