18. Kamu hamil

2.1K 131 2
                                    

"Ini kita lagi di prank apa gimana sih?" Prima menyandar bingung di mobil Nindy, sementara Nindy dan Tisha tak kalah bingungnya menyandar pada mobil yang terparkir disampingnya.

"Sumpah deh ini lucu banget. Bisa shock beneran aku." Jawab Tisha dengan pandangan kosong.

"Tapi nggak lucu juga sih kak.." sahut Nindy.

"Eh, kan kamu setim sama Milan, nggak ada tanda-tanda apa gitu selama latihan kemaren?" Tisha penasaran.

Nindy menggeleng, "Kalo soal.. hamil.. nya sih enggak." Jawab Nindy agak canggung mengatakan 'hamil'.

"Tapi kalo soal Pak Damar sih, nggak terlalu kaget dan malah penasaranku selama ini jadi terjawab."

"Gimana maksudnya?" Tanya Prima.

"Ya panjang deh kak ceritanya, tapi aku kaya pernah beberapa kali gitu deh nggak sengaja ketemu Pak Damar atau Kak Milan. Nggak ketemu mereka berdua gitu sih, kayak waktu itu aku ketemu Kak Milan makan sama cowok, gak keliatan mukanya tapi kaya familier gitu. Terus Kak Milan keliatan banget gitu deh ngalangin biar aku nggak liat." Jelas Nindy.

"Terus ini gimana dong? Nggak mungkin banget kita ubah formasi kan." Ucap Tisha.

"Kita tunggu Milan hubungin kita dulu, sama kita bilang ke Raya. Tapi.. ya, jangan bilang soal Milan hamil." Saran Prima yang diangguki keduanya.

"Dam."

Damar menengok sekilas pada Darka, mereka sedang berjalan menuju ruang rawat Irene.

"Gue tau gue bukan abang yang baik. Gue nggak bisa ngasih lo contoh yang bener. Gue juga nggak nyalahin lo soal ini."

Damar terhenti mendengar penuturan Darka. Jarang sekali Darka berbicara serius padanya.

"Gue emang nggak tau kenapa lo bisa sampe di titik ini, terlepas dari baik buruknya kejadian ini. Disini, sebagai abang, gue harus yakin sama lo."

"Seperti yang mami selalu bilang, lo udah dewasa. Lo bisa bertanggungjawab atas diri lo dan segala keputusan lo."

"Soal papi, gue tau papi pasti marah. Tapi percaya sama gue, papi nggak akan benci ke cucu pertamanya nanti."

"Makasih bang."

Mereka berpelukan sejenak, saling menguatkan.

Tringgg

Damar yang sedang memejamkan matanya di sofa segera melirik pada handphonenya yang berdering.

Asdos Ira

"Ada apa?"

"Maaf pak, beberapa mahasiswa menghubungi saya terkait mata kuliah bapak jam ini."

"Saya sedang ada urusan. Silahkan kamu berikan mereka tugas dulu."

"Tugas apa ya pak?"

"Terserah kamu saja. Oh, selesai kuliah kamu bisa ke RS Purnama Bakti?"

"Untuk apa pak?"

"Kalau kamu senggang kesini saja. Kamar Rose 3111."

"Baik pak."

Damar sedang malas berpikir. Rasanya otaknya sudah mati rasa.

"DAMAR CARLISLE ILYAGRISHA!"

Damar memejamkan matanya. Siap mendengarkan segala makian bahkan pukulan yang mungkin dilayangkan oleh papinya.

"Papi.." mami mengingatkan kalau sedang di rumah sakit, terlebih lagi Irene belum sadar.

"Ikut. Papi harus bicara!"

Take me, please!Where stories live. Discover now