14-School Life!

1.9K 171 30
                                    

Mari kita melompat maju ke beberapa bulan Krist dan Singto menikah. Meskipun mereka berdua sudah naik ke kelas sebelas, namun di kehidupan mereka belum banyak perubahan; Suka menjahili satu sama lain, jangan lupakan pertengkaran kecil hingga sedang yang bisa mereka lewati bersama.

Dan juga perasaan Singto yang masih di gantung oleh suaminya hingga sekarang.

Singto : gapapa kok, aku kan tahan banting😕

***

Pagi itu, Krist merasakan sebuah tangan mengelus pelan kepalanya, ia yang setengah sadar pun menggeliat sambil membuka mata "selamat pagi" sapa Singto lembut.

"ayo bangun!" ajaknya lembut.

"cakep banget! Lo pasti pangeran dari kayangan" ucapnya tanpa sadar membuat Singto bingung.

Nih bocah kesambet apaan dah pagi-pagi?~batin Singto heran.

Krist membelai pipi Singto lembut, ia juga tersenyum manis, membuat siapa saja bisa meleleh dengan senyumannya.

"enak juga kalo tiap pagi dapet pemandangan kaya gini, tapi kalo lama-lama diabet juga gue"

Pemuda Ruangroj itu makin mengerutkan keningnya bingung dengan racauan tidak jelas suaminya, kemudian ditepuknya lagi pipi Krist lembut beberapa kali "Krist! Bangun! Kita telat!"

"HAH?!"

BRAK!!

"aduh!!"

***

"Sing, lo kenapa?" tanya Earth sambil menahan tawanya karena cara berjalan Singto yang tertatih.

Sementara Singto hanya menatap tajam sahabatnya yang langsung mengatupkan mulutnya dan melirik Krist yang sudah duduk manis dibelakang kursinya.

"Krist, lo main kasar ama Singto?" bisik Earth, Krist membelalakkan matanya "sembarangan! Mana ada!" pekik Krist tertahan.

New terkikik "kayanya kaga mungkin Krist, pastilah Singto! Kan secara...hmmp!" lain kali New bersumpah tidak akan menggoda sahabatnya seperti ini lagi "lepas! Telapak tangan lo bau minyak urut!" pekik New geram karena mulut seksinya dibekap oleh tangan Krist yang katanya bau minyak urut.

Krist mengendus "mana ada? Tangan gue gak bau" gumam Krist sambil mengendus tangannya sendiri berkali-kali. New jengah mengalihkan atensinya pada dua orang di meja depannya; Mengobrol.

Sampai saat ini, belum ada yang mengetahui hubungan Singto dan Krist. Mereka berdua sangat pandai menutupi hal ini.

Berangkat sekolah terpisah, pulang sekolah juga, namun Singto akan menunggu Krist di kafenya untuk pulang bersama karena lokasi kafe tersebut ada di pertengahan jarak rumah dan sekolah mereka.

"Singto sayang! Nanti siang makan di kantin bareng, yuk!" yang punya nama mendelik, sahabat dan suami Singto pun begitu. Pasalnya, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba seorang gadis berperawakan bagus itu menghampiri Singo dan bergelayut manja di lengannya disaat ia sedang bersusah payah menangkau tempat duduknya dengan menahan sakit.

Yeuu...ulet bulu nempel bae ama laki gua!~Sayang, umpatan Krist hanya sampai dikerongkongan saja.

Singto menatap gadis itu datar sambil berusaha melepas tangan ceking gadis tersebut "gak, gue bawa bekel" ketusnya, gadis itu mempoutkan bibirnya, namun kemudian cerah kembali "yaudah aku temenin! Sebagai pacar yang baik aku harus nemenin kamu" tawarnya.

Singto mendelik, kemudian menatap Krist takut 'bajingan' setidaknya itu yang dibaca Singto dari gestur bibir suaminya. Sementara Earth dan New menatap penuh semangat, karna nanti siang di kafe pasti akan ada prahara baru.

Singto kemudian menghempas kasar tangan itu "gue bukan pacar lo lagi! Kita udah putus dari lama!" sentak pemuda Ruangroj tersebut. Sabar, Singto! Menghadapi gadis yang begitu tak kalah sulit daripada meladeni Krist bersama pms-nya.

Earth dan New menggelengkan kepala "aduh..kalo udah di tolak yaudah gak usah maksa, gatel banget jadi cewek" sindir Earth.

"heh temennya Bibi! De....."

"siapa Bibi?" potong Earth pada New.

"anak anjing gua!" sahut Gun, teman sekelas Krist yang mengundang gelak tawa seluruh mulut yang berada di kelas, kecuali Bia-Nama gadis yang merangkul Singto.

"jadi cewek gausah kegatelan, deh! Singto udah gak mau, ya gak mau! Jadi cewek murahan banget, sih!" bibir boleh seksi, tapi sindiran harus pedas, kira-kira begitu slogan New mengenai bibirnya.

Bia tersulut emosi "ya terserah gue dong! Gue mau ngapain juga emang ngerugiin kalian, apa?!" debatnya tanpa menyadari jika Singto sudah berhasil duduk di sebelah Earth.

"ya emang gak ngerugiin..." celetuk Krist sambil berdiri "mana ada sih yang mau ngelewatin pemandangan indah kaya badan lo? Ya nggak, guys!" seluruh teman Krist bersorak dan memilih untuk mengikuti alur permainan Krist, mereka tahu jika remaja manis ini sudah berbicara, maka lawannya akan kalah telak.

Krist berhenti tepat di depan wajah Bia, tangannya ia masukkan ke kantong celana seraya mengamati wajah Bia dari dekat "tampang lo juga cakep..." ditelusuri rambut ikal sampai bahu Bia "lo cakep, tapi sayang!" jeda Krist sambil menghadapkan Bia kehadapan teman sekelasnya "bajunya gak menaati aturan sekolah, sekarang pake make up emang gak dilarang, tapi kalo make up-nya modelan tante-tante girang di bawah fly over begini, lo ikut gue ke ruang BK sekarang juga!"

Sorak-sorai memenuhi ruang kelas XI Mipa 1 pagi itu karena sikap pendisiplinan Krist yang memang patut disegani. Meskipun bukan ketua osis, tanggungjawab Krist sebagai pengurus osis bagian ketertiban itu tak bisa di remehkan.

"rasain lo cewek gatel! Nyari gara-gara sih!" Batin Krist puas sambil mendorong-dorong bahu gadis didepannya sampai ke ruangan konseling.

Bia mendengus, rencananya untuk membujuk Singto untuk kembali berpacaran gagal sudah.

"selamat pagi, bu Rani" sapa Krist ramah, rautnya terbilang ramah ketimbang sebelumnya.

Bu Rani tersenyum pada Krist "selamat pagi juga...lhoh? Ini bukan jadwalnya kamu piket, kan?" heran guru muda tersebut karena Krist membawa siswi berpenampilan yang sedikit banyak melanggar peraturan.

"iya bu, hari ini saya gak piket jaga di depan, tapi pelanggarnya hari ini nyerahin diri nih ke kelas saya" sindir Krist, Bia mendelik, sedangkan bu Rani menghela napas lelah setelah melihat Bia "kamu lagi kamu lagi, Krist saya capek nertib-in dia, kamu aja nak yang gantiin tugas ibu, kamu terserah mau apain dia" pasrah bu Rani karna memang dirinya sudah lelah menghadapi putri donatur terbesar di sekolahnya.

Bel tanda masuk menginterupsi ketiganya, bu Rani tersenyum sambil membenahi buku-bukunya "saya ngajar dulu ke kelas kamu, nanti kamu tetep tak absenin soalnya kamu bantuin tugas ibu, makasih ya nak!"

Krist menyeringai kecil, sementara Bia mendengus kesal dan menghentakkan kakinya "ish! Ini gara-gara lo tau, gak! Gue gagal manja-manjaan ama Singto!" ketus Bia di wajah Krist.

"berisik! Sekarang, lo apus dandanan 'ondel-ondel'-lo terus gantiin tugas pak Tha benahin buku di perpus!" titah Krist datar.

Bia hendak memprotes namun telunjuk Krist yang menunjuk wajahnya membuat gadis itu terdiam "atau lo mau gantiin tugas pak Sol?" pak Sol adalah petugas kebersihan yang setiap pelajaran dimulai maka lelaki itu akan membersihkan kamar mandi.

Bia mengerang "HELL NO! OKEY! Gue benahin buku di perpus!" final Bia.

Krist menatap mengejek gadis rivalnya tersebut yang tak segera beranjak "apa lagi? Lagian salah lo sendiri, di sekolah pake ngelonte" lain kali akan author ingatkan jika Krist harus jauh-jauh dari New, bibir Krist sepertinya terpapar virus 'nyinyir' dari New.

"issh! Lo kok kasar sih ngomongnya?! Gue bilangin papi biar lo dihukum juga!" ancam Bia.

Krist menunjukkan wajah yang dibuat ketakutan "aduhh takut! Papi lo kan donatur paling gede di sini, pasti gue kena masalah berat...emang gue peduli?" sarkas Krist "udah sana buru jalan! Gue ngawasin lo, ya!" titah Krist galak.

Baru donatur aja belagu, huh! Gue cucu mantu nya yang punya nih sekolah asal lo tau aja!~lagi-lagi ujaran remaja manis itu hanya sampai di tenggorokannya saja.













Tbc!

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant