24. Junior Berisik

38 9 0
                                    

"Eh, ini AC nya idup gak sih, njirr?? Gak berasa buset!" keluh Yaya sembari mengibaskan tangannya mengipasi wajah.

Mereka baru selesai olahraga, sebenarnya hanya anak cowok. Karena para cewek sibuk berselfie ria setelah pengambilan nilai tadi.

Hanya beberapa saja yang lanjut bermain voli.

"Ya gimana mau dingin, woy! Kelas elu lantai dua. Pintu sama jendela dibuka, ya jelas gak kerasa, lah!" sahut James geleng-geleng.

"Eh, yang tadi itu siapa, sih? Nyolot banget mukanya sumpah!!" tanya Yaya mendengus.

Mengingat wajah kakak kelas yang tadi menegur mereka karena terlalu berisik sejak tadi.

Perkataannya menusuk, ala kakel garang yang songong.

"Tolong diem, ya, kelas dua belas dibawah lagi belajar!"

"Nah, iya bener, sat! Gua aja kesel!" sahut Haechan menggebu.

"Anak IPA bukan sih? Lagaknya songong gitu," tanya Jeno.

"Songong apa?! Ganteng gitu kok songong!!" kata Karina tak setuju.

Aji yang melihat itu melengos lelah. "Elo semua cowok juga dibilang ganteng, Rin!" cibirnya.

Karina menoleh, tersenyum masam. "Kelas ini doang yang kagak."

"Anj—–" Yaya menelan kembali umpatannya. Pemuda itu jadi mendengus pelan sambil membuang muka kearah lain.

James membenarkan posisi duduk. "Itu ketua kelas 12 IPA 1, namanya Rawon—–"

"Ramon, gobs!!" Giselle menoyor kepala James kesal.

"Yang bener Raymond," Lioni meralat.

Semuanya jadi berseru paham. Membuat Lioni geleng-geleng, sedangkan Rendi jadi mendengus pelan.

"Kenapa sih kelas ini tuh gobloknya kentara banget?!" katanya miris.

"Liat nanti, Njun, paralel kelas ini urutan berapa," ucap Haechan santai.

"Kelas mana ada peringkatnya sih, sat?!"

"Ada bego!"

"Kata siapa??"

"Gue ini barusan yang bilang," jelas Haechan tak peduli membuat Rendi menendang kursi yang diduduki pemuda itu.

"Emang bener, ya, suara kita tadi nyampe TU?" Helena jadi bertanya-tanya.

Pasalnya, mereka tadi ditegur karena terus berisik selama dilapangan. Sedangkan disana ada kelas 12 IPA 1 dan 12 IPS 1 yang pastinya tengah fokus belajar untuk menghadapi ujian.

"Giselle noh, jeritannya kek apa aja padahal ulet doang!" tuding Haechan membuat Giselle yang namanya disebut jadi mendelik.

"Lagian elo mainnya ulet! Geli goblok!!"

"Hilih, geli sama kek gituan!" Haechan masih saja mencibir.

"Yaiya, orang ulet uget-uget gitu. Jelas gue geli! Gue cewek!" balas Giselle tak terima.

"Itu Susan paling kalo dikasih diem aja!"

Susan menoleh, gadis itu jadi tersenyum miring. "Gue lebih geli liat tingkah lo, sih!" ujarnya santai sambil menunjuk Haechan.

Giselle jadi tertawa sarkas. "HAHA.. MAMAM TUH MAMAM!!!"

****

"Ah, nyet.. Lagi baper!!" teriak Susan gemas sambil melempar bantal kearah TV yang menyala.

X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang