40. panas

2.6K 140 20
                                    

"Silahkan untuk hari ini kita lakukan diskusi kelompok."

"Karena kelas ini mahasiswanya ada 52, saya bagi menjadi 8 kelompok. Ada yang 7 ada yang 6 ya."

"Silahkan cari teman sekelompok sendiri, saya akan tuliskan topik materinya."

Damar berusaha mengabaikan bisikan mahasiswanya dari tadi. Dia tentu sadar kalau banyak dari mereka yang mulai meremehkan dirinya atas kehamilan Irene.

"Gilak nggak tau malu banget tu dosen. Kalo kelasnya Pak Yusuf masih ada juga gue ogah ambil kelas dia."

"Nggak nyangka aku, ku kira alim. Tau-taunya gitu juga."

"Cewenya yang mana sih?"

"Penasaran aku sama ceweknya."

"Katanya istrinya kating kita, anak dance katanya."

"Kamu nggak liat Ig nya pak damar emang? Udah di post tau foto pernikahannya."

"Hamil berapa bulan sih katanya?"

Damar meremas spidol yang sedang ia gunakan menulis materi di depan. Telinganya terasa begah mendengar setiap bisikan yang ada di belakang sana.

"Kalian sudah mulai diskusi?! Silahkan maju kedepan yang sudah siap presentasi!" Setiap kata yang terucap terdengar penuh amarah. Dia bahkan belum selesai menuliskan topik tiap kelompok, belum juga dijelaskan apa saja yang perlu didiskusikan. Bagaimana mereka sudah siap?

"Silahkan perwakilan maju ke depan! Saya ingin mendengar hasil diskusi kalian apa!"

Damar masih menatap satu persatu mahasiswanya. Tidak ada yang berani maju, tapi mereka masih menampilkan wajah tak sukanya pada Damar.

"Yang ingin pindah ke kelas pak Yusuf, saya persilakan. Saya tidak melarang kalian pindah dari kelas saya."

"Saya tau dan saya sadar betul apa yang menjadi ganjalan di hati kalian semua." Damar kembali menatap seisi kelas dengan tajam.

"Sejujurnya saya sudah mengajukan cuti. Saya tau hal seperti akan terjadi."

"Tuh kan beneran hamil duluan."

"Ini maksudnya dia ngakuin gosip itu kan?"

Damar memejamkan matanya sejenak, mendengar berbagai bisikan yang tiba-tiba kembali berdengung di kelas.

Damar mendesah lelah, "Baiklah, materi setiap kelompok sudah saya tuliskan di papan. Silahkan yang masih mau mengikuti kelas saya, diskusikan, dan Minggu depan kita mulai presentasi."

"Selamat siang."

Damar langsung keluar kelas dan disahuti bisikan mahasiswa lagi.

Dia langsung kembali ke ruang dosen. Kepalanya cukup pening mendengar cemoohan dari mahasiswanya sendiri.

"Saya denger waktu di ruangan pak Surya, diakuin kok sama dia."

Damar menutup bukunya dengan keras. Bahkan rekan sesama dosennya pun turut menggunjingkan dirinya?

"Katanya mahasiswi bimbingan ibu, memangnya Bu Maria Ndak paham?"

"Pak damar!"

Damar tadinya tak mau ambil pusing, tapi dia langsung mengalihkan perhatian penuh karena Ira yang datang menghampirinya terlihat buru-buru.

"Ada apa?"

"Papan informasi.. ada yang pasang foto-foto bapak sama Milan."

Damar mengeram marah, dia langsung beranjak untuk melihat apa yang Ira katakan.

Terlihat papan informasi yang terletak di dekat perpustakaan utama ramai oleh mahasiswa.

Damar merasa emosinya begitu teruji. Terlihat screenshoot-an foto di akun instagramnya dan juga Irene yang di pajang di sana. Ada juga screenshoot instastory mereka. Sepertinya mereka ingin memperlihatkan fakta bahwa Irene memang hamil duluan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Take me, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang