43

121 10 0
                                    

Happy Reading!
.
.

____________________________________☆

Udah 2 hari ini sejak kejadian di Resto, Una selalu diam.. gak kayak biasanya yg cerewet atau gak sekedar gangguin mereka-- Jeffri sama Jihan yg lagi pacaran dirumahnya.

Una lebih sering mengurung dirinya dikamar. Keluar dari kamar hanya untuk makan atau yg memang perlu saja. Selepas tak ada kegitan diluar, dia akan ngunciin dirinya dikamar.

Bunda sama Papa dari seminggu yg lalu udah gak ada dirumah, mereka pergi keluar negri untuk urusan bisnis Papa Jino.

Jeffri udah tau alasan kenapa Una berubah, dia sendiri yg liat. Dan di saat itu juga dia menemukan fakta yg merangkap menjadi jawaban dulu di angan-angan kepala Jeffri.

Tapi dari Fakta itu, tentu saja belum cukup baginya. Ia masih bertanya-tanya dalam benaknya. 'Perjanjian Jeka dengan cewe dari anak ibu tirinya Una'

Dan pada saat itu juga, Jeffri selalu ngejagain Una. Setiap Una keluar dari rumah, Jeffri tak bisa untuk melarangnya. Tetapi ia akan selalu di samping Una.

"Una masih diem ya Jeff?" Tanya Jihan dengan raut wajah sedih. Biasanya dia kalo disini selalu ke kamar Una, entah itu untuk curhat  atau apa. Dan sekarang dia hanya sekedar duduk di ruang tengah dengan Jeffri. Melirik sekilas ke arah pintu kamar Una yg tertutup rapat.

"Iya" ucap Jeffri tersenyum tipis sembari mengelus rambut panjang Jihan. Rambutnya masih blonde.

"Aku kangen sama  Una Jeff" rengek Jihan sambil menatap mata Jeffri dengan mengerucutkan bibirnya.

Jeffri yg liat itu jadi kaget sekaligus gemes, baru liat Jihan nge-rengek ke dia.  "Sama aku gak kangen yang?" Tanya nya dengan ngerubah mimik wajah cemberut.

"Apasih najiss" desis Jihan sambil terkekeh. Ia mencubit pipi Jeffri lalu memencet pipi jeffri tepatnya di dimple cowo itu yg lagi senyum sekarang.

"Gemesss" akunya dengan tangan yg memaninkan wajah Jeffri. Menepuk, mencubit, mengelus pipinya Jeffri.

"Pake skinker apa sih lo?" dengus Jihan  sambil mengelus pipi Jeffri. Pipinya Jeffri halus banget cuyy, gada jerawat sama sekali, putih mulus gitu. Jihan kan jadi iri.

"Air wudhu"

●●●●

Bambam yg sedang rebahan di kasurnya kini harus turun ketika mendengar ketukan pintu dari rumahnya. Dengan kemalasan yg ada ia berjalan menuju ke pintu utama.

Ia membuka pintu masih dengan wajah datarnya. Hingga ia melihat orang itu, ia terkejut. Dengan cepat ia mengembalikan wajah datarnya lagi.

"Oh. Masuk" ucapnya datar, ia membuka pintu lebar-lebar lalu masuk ke dalam. Duduk di ruang tamu.

Orang itu pun mengangguk, lalu masuk ke dalam rumah Bambam. "H-hai apa kabar" ucapnya dengan nada canggung.

"Duduk dulu" ucap Bambam. Orang itu pun lantas mengangguk dan duduk di sofa, agak jauh dari Bambam.

Cukup hening sebentar, mereka  sama-sama canggung. Lisa tak mengira bahwa bakal terjadi kayak gini. Sebelumnya ia sudah membayangkan ketika ia mengunjungi rumah Bambam, Lisa mengira ketika ia berkunjung Bambam akan sangat heboh didepannya. Tapi bayangan itu telah punah ketika melihat wajah dingin Bambam. Merasa tak mungkin Bambam  melakukan hal yg ia bayangkan sebelumnya.

Lisa tak menyangka bahwa Bambam akan berubah ketika ia pergi.  Ia menunduk dalam diam. Memikirkan apa yg ia harus lakukan untuk memecah suasana canggung ini. Biasanya Bambam akan melakukan hal konyol ketika suasana canggung, tapi untuk sekarang kayaknya tidak.

Bestie✔Where stories live. Discover now