25

232K 38.2K 2K
                                    

Semakin malem ya updatenya. Jujur aku tiga hari belakangan ini lagi mager nulis padahal ide lancar. Aku muak nulis tiap hari juga :v

Tapi karena aku janji cerita Skaya & the Big Boss serta Archeron update tiap hari, aku bakal lakuin itu.

Aku tetap usahain ketik ceritanya buat kalian yang nunggu cerita ini. Karena aku juga menanti komentar kalian yang bisa bikin moodbooster juga.

Oke stop curhat. Selamat membaca🔥

***

“Skara! Pake ini slur.” Alwin memberikan seutas pita berwarna biru pada Skaya dan menyuruhnya mengikatnya di dahi.

Dengan lucu Skaya menerimanya lalu mengedarkan pandangan. Kelasnya hari ini semakin hidup. Semua barang berwarna biru memenuhi matanya. Mulai dari pakaian, pita dan topi, serta balon tepuk.

Hari ini kelasnya menjadi kelas istimewa karena teman sekelas mereka yang tak lain adalah Sagara akan mengikuti lomba berenang tingkat nasional. Sejak pagi Sagara memang sudah keluar dari asrama untuk persiapan menuju lokasi perlombaan.

Tentu saja kelas mereka sangat bersemangat. Selain karena Sagara mengikuti perlombaan yang membuat kelas mereka bisa berbangga diri, kelas mereka pun tidak mengikuti pelajaran seperti kelas lainnya karena menjadi tim supporter. Itu adalah faktor lain yang amat disukai semua siswa.

“Skara, sini gue pasangin.” tawar seorang siswi dengan malu-malu yang langsung disetujui Skaya.

Skaya memiliki tinggi 167 cm, cenderung lebih tinggi dibanding siswi-siswi di sekitarnya, tak terkecuali siswi yang satu ini. Maka dari itu Skaya harus sedikit menekuk lututnya sehingga siswi itu bisa lebih mudah mengikat pita di sekeliling kepalanya.

Melihat betapa pekanya Skaya, siswi dihadapannya sontak memerah dan dengan gugup mengikat pita tersebut. Setelah itu, dia merapikan rambut Skaya yang berada di kening.

“Rambut lo lembut banget, Skar.” celetuk gadis itu kaget.

Skaya sontak memegang rambutnya dan tertawa. “Hasil rajin keramas.”

Sementara Skaya dan siswi tersebut berbicara ria, Zahair baru selesai membidik kedekatan Skaya dengan salah satu gadis tercantik dari kelas mereka tersebut dengan penuh masam.

“Liat, Big Bos gak ada di kelas, masih ada Skara yang ngambil perhatian doi.” curhat Zahair sembari mengirim foto-foto mulai dari siswi tersebut mengikat pita di kepala Skaya hingga keduanya tertawa bersama kepada Sagara.

“A, a, cek satu dua tiga.” Alwin yang mengecek toa di sampingnya melirik Zahair aneh. “Ngapain lo ngirim ke Big Bos?”

“Biar Big Bos liat kelakuan fakboy-nya Skara! Mentang-mentang tipe soft boy yang disukai banyak ciwi, dia bisa seenaknya jadi fakboy.” cerca Zahair cemburu.

Alwin menabok kepala Zahair gemas. “Makanya gantengan dikit.”

Zahair menangkis tangan Alwin menghentikannya memukul kepalanya. “Ganteng gimana lagi, ngab? Oplas? Gak sudi.”

“Mau tutorial jadi ganteng?” tanya Alwin dengan serius.

Zahair menatapnya tertarik. “Hah? Apaan dah?”

“Masuk balik ke rahim emak lo, bentukin ulang muka buluk lo di sana. Gampang kan?” celetuk Alwin santai.

“Yee babi.”

Skaya yang sudah selesai berbicara dengan siswi tersebut mendekat dengan ceria. “Gimana gue? Ganteng gak?”

Tidak ada perbedaan dari mereka semua. Karena hari ini datang ke tempat perlombaan sebagai tim supporter dari pihak sekolah, mereka mengenakan seragam training biru.

Namun melihat wajah mulus dan bersinarnya Skaya, dia tidak bisa mengatakannya cantik jadi dengan segera Alwin memuji dengan tulus. “Tenang, muka baby face lo tetep terjaga.”

“Cantik, Skar, bukan ganteng.” sahut Zahair dengan cengiran yang membuat Skaya cemberut.

“Gue aduin ke Big Bos!” ancam Skaya membuat Zahair langsung menahan tangannya yang mengangkat ponsel.

“Ganteng anjrit. Lo ganteng banget sampe silau gue.” puji Zahair berlebihan dengan setengah hati.

Skaya sontak mengangkat dagu dengan bangga. Huh, selain cantik dalam penampilan perempuan, dia juga tampan dalam penampilan laki-laki. Bukankah dia begitu multifungsi?

Attention please!” Teriak ketua kelas mereka, Daniel, di depan kelas. Dia melirik jam tangannya dan mengedarkan kepala ke seluruh penjuru kelas. “Sekarang waktunya berangkat. Inget saat di luar, jangan berpencar dan jangan ada yang berani membolos diam-diam. Kalian sendiri tau hukumannya apa. Ayo jalan.”

Kelas yang berjumlah 29 orang itu mulai keluar dan berjalan di koridor dengan wajah berseri-seri. Begitu melewati kelas lain yang langsung melirik ke arah mereka, mereka langsung memasang wajah sombong.

Bye-bye, anak bangsa yang terkurung di sangkar besi, kami para anak emas pamit mengharukan nama sekolah dulu!” ujar mereka dengan kompak seolah telah menghafalnya dengan sengaja sambil melambaikan tangan di setiap kelas yang mereka lewati untuk memanasi semua orang.

Benar saja, begitu mereka kembali pamer di kelas yang kebetulan jam kosong, mereka langsung dihujat. “Songong amat! Sagara yang lomba, kalian yang bangga. Apa gak malu?”

Tentu kelas XI-IPA 1 tidak terima kata-kata mereka dibalas dan berhenti berjalan di koridor lalu menghadap kelas tersebut dengan menantang. “Keluar njing! Kita adu bacot di luar. Jangan berani di dalem lo!”

Itulah anak-anak kelas XI-IPA 1. Mereka yang pamer, mereka juga yang kepanasan ketika dihujat.

“Jalan woi! Nanti terlambat.” peringat Daniel membuat mereka semua dengan enggan membuang muka dan terus berjalan keluar.

Di luar sudah ada bis sekolah yang menunggu. Setelah mereka naik dan duduk di posisi masing-masing, mereka dengan kompak berteriak, “SEPI... GO!!!”

BIP BIP

Suara klakson bus terdengar setelah teriakan mereka lalu bus tersebut mulai bergerak maju yang diiringi tawa seisi bus.

Berbanding terbalik dengan kehebohan teman sekelasnya dalam perjalanan menuju stadion akuatik, Sagara masih bersandar di dinding ruang ganti dengan kepala menunduk menatap layar ponsel yang menunjukkan foto-foto dari Zahair tadi dengan ekspresi gelap.

TBC

June 04, 2021.

Skaya & the Big Boss ✓Where stories live. Discover now