26

225K 38.6K 3.7K
                                    

Stadion akuatik saat ini sangat ramai. Tribune penuh diisi oleh pendukung dan penonton. Di bawah sana, tepatnya di kolam, beberapa peserta lomba berenang dengan lincah menghasilkan suara percikan air yang memperkeruh suasana stadion.

“BIG BOS! WUHUU!”

“SAGARA DI DADAKU, SAGARA KEBANGGAAN LESMANA, KAMI YAKIN, HARI INI PASTI MENANG!!!”

“SAGARA! I LOVE YOU UNTIL ZOMBIE COME!

Puk puk puk

“KYA, SAGARA HOT! ANGKAT DEDEK JADI SUGAR BABYMU!”

Di bagian tribune yang ditempati gerombolan siswa yang didominasi warna biru itu sangat ricuh dengan pekikan, nyanyian, suara tepukan balon supporter, hingga toa.

Skaya berdiri menatap Sagara yang berenang dengan pandangan kagum dan wajah memerah sebab badan laki-laki itu terekspos jelas di depan mata. Meski sudah melihatnya beberapa kali, Skaya masih tidak terbiasa memandanginya.

“Skara!” Alwin merangkul Skaya. “Ikut nyemangatin, njir. Bengong bae.”

Gadis itu tersentak melihat toa yang disodorkan Alwin dan menuruti. “BIG BOS SEMANGAT!”

Alwin kembali menarik toanya dengan puas dan lanjut berteriak bersama teman-teman yang lainnya, meninggalkan Skaya yang bergeming dengan mata mengikuti gerakan Sagara di air sana.

“Sagara keren banget, kan?” tanya seseorang di samping Skaya.

Skaya mengangguk tanpa sadar dan mengerjap pelan kemudian. Ketika menoleh, dia mendapati Raya berdiri di sampingnya. “Sejak kapan lo di sini?”

Raya terkekeh melihat reaksi kagetnya. “Sejak tadi. Lo aja yang gak nyadar.”

“Ohh...” Skaya menyengir lalu mengalihkan tatapannya kembali ke Sagara.

Raya terdiam. Bukannya menatap Sagara, dia malah mengamati wajah Skaya. Wajah Skaya terlihat sangat lembut, bisa dikatakan dia mencapai kecantikan seorang perempuan. Binar matanya nampak menarik, membuat orang-orang bisa terpesona tatkala melihatnya.

Bahkan Raya, gadis yang digadang-gadang sebagai gadis tercantik di sekolah merasa tertekan entah kenapa hanya melihat kecantikan alami Skaya.

Melihat tatapan Skaya untuk Sagara, hati Raya tenggelam dengan beberapa tebakan aneh dalam hatinya.

***

“Wohu! Big Bos emang yang terbaik.” puji Zahair sambil memasuki ruang ganti.

Acara hari ini telah selesai, yang tentu saja dimenangkan oleh Sagara, kebanggaan mereka semua.

Sagara baru selesai mengganti bajunya. Dia bersandar pada loker, menatap tiga orang yang masuk secara tiba-tiba dan matanya mau tidak mau jatuh pada Skaya yang berdiri di belakang.

“Gak usah bacot. Mau apa?” tanya Sagara datar seolah sudah mengerti betul apa tujuan Zahair memujinya.

Zahair cengengesan sembari membantu Sagara membawa ranselnya. “Makan-makan dong, Big Bos. Merayakan kemenangan!”

“Setuju, slur.” timpal Alwin lalu merangkul Skaya yang hanya diam di belakangnya. “Lo juga kan, Skar? Bujuk Big Bos njir. Big Bos paling dengerin lo.”

Mata Sagara suram. Dia mendekat dan secara alami ingin memisahkan kedekatan Alwin dan Skaya. “Awas.”

Karena kebetulan keduanya berdiri di depan pintu, tentu saja Alwin segera melepaskan Skaya menyingkir ke samping. Sagara mendengus puas dan melewati mereka dengan tangan di kantong celana trainingnya.

“Big Bos, gimana makan-makannya?” tanya Zahair tidak putus asa.

“Big Bos, diem-diem bae. Gimana rencananya?” Alwin ikut membujuk.

Namun tetap saja tidak ada tanggapan dari Sagara.

