19

225K 39.4K 4.5K
                                    

Skaya menempelkan tangannya di jendela sambil menggaruknya lemah. Perutnya terasa bergejolak dan ingin mengeluarkan seluruh isi di perutnya. “HUEK!”

Sagara menepikan mobil di pinggir jalan dan membantu gadis itu melepaskan seatbeltnya. Begitu dirinya bebas, Skaya terhuyung-huyung keluar dari mobil dan memuntahkan makan malamnya tadi.

Di belakangnya, Sagara keluar membawa sebotol air mineral. Keningnya mengerut sedikit melihat wajah pucat Skaya. “Lo baik?”

“Gak baik!” balas Skaya cepat. Dia menerima air dari Sagara, berkumur dan membuang air dari mulutnya sebelum beranjak pergi. Tapi tiba-tiba dia berhenti.

“Kenapa?” tanya Sagara sembari mendekat.

Skaya menunduk menatap kaosnya dengan cemberut. “Basah.” katanya sembari menunjuk kaosnya yang terkena air.

“Gue punya kaos di mobil. Mau ganti?” tawar Sagara membuat Skaya menatapnya linglung dan langsung mengangguk.

Sagara tersenyum, mengambil paperbag dari bagasi dan memberikannya kepada Skaya. Gadis itu menerimanya dengan senang hati lalu membuka pintu mobil untuk masuk.

“Gue bantu gan—”

BRAK!

“—ti.” Sagara menggaruk pelipisnya melihat pintu mobil ditutup dengan keras. Dia tidak mengira Skaya akan sangat susah diatur ketika mabuk.

Pada akhirnya Sagara bersandar pada mobil, menatap langit malam yang gelap. Beberapa menit kemudian suara pintu terbuka dan tertutup terdengar, membuatnya menoleh.

Di sana, Skaya dengan baju hitam yang kebesaran di tubuhnya berjalan melewati Sagara dan melangkah lurus ke depan.

Laki-laki itu langsung mencekal Skaya. “Ke mana?”

Skaya menatapnya dengan bibir mencuat lalu menghempaskan tangannya dan kembali berjalan. Karena tidak bisa menahannya, Sagara memilih untuk mengekorinya. Untungnya jalan ini sangat sepi dan tidak ada kendaraan yang lewat.

“Hmm... hmm...” Suara senandung lembut Skaya terdengar. Langkah kakinya gontai menyusuri jalanan yang sunyi.

Kemudian dengan keras dia bernyanyi, “INDONESIA... TANAH AIRKU... TANAH TUMPAH DARAHKU...”

Suaranya cukup menggema di keheningan malam. Membuat Sagara di belakang terkekeh lucu.

“DI SANALAH... AKU BERDIRI... JADI PANDU IBUKU...” Skaya menyanyi dengan lantang. Tatkala sampai di lirik tersebut, dia terhenti dan bergumam, “Ibu? Bunda?”

“Skara,”

Skaya berbalik. Matanya menyipit menatap laki-laki tampan di hadapannya. “Lo siapa?! Kenapa ikutin gue?”

“Gue Sagara,” jawab laki-laki itu dengan sabar. “Ayo balik. Lo udah jalan kejauhan.”

Sepertinya Skaya tidak mendengarkannya karena dia saat ini terlihat sedang berpikir keras mengenai nama Sagara.

“Sagara...?” Skaya termenung sejenak sebelum bertepuk tangan riang. “Oh! Big Bos!”

Senyuman tipis muncul di bibir Sagara. Akhirnya Skaya mengingatnya. “Hm, ayo balik.”

Berbalik, Sagara berjalan beberapa langkah sebelum berhenti dan menoleh karena merasa tidak ada yang mengikutinya. Dan benar saja, orang yang dia ajak pergi malah berjongkok di aspal dan menatapnya dengan mata penuh keluhan.

Sagara menghela napas pelan lalu kembali mendekat. “Bangun.”

