05-Dibilangin Bukan Bulan Madu!

1.9K 201 29
                                    

"Krist! bangun Krist! udah sampe"

Krist menggeliat pelan karena tidurnya sedikit terganggu "eughh... sampe mana?" lirihnya.

Aku tersenyum tipis "sampe rumah nenek gue" kataku lembut, akupun tak mengerti kenapa aku bisa selembut ini pada pria?

"ehh.. nenek?" Krist berusaha mengumpulkan kesadarannya.

Aku mengangguk "kakaknya nenek gue, yuk turun, ransel kita udah dibawa ke dalem" ajakku, Krist mengangguk "oke" kemudian kami keluar dari mobil, di depan rumah sudah ada nenek yang menunggu kami dengan antusias.

"Sing! ya Tuhan kamu itu udah gede malah ndak pernah main kesini!" protes nenek sambil menonyor kepalaku pelan.

Aku sedikit meringis "aduh... hehe maaf nek, Sing sibuk"

"iya sibuk" cibir nenekku, kemudian nenek menoleh ke Krist "eh, ini..."

Krist hanya tersenyum canggung "ini Krist nek" ujarku memperkenalkan Krist pada nenek.

"selamat sore bu, saya Krist" ia juga tersenyum memperenalkan diri.

Nenek mendekat pada Krist "sore... wahh cantiknya mantu nenek, kamu pinter milih istri, panggil nenek aja" puji nenek sambil membelai pipi Krist, kami canggung.

"err... maaf nek, tapi saya laki-laki" Krist menjadi kikuk.

Kemudian nenek menjadi murung, mungkin karena ujaran Krist "ahh... begitu, maafin nenek, nenek pikir nenek kalian bohong kalau menantunya laki-laki, soalnya parasnya Krist manis, rambut Krist juga lumayan panjang sama kaya nenek, nenek salah ngira" nenek menjadi terkekeh kikuk.

"tapi juga nek... ini bukan Singto yang pilih, nenek yang tiba tiba suruh Singto nikah sama dia hehe" selaku lirih.

Dan nenek kembali menjadi riang "oh iya nenek lupa, nenek kamu udah cerita semuanya kemaren sore, maaf yaa nenek ndak bisa dateng"

"nggak apa apa nek, doa nenek aja udah cukup kok" kata Krist sambil tersenyum simpul.

"hmm yawes, ehh masuk yuk, budhe kalian udah masak banyak karena tau kalian mau kesini, pagi pagi tadi budhe sama nenek langsung ke pasar, belanja buat masakin kalian" kata nenek semangat sambil menggandeng Krist masuk ke dalam.

Disini keberadaanku seperti tak dianggap, karena sepanjang makan, nenek terus mengobrol dengan Krist.

Cucunya dia atau aku sih?

"nek, yang lain pada kemana? kok sepi?" tanyaku sambil menelisik seisi rumah, hanya ada kami bertiga dan seorang pembantu yang tadi menyiapkan makanan di meja.

"ohh, budhe masih keluar sebentar sama pakdhe mu" jawab nenek sambil memindahkan potongan ikan pindang* ke piring milik Krist.

*Pindang merupakan hasil olahan ikan dengan cara kombinasi perebusan dan penggaraman. Produk yang dihasilkan merupakan produk awetan ikan dengan kadar garam rendah. Sumber : Wikipedia.

Aku mengangguk paham "mas Joss mana nek?" tanyaku sekali lagi.

"disini!" itu suara mas Joss, dia sepupu yang seumuran denganku.

Kenapa memanggilnya 'mas' padahal seumuran?

Biar ku beritahu. Ini berhubungan dengan norma dan tata krama, di jawa, mau berapapun umurnya kalau dia anak pakdhe atau budhe kalian, wajib hukumnya memanggil namanya dengan embel-embel 'mas' atau 'mbak' atau yang lainnya sebagai tanda penghormatan.

"darimana mas?" tanyaku berbasa-basi.

Dia duduk di sebelahku, berhadapan langsung dengan Krist "abis jenguk temen, dia masuk rumah sakit, kecelakaan" katanya, dan kami hanya ber 'oh' ria.

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Where stories live. Discover now