32. Bedanya Cewek Sama Cowok

39 7 0
                                    

Para cewek dikelas mendengus pelan melihat Jeno yang duduk tenang dikursi. Tidak ada permintaan maaf, tidak juga penjelasan.

Bahkan pemuda itu nampak tidak peduli dengan Wahyu yang masih menangis sampai Lioni mengelus punggung Wahyu, agar gadis itu tenang.

LAGIAN, ADA YA ORANG ABIS KETAUAN SELINGKUH SANTAI AJA GITU?!?!

ANAK KECIL KEPERGOK MAKAN ICE CREAM SAMA MAMANYA AJA KADANG SAMPE KETAR-KETIR.

LAH, INI SANTAI AJA GITU... DIKIRA HATI WAHYU ITU APA?????

"Udah, Yu, sabar! Cowok masih banyak. Ayo, ikut gue mengejar cinta," celoteh Karina.

"Cewek tuh nunggu dikejar!" protes Ningsih.

"Gak juga, dong. Sekali-kali harus maju duluan. Emansipasi!" ujar Lioni.

Helena mengangguk, "jangan cuma nunggu. Nanti malah gak ada kepastian!"

Naya tersenyum, menepuk bahu Helena. "Pengalaman!" katanya membuat Helena jadi mengumpat dalam hati.

"Kaya lu punya pasangan!" cibir gadis itu sebal.

"Ada tuh," Susan menyahut. "Bayangan!" lanjutnya santai dan Naya melirik teman sebangku nya itu sinis.

"Memang dikelas ini gak ada yang mengalahkan ketajaman mulut Susan!" ucap Yuki sambil bertepuk tangan.

"Udah, dong, malah bahas cowok! Wahyu lagi sedih itu!" tegur Yujin ikut-ikutan.

"Emang cewek dikelas ini tuh aneh semua!" Yaya geleng-geleng.

"Dah, kalo gak, ikut Susan nge-fans ke Oppa aja," saran Karina mengabaikan Yujin dan Yaya.

"Cowok didunia nyata masih banyak!" sahut Yaya berdecak pelan.

"Oppa itu nyata!!!" seru Naya, Susan, Lioni, dan Helena tak terima.

Karina tertawa, ekor matanya melirik Jeno yang masih tenang-tenang saja. Diam-diam, gadis itu menggerutu kesal.

"Atau kenalin sama anak sekolah depan aja? Ada lah pasti yang ganteng," Karina masih memancing. "Lioni punya temen anak sekolah depan, Ni? Kenalin Wahyu, kalo ga mau buat gue juga gak papa yang penting setia."

"Aku juga, dong!" seru Yuki mengangkat tangan.

"Tolong istighfar dulu kalian semua!" dengus Naya.

"Ini daritadi pada disindir kok diem aja, yaaa..." suara Wita menatap tajam para anak cowok dikelas.

"Cih, cowok mah emang gak peka!" Susan berkata dengan nada menyindir keras.

Yujin mendelik tak setuju, Yaya juga mengeluarkan raut protesnya. Jeno sendiri yang jadi objek sindiran hanya diam.

"Kalo baperan mah cewek namanya!" balas Galih santai memecah keheningan. Semua orang menoleh kearahnya.

Yujin disampingnya sudah mengumpat, menatap Galih sebal karena malah memperburuk keadaan.

Gak ngerti apa kalo kelas lagi tegang gara-gara Jeno ketahuan selingkuh?! Mark padahal sudah susah-susah membuat keadaan kondusif setelah insiden tadi.

Karina tertawa sinis, turun dari meja yang didudukinya. Lalu berdiri didepan Galih. Rendi dan Mark jadi berdiri, berjaga-jaga.

"Tenang, Mark. Gue gak mau ribut, kok!" ujar Karina menatap si ketua kelas, mengerti kekhawatiran Mark kalau kejadian ribut tadi terulang lagi.

"Cewek emang baperan, dan sebagai cowok. Harusnya lo bisa jaga perasaan si cewek. Kalian lahir dari cewek, walaupun cowok yang bikin juga percuma kalo gak ada ceweknya!" omel Karina.

Wita mengangguk setuju. "Kalian gak bakal ngerti rasanya jadi kami semua!"

