36. The Clown Side

46 9 0
                                    

"Bentar, ini tuh maksudnya gimana, sih? Gue gak paham."

Rendi menghembuskan nafas panjang, benar-benar lelah menjelaskan tentang peraturan untuk jurit malam kepada Haechan.

"Lo tuh terlalu polos atau terlalu bego sih, Chan?! Gue tabok juga nih!!" Rendi julid.

Masalahnya mereka diskusi, udah ngomong panjang kali lebar kali tinggi tapi manusia yang namanya Haedar Dwi Chandra ini sama sekali gak ngerti.

GIMANA RENDI GAK EMOSI?!?!?!

"Galak banget sumpah. Gue kan cuma nanya!" sewot Haechan.

"LO NANYA MAU DELAPAN KALIIIII!!!!" Rendi ngegas.

"SANTE AE SANTEE!!!!" teriak Haechan tak mau kalah.

"Udahan, dong! Gak usah teriak, berisik!" dengus James jengah.

Pemuda itu berjongkok disamping Rendi sambil terus menggambar absurd diatas tanah walaupun tatapannya fokus kedepan.

Pada gadis yang berdiri didepannya. Susan yang sejak tadi berusaha mengacuhkan pandangannya.

Susan sendiri hanya berdiri dengan acuh disebelah Naya. Tak mau ikut berdebat karena masih kesal dipaksa untuk ikut jurit malam. Apalagi se-tim dengan James.

Rendi melengos. "Lo yakin yang kaya gini bisa kerja sama?" tanyanya pada Lioni.

Lioni sendiri hanya bisa tertawa masam. "Semoga ajaa..."

"Pokoknya kalian harus bisa nyelesain misi ini!" kata Rendi lagi.

"Mon maap, kok gue berasa jadi tumbal, ya???" Haechan lagi-lagi menyuarakan protesnya.

"Cuma nemuin bendera doang, Chan. Bukan disuruh nemuin jalan ke sisi Tuhan!"

"Eh, Lioni bisa nge-jokes??"

"Ajaran gua!" sahut Susan mengibaskan rambutnya bangga dengan tangan merangkul Lioni.

"Lo mah ngajarin sesat doang bisanya!" ucap Haechan sinis.

"Lo ngomong sekali lagi, gue tonjok!" ancam Galih geram.

"Apa sih lo kok daritadi ngancem gue mulu?! Ngefans ya lo?!"

"Lo tuh daritadi berisik, sat! Ini rapatnya gak kelar-kelar!"

Si jangkung yang sudah kesal sejak tadi berdiri disitu dengan raut suntuk setengah mati.

"YA, MASALAHNYA NYARI BENDERA NYA ITU MALEM-MALEM. LO KIRA SEKOLAH INI BANYAK LAMPU YANG KALO MALEM BIKIN TERANG BENDERANG, HA?!"

"LO JALAN BARENG-BARENG, SAT! KAGA SENDIRI. ADA TIGA ORANG SE-TIM SAMA ELO!"

"KALO ADA SETANNYA GIMANA?!"

"Elo lebih nakutin daripada setan!!!" kata Susan datar.

"Nah, tuh bener!" sahut James cepat. Sangat setuju. Tak peduli dengan Susan yang jadi melengos karena ia menyahuti ucapannya.

Setidaknya untuk sekarang, bukan saatnya memikirkan masalah mereka.

"Dih?! Denger, ya! Gue tuh makhluk Tuhan yang paling ganteng!" ucap Haechan percaya diri.

"Ren.." panggil Galih. Suaranya begitu rendah.

Rendi menoleh, menatap teman jangkungnya yang raut wajahnya sudah suntuk sekali.

"Gue nonjok dia sekali aja.. Boleh gak sih?!?!" tanya Galih sudah tak tahan seraya menunjuk Haechan yang jadi mendelik tak terima.

"Gue vote Lalat! Ayo, Lat! Gue dukung, gak papa. Hajar aja dia!" seru James mengangkat tangan dengan raut semangat.

X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang