Hargai penulis dengan memberi vote dan selipkam koment disetiap paragraf. Jangan jadi silent readers 💓
Kalau bisa jangan dilangkah tiap partnya ya, karena saling berhubungan
***
Cahaya mentari pagi mulai masuk melalui celah jendela bernuansa abu-abu itu. Cowok dengan nama Erlan itu mulai terusik dari tidurnya dan mengerjap matanya perlahan. Tangnnya mengambil ponsel diatas nakas untuk melihat jam. Setidaknya hari ini ia sedikit bernapas lega karena SMA Permata Bangsa hari ini kembali diliburkan karena sekolah dipakai untuk rapat oleh dewan guru.
Bibirnya meringis menahan rasa sakit dikepalang kembali menyerang. Meneguk lima botol alkohol, tidak menghilangkan stress nya sama sekali, yang ada dirinya semakin tersiksa dengan rasa sakit "Arghh! Sialan kepala gue pusing banget."
Kakinya beranjak pergi menuju ruang makan, untuk mengisi perutnya pagi ini.
"Pagi bang, ayo sarapan dulu." Sapa Kiara.
"Pagi." Raut wajahnya sangat datar.
Kiara memberikan segelas susu dihadapan Erlan "Minum susu dulu bang, kepala kamu pasti pusing kan?" Erlan mengangguk.
"Bang nanti malam ada pertemuan keluarga sama calon istri kamu. Hari ini jangan pergi kemana-mana, pakai baju yang rapi." Ucap Ranson.
"Hmm."
"Erlan hargai papa bicara !"
Erlan yang awalnya lapar,langsung tidak nafsu makan. Dentingan sendok berbunyi sangat keras. Ia pergi kembali menuju kamarnya.
"Erlan dengerin omongan papa dulu. Jangan jadi anak kurang ajar!" Ranson bergerak dari kursinya menuju Erlan. Tapi tangannya ditahan Kiara
"Udah sabar nggak usah pakai emosi pa. bahaya sama jantung kamu, sekarang biarin Erlan untuk nerima semuanya. Anak kita masih syok."
"Punya anak satu tambah lama tambah kurang ajar ma. Kalau nggak dikerasin yang ada tambah berulah, kamu tau kan kemarin dia mabuk-mabukan lagi." Ucap Ranson putus asa
"Iya pa, mama tau. Udah papa istirahat aja. Urusan Erlan biarin mama yang bicara."
***
"Sayang udah bangun?" Tanya Laura.
Tasya meletakkan ponselnya diatas nakas "Udah dari tadi loh bun."
Ceklek.
Tasya menoleh kearah pintu dan melihat bundanya sudah berpakaian rapi "Bunda habis dari mana?"
"Pacaran sama ayah kamu lah, masa sama tukang sayur depan." Ucap Laura.
Tasya tergelak menatap rona merah dipipi bundanya "Jalan bareng ayang ya bun? Tau kok, yang nggak jomblo."
YOU ARE READING
Tasya Erlan (TERBIT)
Teen Fiction[SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE, JADI FOLLOW DULU BARU MEMBACA] PART LENGKAP --BELUM REVISI-- Tasya si gadis periang harus menerima perjodohan yang dilakukan sang ayah. Tasya kira pernikahan mereka akan berjalan baik, tapi kenyataannya berbanding terbal...