Part 44 - Siapa Dia ?

45.7K 2.9K 454
                                    

Luv Luv makasih yang udah baca Part Sampai part ini

Yuk hargai penulis dengan memberi vote dan selipkan koment disetiap paragraf. Next ? 800 vote + 300 coment jangan jadi silent readers !

 Next ? 800 vote + 300 coment jangan jadi silent readers !

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Hari-hari berlalu dengan penuh kebahagian antara mereka. Erlan masih sama selalu saja mengoda istrinya itu, terkadang ia merasa kesal dengan suaminya, kemanapun ia pergi selalu diikuti dan dijaga Erlan. Terkadang Tasya merasa risih ke toilet saja Erlan masih mengekorinya, sungguh kaum-kaum bucin.

Masa tenang sudah selesai dan besok hari terakhir seluruh murid kelas XII SMA Permata Bangsa menghadapi Ujian, hari yang sangat ditunggu. Setiap hari Erlan selalu disuguhi buku-buku tebal yang mereka beli beli ditoko buku, ralat tapi Tasya lah yang memaksanya. Tasya selalu memantau dan mengajari Erlan untuk menghadapi ujian, kepalanya ingin pecah dipaksa masuk dengan materi.

"Molaritas larutan HCl 1 molal dengan ρ= 1,25 gram/mL (Mr =36,5) jadi jawaban nya apa ?" Tanya Tasya, sedangkan Erlan sedari tadi tidak memperhatikan soal dihadapannya, ia justru senyum-senyum melihat Tasya.

"Apa jawabannya ?" Tanyanya lagi masih fokus karena tidak ada jawaban dari cowok disebelahnya. Ia menoleh kearah Erlan.

"Ngerti nggak sih yang aku jelasin dari tadi ?"

"Nggak." Erlan mengelengkan kepalanya

Tasya menutup matanya sejenak "Allahuakbar, udah lima kali aku jelasin. Masa nggak ngerti juga."

"Otak aku nggak kayak kamu yang sekali dijelasin langsung ngerti." Ucapnya merendah

"Bukan itu maksud aku, kalau kamu udah tau kelemahan kamu dimana. Seharusnya fokus dulu, kamunya disini tapi pikiran kamu kemana-mana. Gimana mau ngerti ?"

"Semua orang itu pintar, asal kitanya aja mau atau nggak. Termasuk kamu, kamu itu pintar, cuma rasa malas kamu itu udah menguasai diri kamu."

"Aku jelasin pelan-pelan lagi ya. Tapi perhatiin ke soal jangan ke akunya. Aku nggak ada maksud kayak gitu tadi."

"Lan."

"Hmm ?"

"Maaf ya." Tasya tersenyum, jemarinya terus mencolek lengan Erlan dan Erlan akhirnya terkekeh melihat raut panik istrinya.

"Kok ketawa sih." Ucapnya kesal

"Aku bercanda sayang. Mana mungkin aku marah beneran sama istri aku ini."

Erlan selalu saja memanggilnya dengan sebutan 'sayang' akhir-akhir ini. Walaupun ini bukan kali pertama, tapi hatinya selalu saja berdegup kencang.

"Kamu mah suka banget ngerjain aku."

"Fokus ya. Kalau nggak ngerti lagi, angkat kaki aku jadi guru kamu."

"Tapi kan kamu emang bukan guru aku, tapi istri." Jawabnya cengengesan

Tasya Erlan (TERBIT)Where stories live. Discover now