Skaya menggeleng dan merentangkan tangan sembari menatap Sagara penuh harapan. “Mau gendong.”

“Skara, jangan aneh-aneh. Bangun sekarang.”

“Gak. Gendong dulu.” rengek Skaya membuat kepala Sagara sedikit sakit.

Pada akhirnya Sagara berkompromi. Dia berjongkok di depan Skaya, menyuruhnya naik di punggungnya. Tentu saja gadis itu tidak menyia-nyiakan kesempatan dan segera melingkarkan tangan di leher Sagara sembari mengubur wajahnya di ceruk leher laki-laki itu.

Memutuskan segera kembali ke mobil dan membuat Skaya tidur diam di asrama, Sagara menggendong Skaya yang betah bersandar di pungungnya.

Namun apa yang tidak diharapkan Sagara, suara nyanyian nyaring dari Skaya tepat di samping telinganya.

FLY ME TO THE MOON... AND LET ME PLAY AMONG THE STARS...” Skaya menyanyi penuh penghayatan. “LET ME SEE WHAT SPRING IS LIKE ON—”

Plak!

“Jangan berisik!” tegur laki-laki itu sambil menepuk paha Skaya yang dipegangnya.

Wajah Skaya memerah. Dia menatap Sagara dari samping dengan mata melebarnya. “Big Bos lecehin gue!”

Mendengar tuduhan Skaya, Sagara tertegun sebentar. “Nggak, Ska.”

“Lecehin! KDRT!” balas Skaya bersikukuh.

“Ska, diem.”

Skaya menggertakkan gigi marah. Dia menarik kaos Sagara turun, memperlihatkan kulit pundaknya dan tanpa ragu menggigitnya keras.

Kening Sagara mengerut merasakan sensasi kebas di bahunya, namun langkahnya tidak berhenti. Menoleh, dia melihat Skaya yang masih menggigit bahunya dengan tatapan dingin.

Begitu lega membalas dendam, Skaya melepaskan gigitannya dan bersenandung senang.

“Puas?” Satu kata dingin itu berhasil menusuk jantung Skaya.

Skaya menoleh, menatap Sagara yang menatapnya dengan senyuman datar namun matanya memancarkan sorot dingin. Tapi siapa Skaya sekarang? Orang mabuk yang tidak mengerti situasi. Jadi dia membalasnya dengan cengiran lebar yang mampu membuat Sagara tidak bisa melakukan apa-apa padanya.

Akal sehat Skaya mungkin memang hilang, namun begitu melihat cetakan gigi disertai darah yang keluar dari pundak Sagara, dia langsung panik dan mengelusnya lembut. “Sakit?”

“Hm.” gumam Sagara asal-asalan. Tetapi sensasi dari jari dingin Skaya yang menyentuh kulitnya membuat tubuhnya sedikit menegang.

Skaya cemberut dan memarahi dirinya sendiri. Dia menoleh menatap Sagara yang masih memerhatikan hal di depan. Sedikit kasihan dengan laki-laki tampan itu, Skaya memutuskan memberinya hadiah.

Cup

Tubuh Sagara sukses membatu, kakinya terpaku di aspal dan tidak bisa digerakan lagi. Ada semacam sengatan listrik dalam hatinya. Dia menoleh karena sesuatu lembut dan hangat menyentuh pipinya tadi, mencoba memastikan. Namun yang dia dapati adalah senyuman lebar dari gadis itu.

“Permintaan maaf gue karena gigit Big Bos!” ujar Skaya enteng sebelum menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Sagara karena rasa kantuk yang melanda.

Berbeda dengan gadis itu yang sekarang tidur dengan napas lembut dan stabil, Sagara malah masih membeku di tempatnya dengan jantung yang semakin berdebar aneh.

TBC

May 29, 2021.

Skaya & the Big Boss ✓Where stories live. Discover now