15. Ira

1.3K 116 0
                                    

Belum selesai latihan Irene izin pulang lebih dulu. Perasaannya tidak enak jadi dia langsung menuju tempat Damar, kalau tidak ada kemungkinan Damar ada di apartemennya.

Melihat ada mobil Damar yang terparkir dengan rapi, Irene langsung bergegas menuju kamar yang di sewa Damar di lantai dua.

Klik

Irene langsung memasukkan kode sandi dan masuk mencari Damar.

"Mas, mas nggak papa???"

"Mas Damar dimana??"

Teriak Irene sambil berjalan memasuki ruangan yang cukup luas itu.

"Anjir."

Deg

Irene terdiam melihat Ira yang sedang duduk di sofa.

"Milan????" Tanya Ira kaget.

"Em.." Irene bingung, ada rasa cemburu melihat Ira ada disini sekarang. Tapi Irene juga bingung harus berkata apa pada Ira.

"Jangan salah paham dulu." Damar yang baru keluar kamar mandi dan melihat ketegangan yang ada langsung memeluk Irene. Damar tau pasti kalau Irene akan salah paham dengannya dan juga Ira.

Hikss

"Lohh kok malah nangis?" Damar panik, bukannya menenangkan tapi malah Irene terisak.

"Em.. maaf.. pak? Mil? Ini.. gimana ya?" Ira bertanya dengan bingung melihat situasi yang ada.

"Ira, jelaskan kenapa kamu bisa ada disini." Perintah Damar sambil mengusap air mata yang perlahan mengalir di pipi Irene.

Irene sendiri hanya diam dan air mata itu lolos begitu saja. Entah mengapa dia tidak bisa mengontrol emosinya.

"Oh.. ya? Karena tadi Pak Damar tidak enak badan, jadi saya kesini melaporkan kuliah yang bapak tinggalkan sekaligus memberikan beberapa tugas kemarin." Kata Ira menjelaskan meskipun dia belum paham dengan situasi yang ada.

"Mas nggak macem-macem kok. Kan kamu juga yang bilang Ira udah punya pacar, pacarnya uwu, nggak mungkin baper ke mas kan?"

Ira melotot bingung dengan perkataan Damar pada Irene yang masih menangis dalam diam.

"Aduh, begini, Mil.. aduh.. sumpah aku nggak ada niatan macem-macem kok Mil kesini." Ira mulai mengerti dan dia mencoba menjelaskan pada Irene.

Puk

Irene memukul dada Damar dengan kesal, "Kenapa sakit nggak bilang-bilang aku?! Kenapa hapenya malah nggak aktif! Sebel tau nggak!" Ucap Irene kesal.

Damar terkekeh, "Iya, tadi kan mas chat kamu, tapi kamu gak bales."

Irene semakin menangis, tapi kali ini dengan memeluk Damar.

"Hikss.. ihh sebel sama Mas Damar!" Gerutu Irene kesal tapi tetap menenggelamkan wajahnya di dada Damar.

Damar tertawa gemas, "Ira, silahkan duduk dulu. Nanti saya jelaskan soal ini."

"Aww"

Damar mengaduh karena pinggangnya dicubit keras oleh Irene.

"Terus ini sakit apa?! Kok sehat gini??"

"Ya tadi nggak enak badan, nggak tau sekarang udah biasa aja."

"Nyebelin tau gak!" Sahut Irene dengan kesal, dia mengusap air matanya kemudian berjalan menuju tempat tidur.

Model kamar yang di sewa Damar ini memang tipe studio, hanya ada satu ruangan yang cukup luas dan juga kamar mandi dalam. Ada dry kitchen juga, sementara untuk tempat tidurnya Damar menatanya dengan diberi sekat rak-rak buku agar tidak terlihat langsung dari sofa yang disediakan Damar kalau ada tamu.

Take me, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang