Part .25

32 4 0
                                    

Leon sedang tertawa terbahak-bahak saat ini, tidak, kali ini tidak terlihat tampan, jika kalian melihatnya secara langsung saat ini, maka kalian akan langsung berpikir kalau ia adalah orang gila yang sialnya sangat tampan.

*****

Mobil terparkir asal di kawasan sepi itu, hanya dengan diterangi oleh cahaya bulan, Leon melihat postur seorang lelaki di bawah terangnya bulan yang sedang menghadap ke arah lautan.

"Ada apa kau ingin menemui ku, tuan Herlaurens?" Sapaan yang kurang baik, karena nada bicara Leon seperti mengejek.

"Aku ingin menyelesaikan semua ini," balas pria itu.

"Dan tolong, just call me Erlau," lanjutnya.

"Bukankah itu panggilan teman mu untuk mu?"

"Ya, ku harap kita bisa menjalin pertemanan," ucap Erlau sembari menunduk dan tersenyum ketir.

"To the point, apa yang ingin kau katakan?" Tanya Leon mulai serius.

"Aku ingin bergabung bersama mu,"

"I don't get it,"

"Aku ingin kita bekerja sama untuk menghancurkan bedebah sialan itu,"

"Siapa yang kau panggil bedebah?"

"Ayah ku tentunya, aku bahkan tidak sudi menganggapnya sebagai ayah," Erlau mulai kesal karena Leon tidak mengerti arah pembicaraannya.

"Sepertinya kau memiliki dendam tersendiri, heh?" Kekeh Leon.

"Dia menculik wanita ku," geram Erlau dengan rahang yang mengetat.

"Apa untung nya bagiku jika menerima tawaranmu?" Keuntungan tetap yang utama.

"Tentu saja kau mendapat banyak informasi," yakin Erlau.

"Lantas, apa alasan mu agar aku bisa mempercayai mu?"

"Apa aku pernah mengingkari perkataan ku sendiri?"

"Nanti malam, tepat saat kembang api mengukir langit malam yang indah,"

"Maksudmu, kita membunuh orang tepat saat tahun baru?" Kejut Erlau.

"Siapa bilang kita akan membunuh orang?"

"Lalu?"

"Kau yang akan membunuh orang,"

"What?!"

"Tenang... Kau akan di bantu oleh anak buah ku, ini gambarnya," ucap Leon sembari menyerahkan selembar foto pada Erlau.

Erlau menatap heran pada Leon, sebab difoto itu tidak ada gambar apapun, selain warna hitam.

"Apa maksudmu?"

"Anak buah ku tak akan menampakkan diri, siapapun yang membantu mu, maka ia adalah anak buah ku, mereka tidak terlihat," jelas Leon.

"Apa maksudmu? Mereka manusia bukan?"

"Tentu saja,"

"Lalu, mengapa mereka tidak terlihat?"

"Kau ingin tau? Baiklah, di belakang mu, sisi kiri 17⁰ dari selatan, terdapat seorang anak buah ku,"

Erlau segera membalikkan tubuhnya, tepat dengan itu satu peluru berhasil menembus kepalanya, lalu pria itu terkapar tak berdaya di atas rumput hijau.

"Keluarlah!" Teriaknya.

Lalu lelaki dengan perawakan yang agak berbeda dari lelaki sebelumnya keluar dari arah semak semak, tempat yang tadi Leon sebutkan, bukan, itu bukan anak buahnya.

ConfusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang