22-Are You Ready?

1.9K 163 28
                                    

Krist dan Singto beserta teman-teman seperjuangannya kini tengah bersiap menghadapi serangkaian ujian yang akan menjadi penentu kelulusan mereka. Pasangan Ruangroj itu tiba-tiba menjadi ambisius padahal di awal kelas 12 mereka terlalu santai walaupun memang isi otak pasangan itu sudah tidak bisa di ragukan lagi kepintarannya.

Ujian pertama adalah ujian Praktek, Krist dan Singto berlatih bersama untuk ujian praktek yang dinilai secara individual.

Ternyata punya suami sekelas enak juga, punya semangat buat ujian-pikir Krist di awal rangkaian ujian mereja.

"Sing, lo mau kopi nggak? Tadi malem kita tidur sebentar banget" tawar Krist sambil mengaduk kopinya.

Singto mendengus "ini juga gara-gara lo anjir! Ngerengek mulu 'nanti dulu mas satu kali lagi, ya mas ya? adek belom ngantuk! Adek pengen lagi' sialan! Hoaaam...." Singto menguap panjang di meja makan sambil menggerutu.

Sementara si manis terkikik memamerkan gigi mungilnya(?) "hehe, jangan gitu lah... ini buat lo juga, kan? Badan gue juga pegel-pegel tau!" Krist kemudian meletakkan segelas kopi yang ia buat tadi, lalu duduk di seberang Singto dan meminum kopinya sendiri setelah menghabiskan satu bungkus roti isi keju yang ia beli di tukang roti keliling tadi malam.

Singto menguap lagi, matanya benar-benar tidak bisa diajak bekerjasama "Krist... bolos aja yuk, gue ngantuk banget"

Tak!

Sendok yang tadi digunakan untuk mengaduk kopi tadi kini beralih fungsi menjadi pemukul kepala Singto.

"sembarangan! Gue males ya susulan! Lo aja sana bolos sendiri! Lagian kita tadi malem belajar conversation sampe malem banget buat apa coba?!" Gerutu Krist.

Sementara yang lebih tua menatap Krist tak kalah sengit kemudian menandaskan kopi susu buatan Krist "itu kan mau lo! Lo juga yang ngajakin tidur di karpet depan tv! Lo juga yang ngeluh. Udah ah ayo jalan"

"Eh bentar gue ke kamar mandi dulu" ujar Singto kemudian, Krist menghabiskan minumannya dan membereskan barang bawaan mereka.

Krist berteriak sambil berjalan keluar rumahnya "Gue tunggu di lua..."

Brak!

"Singto! Tolongin gua!"

❤💙💚

"Krist? Sing? kalian gapapa?" Tanya New dengan raut khawatir menatap sahabatnya.

Krist memandang heran New "kita kenapa emang?"

"tumben kalian tadi berangkat siang? Biasanya duluan daripada kita?" Sahut Earth dengan nada menggoda Singto dan Krist.

New mengangguki ucapan (mantan) kekasihnya "iya, kalian juga nggak se-rapih biasanya, kalian kaya kurang tidur" timpal New sambil menelisik Singto dan Krist dari atas kebawah, dari bawah lagi keatas lagi. Yang menjadi objek saling berpandangan.

"New" "Krist" ucap New dan Krist bersamaan.

"berdiri lo aneh, Krist! Coba jalan" dan Krist mengikuti arahan New.

Melihat cara berjalan Krist yang sedikit mengangkang, Earth menutup mulutnya "Sing... jangan bilang kalo..."

Singto menatap datar Earth "tadi malem kita tidur larut gara-gara latihan buat praktek hari ini, terus Krist tadi pagi kepeleset di teras gara-gara tetangga kita main basah-basahan di luar terus airnya nyiprat ke teras rumah, jelas?!" jelas Singto sarkas, New tertawa keras sampai mengganggu peserta ujian yang sedang berlatih untuk ujiannya hari ini.

"Sssttt!"

Beberapa minggu berlalu. Mereka telah menyelesaikan hampir seluruh rangkaian ujian yang diberikan sekolah umtuk penentu kelulusan mereka. Hari ini, adalah hari terakhir Krist dan Singto untuk satu lagi rangkaian ujian mereka sebelum dua ujian terakhir.

Sepulang sekolah, Krist dan Singto berkunjung ke rumah orangtua Singto, neneknya memanggilnya.

"nenek mau kamu kuliah manajemen di china"

Singto menunjukkan raut tak terima "kok gitu nek? Sing kan udah..."

"mas..." tenang Krist saat Singto meledak kepada neneknya.

Yang paling tua melipat tangannya di dada "iya atau tidak? Semua jawabanmu ada konsekuensinya" ucap nenek cuek.

"kamu punya waktu menjawab sampai hari kelulusan kamu, semua biaya kuliah, biaya hidup kamu dan Krist selama kamu kuliah nenek yang tanggung" nenek melenggang pergi kemudian meninggalkan Singto, Krist, dan ibu Singto di meja makan.

Singto tak bisa menahan emosinya lagi "kita pulang" ajaknya pada Krist.

Krist yang tahu suasana hati Singto sedang tidak baik-baik saja, berburu-buru berpamitan pada mertuanya lalu menyusul Singto.

Singto hari ini membawa mobil hadiah dari sang ibu untuk pernikahannya dulu. Di dalam mobil, Krist sesekali memandang suaminya maklum, lalu diam menatap jalanan lewat kaca. Krist tak mau menambah panas keadaan dengan mendebat suaminya, lebih baik Singto melampiaskan amarahnya pada jalanan yang sedang sepi ini.

"Gak usah ke kafe, kita pulang aja. Nurut" titah Krist mutlak.

Hari masih siang ketika pasangan muda Ruangroj itu sampai di rumahnya. Sungguh hal langka karena biasanya mereka baru bisa kembali ke rumah diatas jam lima sore.

"Mandi, tapi habis mandi jangan tidur, nanti sakit" perintah Krist lembut.

❤❤❤

Hari menjelang malam, namun Krist baru saja menyelesaikan masakannya yang tak seberapa itu. Tubuhnya jujur saja lelah, ia belum sempat beristirahat sepulang sekolah, Krist baru sempat untuk mandi.

Di kamar mandi, ia menatap tubuh polosnya yang terpantul di cermin hanya sampai pinggul. Kemudian perhatiannya tertuju pada perut bagian bawahnya yang sekarang ia raba.

Jujur saja, kata-kata dari New, Alice, serta Baifern membuat gaduh pikirannya hingga membuat fokus Krist terkadang teralihkan.

Apalagi kata-kata New, bagaikan memori yang tak terlupakan, satu kalimat itu terus menggenangi otak menantu manis Ruangroj tersebut.

"Hati-hati, nanti Singto jajan"

Lama-lama, Krist menjadi pening sendiri, ia menggelengkan kepalanya "enggak! Singto gak mungkin begitu, dia setia sama gue!" Seru Krisy menenangkan dirinya sendiri "lagipula, kita kan bareng terus!" lanjutnya untuk membuang pikiran negatif dari dirinya.

Sekali lagi, Krist meraba perut bagian bawahnya yang menyatu dengan otot-otot yang terbentuk tak sempurna hasil kerja kerasnya.

"tinggal ujian sekolah sama ujian nasional, besok libur juga, apa gue kasih sekarang aja kali, ya?"

Krist menatap pantulan wajahnya di cermin "gue juga harus yakinin Singto buat ngambil tawaran nenek, kata kak New, kalo udah begituan, biasanya suami bakal lebih nurut sama kita" Krist bingung.

"tapi kalo Singto pergi... enggak! Lo harus bisa yakinin Singto buat nurut sama neneknya!"

Krist masih setia meraba perut bagian bawahnya, tempat rahimnya berada "kalo jadi, paling nggak gue nggak sendirian ditinggal Singto, iya, kan?"

Beberapa saat kemudian Krist meyakinkan dirinya untuk memberikannya malam ini.

"gue siap!"











Ekhem, siap apatuuu?👀

Ehe, lama gak Vee perginya?

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora