Part 41 - Sadar

60.7K 3.8K 601
                                    

Luv Luv makasih yang udah baca Part Sampai part ini

Yuk hargai penulis dengan memberi vote dan selipkan koment disetiap paragraf. Next ? 950 vote + 300 coment jangan jadi silent readers !

 Next ? 950 vote + 300 coment jangan jadi silent readers !

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Saat disekolah tadi pada jam pelajaran terakhir, Tasya dihubungi oleh Kiara. Ia mengabari kalau keadaan Erlan ngedrop kembali. Saat bel sekolah berbunyi Tasya langsung menuju kerumah sakit dengan keadaan panik. Laura yang sudah menunggu anaknya didepan pintu ICU.

"Bun, Erlan mana bun ?"

"Kok cengeng banget sih anak bunda." Ucapnya tersenyum

"Ihh kok bunda senyum senyum sih, Erlan dimana bun ?"

"Ayo ikut bunda." Laura menarik lengan Tasya untuk ikut dengannya

"Bunda mau bawa Tasya kemana ?"

"Katanya mau lihat suami kamu, udah ikut aja dulu sama bunda."

Setibanya disalah satu ruang rawat inap. Tasya memgernyit heran, kenapa ia dibawa kesini.

"Siapa yang dirawat disini bun ?"

"Masuk aja dulu nak."

Tasya membuka pintu ruangan rawat inap VVIP. Ia tersenyum melihat sosok laki-laki tangguh yang masih terbaring diatas brankar, Tasya sedikit bernafas lega, setelah melihat alat-alat yang membantu Erlan untuk tetap bertahan sudah dilepaskan, hanya ada selang infus ditangannya. Kiara tersenyum melihat menantunya.

"Sini sayang." Panggil Kiara, Tasya melangkahkan kakinya mendekati brankar Erlan

"Alhamdulillah putra mama udah bisa melewati masa komanya nak, sekarang kita tinggal menunggu Erlan sadar. Putra mama kuat berkat doa kamu sayang." Erlan berhasil melewati masa komanya selama 3 hari.

"Alhamdulillah ma. Allah masih kasih waktu buat Erlan dan Tasya untuk bersama, untuk memperbaiki semuanya." Lirihnya

"Mama keluar dulu sya."

"Iya ma."

Ia genggam tanggan pucat yang masih terdapat selang infus dan duduk disalah satu kursi.

"Terimakasih laki-laki tangguh. Aku tau kamu kuat untuk melewati ini semua. Makasih sudah mau bertahan." Tasya mengecup punggung tangan Erlan

Matanya terasa sangat berat karena terlalu lelah menangis, Tasya memilih tidur disalah satu kursi yang disamping brankar, tangannya masih setia menggenggam tangan suaminya hingga ia terlelap masuk kealam mimpinya.

Kedua mata Erlan bergerak dan terbuka perlahan menyesuaikan sinar lampu yang masuk ke retinanya. Ia menoleh kearah samping kala tangganya seperti digenggam seseorang. Erlan tersenyum mendapatkan orang yang ia tunggu selama ini kembali disampingnya. Tangannya terulur mengusap pelan pucuk kepala Tasya, hatinya teriris melihat mata istrinya sembab. Ia menyenderkan punggungnya dikasur perlahan.

Tasya Erlan (TERBIT)Where stories live. Discover now