07-Rival

1.8K 177 33
                                    

"hari ini mau ngapain agendanya?" tanya pakdhe setelah menelan kunyahan sarapannya.

Singto menggeleng "belum tau pakdhe, mau kemana Krist?" tanya Singto pada suaminya.

Namun Krist juga mengendikan bahunya "nggak tau, kan belum pernah ke Jogja jadi nggak tau ada apa disini"

"Krist ikut nenek sama budhe aja yuk, hari ini nenek kok kepingin belanja di beringharjo" usul nenek kemudian.

"hmm.... boleh deh" Krist mengangguk setuju.

"Sing? Gimana nek?"

"ikut lah sekalian, Joss juga! buat bawain belanjaan" celetuk budhe dari dapur belakang yang berjalan menuju meja makan membawa sepiring tempe mendoan yang masih mengepul, aroma sedap menyeruak keseluruh ruangan.

Singto dan Joss seketika menekuk muka mendengar kekehan Krist.

"iyaa, tapi jangan lama lama ya" pinta Joss lirih.

"mau apa? pacaran?" celetuk pakdhe sambil meraih tempe yang baru saja diletakkan budhe ditengah mereka.

Kemudian Joss tersenyum kecil "hehe bapak tau aja"

Nenek menggelengkan kepalanya heran "pacaran terus otakmu itu, nggak ada yang lain ap..." belum selesai nenek mengomel, suara ketukan pintu menginterupsi.

"Krist bukain deh, sebentar" pamit Krist sambil beranjak ke depan.

Krist menarik napas gugup sebelum ia membuka pintu, kemudian saat Krist menarik pegangan kayu tersebut, nampak seorang gadis seumurannya dengan sebuah rantang putih.

"maaf, cari siapa ya?" tanya Krist sambil tersenyum ramah.

Gadis itu memperlihatkan raut tak sukanya "kamu nggak tau saya?" jawabnya dengan nada sedikit dinaikkan.

"maaf, saya baru disini" Krist tersenyum canggung meladeni gadis di depannya.

"pembantu baru kah? pantes saya baru lihat" angkuh gadis itu membuat Krist ingin menjambak rambut cokelat gadis itu hingga rontok.

"maaf, saya bukan pembantu" Krist mengeluarkan aura tak enaknya.

Tapi dengan angkuhnya gadis itu membalas "kalau bukan? terus siapa? ART?" Krist benar-benar tak habis pikir dengan gadis di depannya.

Gue disamain sama pembantu? Dandanan dia aja mirip tante girang di bawah fly over deket sekolah!- Cibir Krist dalam hati, ingatkan dia harus tetap tersenyum pada tamu 'annoying' nya ini.

"saya..."

"Siapa dek?" tiba-tiba Singto merangkul pinggangku dan tersenyum. Urat malunya mungkin sudah putus, pikir Krist.

Eh? Tadi dia manggil gue apa? Dek? Sejak kapan gue jadi adeknya? Tapi yaudahlah, mood gue anjlok -lagi, Krist hanya menahan kalimatnya di dalam hati, membiarkan Singto meladeni gadis yang melihat suaminya dengan tatapan menjijikan.

"tuh! lo liat aja" ketus Krist dengan berbisik.

Tanpa izin da tiba-tiba, gadis itu memeluk Singto, memisahkan tangannya yang merangkul Krist "Singto! ya ampun kamu apa kabar? aku kangen banget sama kamu? kamu kapan sampai disini? kamu sendiri? atau sama ibu?"

Krist menarik napasnya tak beraturan, emosinya sebentar lagi meledak jika tadi pagi ia tidak melakukan peregangan di kamar agar emosinya stabil.

Refleks, Krist memisahkan paksa antara Singto dan perempuan itu "bisa nggak? ga usah peluk peluk?!" ketusnya.

Di sisi lain, Krist juga heran mengapa ia bisa semarah itu, padahal ia dan Singto belum genap satu minggu menikah dan menikahpun dengan perjodohan, entahlah. Tetapi yang pasti, emosi menguasai Krist saat ini.

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Where stories live. Discover now