35. Modus Bertebaran!

40 8 0
                                    

"HAEDARR!!!!"

Haechan yang saat itu tengah meminum air mineral jadi terkejut. Untung saja pemuda itu tak sampai tersedak.

"Buset, itu mulut teriak sampe tenda sebelah denger. Sebelahnya lagi terus kesebelah sampe ujung. Muter ke sebelah depan, terus ke belakangnya lagi masih denger!" kata Rendi membuat semua orang yang ada disekitar tenda jadi mengerjap.

Rendi yang jadi sorotan jadi kikuk sendiri. "B-biasa aja dong muka lo pada! Gak usah terpesona gitu."

"Diem ajalah, bgst!" umpat Galih sambil menabok kepala Rendi keras.

Rendi meringis, mengusap kepalanya yang terasa panas dengan mulut menggerutu kesal. Tapi, lebih kesal lagi karena tidak bisa membalas.

Bukan tidak berani, hanya saja sudah jelas karena ia kalah badan dengan si jangkung dikelasnya itu.

"Ish, udah! Chan, ambilin aer nih!" suruh Wita hampir saja terlupa akan tujuannya berteriak sekeras tadi.

Gadis itu menyodorkan sebuah ember pada Haechan yang tengah asik tiduran sambil main game ditenda.

Haechan mendengus. "Napa sih anying, gue mulu yang disuruh-suruh?!"

"Muka lo udah pas jadi babu sih, Dar!" sahut Jeno membuat Haechan mengumpat sambil melempar botol ditangannya.

Wita melengos melihat kelakuan anak cowok kelasnya itu. Ia jadi ingin protes kenapa letak tenda masing-masing kelas harus berhadapan begini.

"Witt!! Airnya mana???" Susan berteriak dari belakang tenda.

Gadis itu, Naya, Wita, dan Karina sedang sibuk memasak. Sedangkan yang lain sibuk dengan urusan masing-masing, entah memang punya kegiatan atau sekedar ngeluyur. Dan yang tersisa beres-beres tenda kemudian bersantai.

"Buruan ini, atau lo semua gak dimasakin!!" ancam Wita.

"Rendi noh!" tunjuk Haechan mencebik.

"Elo daritadi gak ada ngapa-ngapain ya, setan!" Susan yang sudah tak tahan jadi menghampiri mereka dengan mata melotot.

Tangan kirinya yang memegang pisau dan satunya lagi berkacak pinggang. Gadis itu sepertinya sedang mode Suzanna.

"Ogah, ah! Suruh yang lain aja!" tolak Haechan tak peduli.

Susan sudah hampir maju untuk mengamuk, tapi sebuah tangan menahannya. Ia berbalik, ada Naya disana.

"Udah, udah, sini gue aja. Gak berangkat-berangkat, gak mateng-mateng itu masakannya!"

Gadis Jepang itu mengambil alih ember ditangan Wita. Susan mendelik tak setuju, tapi ia tahan saat Galih tiba-tiba saja bangun dan merebut ember tersebut.

"Seember aja?" tanya pemuda jangkung itu datar.

"Ini masih ada," tunjuk Susan pada dua ember kosong disamping tenda.

Galih berjalan mendekat, mengambil ember tersebut. Naya kembali mengambil salah satu ember.

"Lo gak mungkin bisa bawa tiga ember sendirian aja," ucapnya saat Galih mengernyit.

Galih mengangguk saja, menyuruh Naya jalan terlebih dahulu sebelum seseorang tiba-tiba menyeruak.

"Gue aja, deh. Gue aja!!" serobot Haechan.

Alis Galih terangkat tinggi, Naya memandangi itu dengan heran. Dan Susan yang sudah mengumpati Haechan.

Dasar kadal!!!

Ia menatap Haechan yang tengah mendorong punggung Galih. Hal itu membuatnya menyeringai licik.

Susan berdeham. "Iya, itu Ce, suruh Haedar sama Lalat aja yang berangkat. Kita lanjut masak aja, kasian si Karina sendiri, ntar ngomel dia!"

X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓Where stories live. Discover now