Mengerutkan kening, Zahair menatap Skaya dan mengode untuk menarik Sagara makan bersama mereka. Secara harafiah, makan bersama di sini berarti Sagara yang mentraktir mereka.

“Kenapa gue?” cicit Skaya tidak terima.

“Coba, ngab. Nyesel lo kalo gak ditraktir Big Bos. Makan besar di restoran bintang 5 kan kane anjir.” ujar Zahair meyakinkan.

Skaya berpikir sejenak. Dia juga tidak pernah merasakan makanan restoran bintang 5. “Kalo gak berhasil jangan paksa gue lagi.”

“Oke, saudaraku.”

Gadis itu mendengkus melihat wajah semringah Alwin dan Zahair lalu mempercepat langkah untuk jalan berdampingan dengan Sagara.

“Big Bos.” panggil Skaya yang dibalas dehaman pelan Sagara. “Mampir rayain kemenangan Big Bos dulu gimana?”

Sagara meliriknya ringan. “Lo mau?”

Dengan antusias Skaya mengangguk. “Siapa yang gak mau ditraktir?”

Sudut bibir Sagara terangkat. “Oke.”

Dengan cepat Skaya mengacungkan jari jempol di belakang punggung untuk memberi info kepada Alwin dan Zahair bahwa misinya berhasil.

“Habis dikasih bilang apa?”

“Makasih, Big Bos!” ucap Skaya sungguh-sungguh.

Senyuman Sagara semakin lebar dan menepuk kepalanya pelan.

Di belakang mereka, Alwin dan Zahair saling melirik dengan curiga. Tadi mereka memanggil Sagara, tidak ada yang dihiraukan. Sedangkan Skaya, hanya sekali ajakan langsung disetujui. Kondisi membingungkan macam apa ini?

“Sagara.” Suara itu memanggil dengan manis.

Skaya sontak menahan Sagara yang ingin terus melangkah pergi, berbalik dan melihat Raya berlari kecil untuk mendekat.

“Raya?” tanya Skaya penasaran. “Mau ngomong sama Big Bos?”

Raya meremas pinggiran bajunya dan mengangguk gugup. “Gue mau ngomong sendirian sama Sagara. Boleh, kan?”

Mengiyakan, akhirnya ketiga orang itu memutuskan berjalan dahulu meninggalkan Sagara dan Raya sendirian.

Jika bukan karena Skaya menyuruhnya mendengarkan Raya, Sagara sekarang pasti akan pergi. Jujur saja, dia paling tidak suka dicegat di jalan seperti ini.

“Mau ngomong apa? Cepet.” desak Sagara dingin. Jangan kira dia tidak mengingat gadis ini. Bukankah dia yang sangat dekat dengan Skaya? Orang yang menyebalkan bagi Sagara.

Raya menggigit bibirnya dengan ragu.

Melihatnya masih diam, Sagara mendengkus. Benar-benar membuang waktunya. Dia berbalik dan melangkah, namun siapa tahu dia malah mendengar teriakan pelan Raya yang mampu membuat kakinya terpaku di tanah.

“Sagara, mungkin lo gak tau, tapi Skara suka lo!”

Jantung Sagara berdebar. Dia berbalik, menatap Raya yang menunduk gugup. “Lo bilang apa?”

Raya tercengang. Dia tidak menyangka Sagara akan mendengarkannya. Mendongak, dia melihat wajah Sagara yang mengernyit. Dalam hatinya ada gejolak aneh.

Apakah Sagara menjadi jijik dengan Skaya? 

Jika iya, Raya menyesal mengatakannya namun di sisi lain lega. Dia ingin Sagara hati-hati. Firasatnya mengatakan bahwa Skaya tertarik pada Sagara. Tapi itu tidak boleh terjadi, kan?

Jadi sebagai orang yang baik, Raya harus memperingati Sagara untuk tidak begitu dekat dengan Skaya sehingga hubungan pertemanan mereka tidak akan rusak di masa depan.

“Ulangi. Lo bilang apa barusan?” tanya Sagara dengan nada rendah begitu tidak mendapati respon dari Raya untuk sementara.

Memberanikan diri menatap mata Sagara, dengan serius Raya berkata, “Skara suka lo, Sagara! Dia kemungkinan homo!”

TBC

June 05, 2021.

Mari tebarkan kesalahpahaman ini semakin banyak~♡

Skaya & the Big Boss ✓Where stories live. Discover now