34. Cemburu

1.1K 83 0
                                    

Damar masih setia menunggu istrinya untuk bercerita sendiri. Masih bisa terdengar sedikit sesegukan, Irene menelungkup memunggungi Damar yang masih pada posisinya duduk di tepi ranjang.

"Mas.. maafin aku."

"Kenapa kamu minta maaf hm?"

Damar berpindah, mengitari ranjang dan berjongkok mengusap pipi Irene.

"Yang tadi siapa? Kenapa kamu nangis?" Damar bertanya dengan halus.

Irene sudah lebih tenang, air matanya sudah tidak mengalir tapi dia masih sesegukan.

"Mas nggak marah kalo itu bagian dari masalalu kamu."

Irene mencoba duduk, kakinya menjuntai ke lantai dan Damar segera mengambil posisi di sampingnya.

"Galvin.. maaf.. aku belum bisa ngelupain dia sepenuhnya."

Damar segera membawa Irene ke pelukannya, menepuk-nepuk menenangkan.

"Nggak papa.. mas tau, wajar untuk seseorang butuh waktu melupakan masa lalunya."

"Mas nggak marah?" Irene mendongak menatap Damar dalam.

"Buat apa mas marah? Kenapa harus marah?"

"Karena aku belum bisa ngelupain dia.. padahal udah ada Mas Damar."

Damar tersenyum tipis, "Tapi mas bisa ngerasain kalo kamu udah menerima mas disisi kamu."

"Toh sekarang yang jadi suami kamu mas kan bukan dia."

"Kamu mau istirahat? Nggak papa kalo mas keluar lagi? Nggak enak yang punya acara nggak ada yang keliatan."

Damar sebenarnya hanya ingin memberikan waktu sendiri untuk Irene. Pasti ada banyak yang perlu ia pikiran, perlu ia siapkan untuk menata hatinya.

"Loh pak, Milan dimana ya nggak keliatan?" Tanya Tisha yang kebetulan berpapasan dengan Damar.

"Oh, Irene istirahat di kamar." Jawab Damar sambil menunjuk belakang dengan ibu jarinya.

Damar kembali menyapa teman-temannya maupun teman-teman Irene. Tapi sejujurnya Damar terus curi-curi pandang ke meja yang diisi oleh tim dj, dia memperhatikan Galvin.

"Lo minum Dam?" Darka tiba-tiba saja menepuk bahu Damar yang sedang duduk di depan bartender, lengkap dengan sloki di hadapannya.

"Dikit doang bang."

"Ada masalah?"

Sebagai seorang kakak, Darka masih bisa menangkap ekspresi kurang tenang dari adiknya meski keduanya sudah jarang bersama-sama.

"Mantannya Ren." Jawab Damar dengan tatapan mata lurus pada Galvin yang juga sedang minum di mejanya. Mungkin Galvin juga sedang dalam pikiran yang rumit.

"Lah Irene yang ngundang dia?"

Damar menggeleng kemudian meneguk habis minumannya, "Dia dj yang disewa pihak vila. Irene juga nggak tau, tadi mereka sempet ketemu."

"Pantes lo kusut banget."

"Udahlah kan udah mantan.."

"Gue nggak tau kenapa mereka putus, tapi keliatannya mereka berdua masih saling sayang."

"Lo nggak nanya bini lo?"

"Dia nangis, gue mana tega nanya-nanya begituan. Tapi dengan liat dia nangis di depan mantannya kan udah ketauan banget."

"Ketauan banget apanya?"

"Ya hubungan mereka lah. Gue kebayang aja istri gue dulu ngapain aja sama dia. Sialan."

Take me, please!Where stories live. Discover now