Bagian 5

251 23 3
                                    

-
   
         Hari semakin sore dan Mentari sudah pulang bersama sang Papa, Erik. Mentari langsung berlari ke atas menuju kamar kakaknya tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu.

“Kak!” panggil Mentari sambil mengetuk pintu kamar Senja sebelum masuk ke kamarnya.

Tanpa menunggu jawaban kakaknya, Mentari masuk begitu saja dan melihat Senja yang masih bermain handphone di atas tempat tidurnya sembari menggunakan earphone.

“Kakak! Pantesan gak denger suara gue! Lepas dulu earphonenya!” ucap Mentari melepas earphonenya.

Senja yang baru menyadari kedatangan Mentari langsung melototkan matanya tak terima.

“Apaan sih lo!” ucap Senja kesal kepada adiknya. Mentari menatapnya dengan senyumannya membuat Senja bergidik ngeri. “Jangan liat gue kayak gitu!”

Mentari langsung duduk di samping sang kakak mengambil posisi berhadapan untuk memulai menceritakan hal yang baru ia lalui.

“Tau gak pas gue ke rumahnya Zahra?” tanya Mentari. Senja berpikir pertanyaan yang diajukan adiknya adalah pertanyaan bodoh. Bagaimana ia tahu kalau sedari tadi ia hanya menonton youtube di handphonenya?

“Gak,” jawab Senja singkat. Dengan wajah sumringahnya Mentari mulai menceritakan hal yang sangat menarik.

“Pas gue kesana, ekspresi gue udah kayak orang bego yang gak pernah ke rumah orang kaya! Sumpah tuh rumah udah kayak istana! Terus pas gue masuk, yang pertama kali gue lihat adalah kakak ganteng! Kebayang gak lo?” ucap Mentari bercerita dengan energi penuhnya namun Senja hanya menaikkan sebelah alisnya bingung. “Terus?”

“Tapi kakak gantengnya langsung pergi dari rumah itu. Pas gue tanya sama Zahra, katanya dia gak tinggal di sana. Sejak pindah kesini, kakak ganteng langsung milih tinggal di apartemennya sendiri ketimbang tinggal di istana itu,” ucap Mentari masih bersemangat.

“Kenapa gitu?” tanya Senja yang juga merasa bingung tanpa sebab.

“Katanya hubungan Orang tuanya sama kakaknya itu gak terlalu bagus, jadi kakaknya lebih milih tinggal sendiri,” ucap Mentari mengatakan seperti apa yang dijelaskan Zahra, temannya.

“Orang kaya belum tentu bahagia.” Hanya itu ucapan Senja sebelum ia masuk ke kamar mandi.

“Mending lo sekarang siap-siap dari pada nanti dimarahin Papa kalo telat,” ucap Senja lalu ia benar-benar masuk ke kamar mandi meninggalkan Mentari.

“Gue tau kak hal apa yang sedang lo hadapi sekarang. Gue Cuma mau hibur lo,” ucap Mentari dalam hatinya melihat sang kakak.

----

      Malam harinya, keluarga Senja sudah siap untuk menyambut keluarga Galang. Senja yang moodnya mulai memburuk memilih berdiam diri di kamarnya.

Ia melihat postingan Naya yang kini tengah bersama teman pacarnya. Melihat itu tentu saja jiwa iri Senja langsung bergejolak.

“Gara-gara Galang gue gak bisa ikutan sama Naya,” gerutu Senja kesal. Tak berapa lama, Mentari memanggilnya untuk turun.

“Kak! Papa nyuruh lo turun!” teriak Mentari dari luar kamar Senja. Dengan langkah malasnya Senja pun keluar dan turun mengikuti perkataan Papanya.

Terlihatlah Erik yang sedang duduk di ruang tamu sambil membaca korannya dan secangkir kopi di sampingnya.

Senja memilih untuk mencari mamanya di dapur dari pada ke ruang tamu. Namun, Erik langsung memanggil Senja dan menyuruhnya ke sana.

“Kenapa?” tanya Senja berdiri di samping Papanya.

“Papa mau kamu ngikutin kata-kata Papa. Ini demi kebaikan dan masa depan kamu,” ucap Erik tanpa beralih sedikit pun dari korannya.

Azka & Senja (On Going)Where stories live. Discover now