2

312K 49.5K 7.3K
                                    

Jadi... aku memutuskan update setiap hari jika dapet ide! Wkwkwk

Makanya jangan pelit vote dan komennya ya. Aku udah berusaha sebaik mungkin buat rajin update, kalian juga harus aktif.

***

“Loh? Dia kenapa?” tanya Alwin bingung sambil mengedikkan dagu ke arah Skaya yang memejamkan mata erat.

“Gak tau.” jawab Zahair acuh tak acuh. “Big Bos, ini nih orang barunya.”

Laki-laki yang dipanggil 'Big Bos' itu menyugar rambutnya yang basah dan melirik Skaya sebelum melangkah menuju lemari untuk mengambil pakaian lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi tanpa berbicara apa-apa.

Alwin yang sedari tadi merasa aneh dengan Skaya menepuk pundaknya keras. “Woi, lu ngapain nutup mata?”

“I-itu, kenapa dia telanjang?!”

“Lah emang kenapa anjir. Masalahnya ape?”

Tubuh Skaya langsung mematung dan seketika menyadari sesuatu. Dia kan sedang menjadi laki-laki! Bukannya wajar mereka bersikap terbuka di sini? Skaya menggigit bibirnya erat. Jika dia bertingkah aneh seperti ini secara terus menerus, bisa-bisa mereka akan mencurigainya!

Menenangkan hatinya, perlahan Skaya membuka mata. Laki-laki tadi sudah tidak terlihat, hanya meninggalkan aroma sabun samar di udara.

Berdeham pelan, Skaya langsung mengubah topik. “Tadi itu siapa?”

Sejak mengetahui dia akan memasuki sekolah ini, Skaya memang telah berlatih nada suara mirip seperti kakaknya. Meski tidak sempurna, setidaknya dia tidak akan ketahuan dengan mudah.

“Big Bos? Namanya Sagara.” jawab Zahair.

Skaya jadi penasaran. “Kenapa lo manggil dia Big Bos?”

“Karena dia Big Bos.” Zahair mengelus dagunya seakan berpikir lalu berdecak. “Gak taulah. Udah dari sono kita manggilnya gitu. Ya gak, njing?”

Alwin yang disenggol Zahair mendengkus. “Hooh. Liat aja nanti Big Bos orangnya kek gimana.”

Skaya mengangkat alisnya dan mengangguk-angguk. Bertepatan dengan itu pintu kamar mandi kembali terbuka dan laki-laki tampan yang dilihat Skaya sebelumnya keluar menggunakan kaos hitam dan celana jeans hitam.

Laki-laki bernama Sagara itu melangkah menuju meja belajarnya dan duduk di sana sambil mengarah ke Skaya.

Seakan mengerti arti tatapan Sagara, Alwin dan Zahair menarik Skaya untuk menghadapnya.

“Cepet perkenalkan diri ke Big Bos.” ujar Alwin.

Skaya menatap wajah tampan dan dingin itu sejenak sebelum bersuara dengan nada rendah. “Gue Skara Agnibrata. Panggil aja Skara. Sebelumnya gue homeschooling karena suatu alasan. Desember ini gue 17 tahun.”

Sagara mengetuk jemarinya di atas pahanya. Dia menelisik Skaya dari bawah hingga atas tanpa ada riak di matanya. “Lo kekurangan gizi?”

“H-hah?” Skaya tercenang. Sedangkan Alwin dan Zahair saling melirik. Sepertinya sudah menduga akan ada kata-kata kasar dari Big Bos mereka.

“Tinggi berkisar 165-167 cm, badan cuma berisi tulang dilapisi kulit tanpa daging, kulit putih susu...” Tatapan Sagara kembali menatap lurus mata Skaya yang tertegun. “Lo yakin lo cowok?”

“Um... itu...” Jantung Skaya berdebar keras. “Seperti kata gue tadi, gue homeschooling sejak kecil karena penyakit jantung gue. Pola makan gue udah diatur dan gue jarang keluar rumah.”

Jadi please jangan raguin gue lagi! Pinta Skaya dalam hati dengan panik.

Jawaban tak terduga Skaya membuat ketiga laki-laki itu cukup kaget.

“Bro, lo yakin bisa bertahan di sini?” tanya Alwin ragu-ragu. Nampaknya takut terjadi apa-apa padanya saat bersama mereka. Jika pertolongan terlambat, nyawa anak orang akan melayang soalnya.

