Part 59 - Perebutan hak milik

21.4K 2.2K 549
                                    

Hayyo apa kabar semua, semoga sehat selalu 💓

Next ? 1k vote + 400 coment jangan jadi silent readers ! Blm tembus, belum update 👌🏻

Tinggalkan vote dan coment kalian, jangan jadi silent readers. Hargain authornya

Oke aku mau cerita sedikit, buat readers2 ku tersayang, yukk sama-sama menghargai dengan kalian memberikan vote itu udah bikin aku senang banget loh. Sedih banget soalnya votenya turun dan lama banget tembusnya, karena masih banyak yang jadi silents readers.

Jujur mood aku untuk nulis akhir-akhir ini agak kacau. Sedih sih disaat pembaca mencapai 5k keatas bahkan 10rb tapi yang vote 1k lebih dikit. Bukannya aku nggak mau bersyukur, tapi gitu ya gitu sedih karna masih banyak silent readers.

Padahal dengan kalian klik bintang itu aku merasa udah diapresiasi dan dihargai. Aku bukannya mau nunda2 up tpi memang targetnya yang cukup lama tembus. Nggak kayak part2 awal konflik, itu cepet banget loh tembusnya, bahkan cuma sehari.

Jdi sama2 menghargai ya sayang2ku dengan vote kalian, udah bikin aku seneng banget.

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Hari yang cukup berat telah dilewati Erlan dan Tasya. Sudah seminggu pula kepergian Ranson dan Kiara. Keadaan Erlan jauh lebih baik walaupun Tasya sering melihat suaminya sering menangis dibelakangnya, Tasya mengerti kehilangan orang yang disayang itu sangat menyakitkan. Apa lagi ditinggal dengan beda alam.

Kita boleh menangisi seseorang yang kita sayangi, itu hal yang wajar terjadi bahkan tidak dilarang. Tapi yang tidak diperbolehkan adalah menangisi secara berlebihan hingga menyalahkan ketentuan-Nya hingga menyalahkan takdir yang ada. Karena semua yang ada dimuka bumi ini hanya titipan dan  akan kembali ke sang pencipta.

"Huwaaa, Erlan!" Tasya berteriak histeris sambil menangis kala tidak mendapati Erlan tidur disampingnya.

"Hikss, Mas Erlan. Kamu di mana?" Tasya beranjak dari kasur mengambil cardigannya, seraya menghapus air matanya.

Tasya menuruni anak tangga, mencari keberadaan suaminya disekitaran rumah. Isakan kecil masih saja lolos dari bibir Tasya. Untung saja art sedang berada di bangunan belakang, jadi tidak memalukan.

"Huwaa, mas Erlan jahat ?!" Tasya menatap Erlan yang sedang asik berkutat dengan laptopnya di gazebo halaman belakang, ntah apa yang suaminya itu lakukan sampai tidak mendengar.

"Mas." Tasya menghentak kakinya kesal dengan bibir cemberut.

Erlan menutup laptopnya dan menatap Tasya geli. Berapa hari ini Tasya selalu saja menempel dengannya, seperti cicak di dinding. kemanapun pria itu pergi pasti selalu ada Tasya dibelakangnya.

Tasya Erlan (TERBIT)Where stories live. Discover now