"Ya, gak bakal ngerti. Orang bener kata Susan, mereka gak peka!" sahut Yuki.

"Makanya besok lagi mikir pake logika juga, jangan cuma hatinya!" decak Haechan.

Galih mendengus, bangun dari duduknya hingga menjulang tinggi dengan tubuh tegapnya. "Ya, gimana. Mereka suka cowok aja yang diliat cuma mukanya!" ujarnya setengah menyindir balik.

Susan menatap Galih. Tapi gadis itu tak bereaksi apa-apa.

"Ya, dimana-mana dari mata jatuh ke hati!" seru Karina tak terima.

"Terus kalo udah sakit hati baru mikir nyesel nanti!?" cibir Aji pelan.

"Gini aja deh!" ucap Susan menatap teman sekelasnya.

"Lo bisa anggap cewek itu sebagai barbie," ucapnya. "Lo bisa mainin sesuka lo, dan lo ganti atau buang saat lo bosen," lanjut gadis itu tenang.

Jeno melirik, hal itu membuat Susan jadi menyeringai. "Tapi satu hal yang harus lo paham, Lat!"

Susan bangun dari kursinya, Galih menatap gadis itu dengan alisnya yang terangkat. Menunggu kata-kata selanjutnya.

"Cowok sejati gak main barbie," ujar Susan membuat Galih bungkam.

Jeno yang melirik kecil jadi mendengus pelan, lalu membuang muka. Diam-diam juga tersinggung atas ucapan si cewek tukang ngegas itu.

Bahkan Aji dan Chelo jadi menghentikan game yang mereka mainkan dengan kepala terangkat refleks.

James yang sejak tadi duduk diam dikursi juga merasa tertohok. Yang lainnya juga jadi merapatkan bibir.

Sial, ucapan gadis itu membuat semua orang terperangah!

"Ah, satu lagi. Gue dapet kata-kata ini dari nonton drama China. Qin Jinyang bilang, cewek itu kaya pakaian. Bosen dipake terus bisa diganti atau dibuang."

"Dan dari situ, Tong Tian Ai bilang. Kalo cewek kaya pakaian, berarti dia adalah merk terkenal yang gak pantas lo pakai!" kata Susan sinis. "Itu ada di drama Fall in Love with My Trouble, tonton aja kalo gak percaya. Ada di episode satu!"

Mereka semua terdiam, bahkan saat Susan mengajak Naya, Lioni, Yuki, dan Helena kekantin.

"Ngena banget anjirr, Susan kalo bikin perumpamaan selalu nohok sampe ke ulu hati," suara Yujin yang geleng-geleng menghapus keheningan.

"Kata-katanya bisa jadi quotes," Karina bergumam pelan.

Wita disampingnya jadi menoleh, "kaya ini loh, adegan di wattpad."

Haechan mendengus mendengar suara anak perempuan dikelasnya. "Tuh anak cita-cita nya apa sih? Pengacara, ya?! Suka banget nyudutin orang!" tanyanya dengan suara keras.

Terlihat jelas ketidak sukaan pada gaya Susan yang sok membela padahal dari tadi diam.

"Bagus dong! Jadi ada yang belain anak cewek kalo si cowok solimi sekarang!" seru Karina mendelik pada Haechan.

"Ya, gayanya terlalu sok gitu loh. Kaya dewi pembela keadilan aja," sahut Giselle membuat semua anak perempuan jadi menatapnya dengan kening berkerut.

Wita mendekat dan menepuk lengan gadis itu. "Sel, kita ini cewek, loh. Seharusnya lo bela Wahyu!"

"Bela gimana? Udah jelas Wahyu yang bego. Mau-maunya sama Jeno, padahal dia tau Jeno tuh buaya. Mau dibelain apanya sih, Wit?!"

"Lo——"

Mark yang sejak tadi memerhatikan teman-temannya itu jadi maju. Sebelum perdebatan lain kembali terjadi.

"Nah, sekarang istirahat aja, ya. Sebelum mulai lagi kegiatan lainnya!" perintahnya membuat beberapa orang berseru memprotes tapi pada akhirnya tetap melakukan yang ketua mereka perintahkan.

Huh, hari yang melelahkan...

X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓Where stories live. Discover now