Skaya menoleh padanya sambil mengulas senyum. “Gak papa kok. Gue udah operasi jantung dan seharusnya baik-baik aja.” Dengan lancarnya gadis itu terus menebar kebohongan.

“Oke. Waktunya makan malam.” kata Sagara pada akhirnya. Sudut bibirnya sedikit terangkat dan menepuk kepala Skaya yang hanya mencapai dadanya. Namun begitu telapak tangannya menyentuh surai halus Skaya, dia mematung sejenak.

Skaya juga tidak berharap mendapat perlakuan seperti itu. Dia menatap Sagara terkejut dengan mata monolidnya.

Sagara berdeham menghilangkan canggung dan memasukkan tangan ke kantung celana lalu keluar dari kamar. Jika diperhatikan baik-baik, sikapnya sedikit tidak wajar.

“Eh tunggu Big Bos! Gue ganti baju dulu!”

Secepat kilat Alwin dan Zahair mengubah pakaian mereka kemudian membawa Skaya mengikuti Sagara.

“Big Bos itu baik kok, bro. Cuman mulutnya yang kurang baik.” kata Alwin dengan ceria.

Zahair ikut menambahkan. “Big bos itu sifatnya aja yang garang, tapi hatinya hello kitty. Setelah lo bilang punya penyakit, dia terlihat nganggep lo kayak adiknya.”

“Bertahun-tahun gue berteman sama Big Bos kagak pernah tuh ditepuk kepala gue.” sambung Alwin membuat Zahair meliriknya jijik.

“Ngapain Big Bos nyentuh lo? Jijik anjir.”

“Terus Skara bisa tuh disentuh.”

Zahair berdecak kesal. “Beda goblok.” Dia melirik Skaya yang menatap lurus ke depan kemudian berbisik kepada Alwin. “Lo lupa Skara punya penyakit? Pasti Big Bos kasihan.”

Alwin manggut-manggut. “Bener juga.”

Skaya sedaritadi sibuk dalam benaknya. Dia menatap punggung Sagara yang beberapa meter di depannya sambil berpikir lucu mendengar kata-kata Zahair tadi. Muka garang berhati hello kitty? Semoga saja begitu.

Satu jam kemudian mereka kembali ke kamar asrama. Skaya bergegas memasukkan pakaian ke lemari dan mandi. Sebenarnya saat-saat itulah yang paling mendebarkan. Seorang gadis sedang mandi dengan tiga orang laki-laki dibalik pintu. Memikirkannya membuat Skaya bergidik ngeri. Tak henti-hentinya dia memastikan bahwa pintu sudah terkunci rapat.

Setelah memasang perban untuk menekan dadanya agar lebih datar, gadis itu menatap bayangannya dicermin wastafel. Walau agak disayangkan, namun Skaya tetap bersyukur bahwa dirinya tepos, sehingga dengan sedikit usaha menekan dan menggunakan pakaian longgar membuat sosok tubuhnya tidak terlihat.

Keluar dari kamar mandi, dia memasukkan buku catatan ke tas untuk pelajaran besok dan bergegas tidur.

Lampu kamar mati dan suasana hening menjadi waktu yang tepat untuk menjelajahi mimpi. Tetapi karena berada di tempat baru, Skaya gelisah dalam tidurnya sehingga bangun di tengah malam.

Dia menggosok matanya, memilih ke kamar mandi untuk buang air kecil dan hendak kembali tidur jika saja dia tidak mendengar suara samar di balkon.

Kesadaran Skaya semakin jelas. Meski awalnya ragu, gadis itu tetap pergi untuk memeriksa. Tatkala dia membuka pintu balkon, dia melihat punggung lebar yang sedang memunggunginya. Ada asap putih yang melayang di sekitar laki-laki itu.

“Big bos?” Tanpa sadar Skaya mengeluarkan julukan itu.

Sagara yang tenggelam dalam pikirannya seketika kembali ke kenyataan dan berbalik. Dia menaikkan satu alisnya dan bertanya dengan datar, “Apa?”

Skaya langsung menggeleng. Rasanya tidak pantas jika dia mengusik laki-laki itu sekarang. Dan saat hendak kembali ke kasurnya, Skaya tidak bisa menahan diri untuk mengingatkan walau dengan suara kecil.

“Jangan ngerokok kebanyakan. Gak baik.”

Sagara menatap punggung Skaya yang menghilang di antara kegelapan kamar lalu menunduk dengan sorot mata kosong. Tidak jelas apa yang dia pikirkan sekarang.

TBC

May 12, 2021.

Skaya & the Big Boss ✓Where stories live. Discover now