Part .22

24 3 0
                                    

"Oh, Kyle, Kyle sudah terbang sejak tadi," tapi ia tidak terbang ke Bali, lanjut Leon dalam hati.

"Oh, baiklah,"

*****

"Kenapa kau diam sedari tadi?" Tanya Matias pada Leon, membuka suara.

"Tidak, aku hanya... Kau kan tau aku tidak banyak bicara," entahlah, dirinya terus terusan memikirkan Roseanne saat ini, belum seminggu tapi rindu tak terbendung.

"Kau memikirkan Roseanne, bukan?" Celetuk Arvid, ia hanya menebak, tak menyangka bahwa tebakannya benar.

Leon yang tertangkap basah sedang terkejut, dengan bola mata yang hampir keluar, berbicara terbata-bata, dan gugup yang sangat kentara, membuktikan kalau tebakan Arvid benar adanya.

"Kau gugup sekali, apa itu benar?"

"Tentu saja benar, apa kalian lupa? Ibu ku adalah seorang psikolog?" Ya, Arvid memiliki seorang ibu yang bekerja sebagai psikolog, sedangkan ayahnya adalah seseorang yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan bisnis seperti kasino.

"Sudah lah... jika kalian terus mengejeknya, maka ia akan marah," Rico menengahi.

*****
Di pesawat yang berbeda.

"Hei! Kita kan tidak bisa berbicara bahasa Indonesia, lalu bagaimana kita akan berinteraksi di sana?" Kejut Frank Pada Aldric.

"Ck! Aku lelah, nanti saja!" Balas Al dengan cepat, lalu melanjutkan tidurnya.

"Ck! Lyla, bagaimana kita akan berinter-" Frank beralih bertanya pada salah satu anggotanya yang duduk di kursi sebrang nya, namun perkataannya langsung dipotong oleh orang tersebut.

"Aku sudah tau apa yang akan kau katakan,"

"Lalu, apa jawabanmu?"

"Tidak ada, hehe... piece." lalu Lyla Memasang wajah memelas dengan tangan yang jarinya membentuk huruf V.

"Bunuh saja aku, tuhan!" Spontan Frank.

"Kemari lah, aku akan membunuhmu dengan cepat, jadi kau tak akan merasakan sakit terlalu lama." balas seorang yang duduk bersebelahan dengan Lyla.

Frank berpura pura pingsan sembari menutup wajahnya menggunakan jaket lumayan tebal yang ia bawa, ia berekspektasi kalau Indonesia sedang musim dingin saat ia sampai di sana. (Sedingin-dingin nya Indonesia, akan tetap panas yang akan dirasakan oleh orang luar bukan?)

*****

Indonesia, kediaman Alterio.

"Mom! Dad!" Teriak kembar Alterio itu sembari berlarian tak tentu arah.

"Mo-"

"Kubunuh kau jika tidak diam!" Geram Xavier, sungguh ia jengah.

"Ada apa dengan nya?" Tanya Darren yang merasa aneh dengan sikap Xavier belakangan ini, abangnya itu sekarang sangat sensitif, apa mungkin ia sedang datang bulan?

"Tidak tau, mau beli truk." lalu Darrel pergi begitu saja.

"Sungguh?! Kau baru menggunakan tren itu, sekarang?!" Teriak Darren sembari menyusul kembarannya. Lain dengan Xavier yang kembali menatap dengan tajam, lalu menggelengkan kepalanya, ia banyak masalah belakangan ini.

*****

"Le-" kalimat Rico di potong oleh dering ponsel milik Leon.

Leon mengangkat telfon yang ternyata dari Kyle.

"Maaf tuan, saya hanya ingin menanyakan, tiga puluh orang itu akan di taruh di bagian mana?" Ucap Kyle, karena jujur, mereka tidak kekurangan orang sama sekali.

ConfusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang