16. Rebutan

55 11 0
                                    

Susan turun dari atas motor, pagi ini ia datang bersama Atheo. Setelah perdebatan panjang karena si Satria Gembala alias Sean kakaknya yang melarang keras gadis itu datang ke sekolah hari ini.

Saat Susan keluar dari kamar untuk sarapan pagi ini dengan serangan rapi, dirinya langsung mendapat ceramah dari pemuda itu.

Katanya Susan harus istirahat karena kemarin muntah sampai pingsan. Padahal kondisi Susan sudah baik-baik saja.

Tubuhnya sehat, walaupun dirinya merasa sedikit malas dan kurang bertenaga.

Untung saja izin ayahnya dan juga Atheo yang mampir kerumahnya menyelamatkan Susan.

Karena setelah adu mulut nya dengan Sean, malas sekali jika harus berangkat sekolah dengan pemuda itu!

Atheo menerima uluran helm dari Susan, meletakkannya diatas motor. "Inget, jangan pingsan lagi!" pesannya.

Susan melengos. "Mirip Kak Sean lama-lama, pengen gue usir."

"Ngaco, gue sama lo tua gue!" balas Atheo datar walau sudut bibirnya berkedut menahan senyum.

"Terus lo mau ngusir gue duluan gitu?!"

"Gak. Gue kurung aja lo dirumah, biar gak ada yang nyakitin lo lagi.." ujar Atheo merapikan anak rambut Susan.

"Kadang keluarga bisa jadi alasan rasa sakit paling dalam," lirih gadis itu tersenyum miris.

Atheo mengangguk, menyetujui hal tersebut. Nyatanya apa yang gadis ini katakan tidak salah.

"Eh, katanya kelas lo mau bikin jaket, ya?" tanya Susan mengalihkan pembicaraan.

Atheo yang ditanya langsung menghela nafas, teringat dengan tingkah aneh teman sekelasnya.

"Iya, katanya mau ada gambar ularnya karena kelas gue kelas Slytherin."

"Ya, bagus dong! Kaya Malfoy.. Nanti kalo udah jadi pinjem, ya," pinta gadis itu mengerjapkan matanya penuh harap.

"Gak."

"Ihhh.."

"Nanti halu lo gak sembuh-sembuh!" dengus Atheo mulai beranjak membuat Susan berlari mengejarnya.

"Gue tuh gak halu! Gue tuh Dramonie shipper yang berharap Feltson is real!"

"Ya, itu bagian dari mimpi lo kan?! Nyatanya Feltson lo itu gak real!"

Susan berhenti, merapatkan bibir. "Yaudah gue pinjem si Amir aja," ucap gadis itu melenggang pergi membuat Atheo mendelik.

Sontak saja, Atheo langsung menarik tas Susan untuk menahan.

"Gua lebih ganteng dari dia! Lebih putih!!"

"Ngaco! Di kamus gue nomer satu yang paling ganteng Nabi Yusuf sebagai manusia paling tampan. Yang kedua Sehun dan pacar halu gue lainnya! Udah, sisanya gak ada lagi yang ganteng," balas gadis itu.

"Gue nyata, Sus! Nih, di depan lo, ngapain mikirin yang gak mungkin ditakdirkan sama lo sih?!"

"Yaka—–"

"Wihh.. Gini ya calon ketos mainnya, sama degem, njirr.."

Atheo yang mendengar celetukan yang sudah dipastikan berasal dari teman kelasnya itu merutuk.

KENAPA SIH MEREKA TUH ADA DIMANA-MANA?!?!

"Susan!!!" sapa Marten melambaikan tangan dengan senyum lebar.

Atheo melirik Marten dengan sinis. "Ck, pergi sana! Hus.. Huss.. Jauh-jauh!!" usirnya tajam.

"Lo kok gak telat lagi? Berubah rajin lo?" tanya Marten lagi sama sekali tak mengindahkan Atheo.

X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓Where stories live. Discover now