41-Time Flies

787 64 6
                                    

"hati-hati!" Krist memeluk Singto erat "lo juga, jangan sakit"

Terakhir, punggung tegap Singto yang menjadi pemandangan terakhir bagi Krist, ini akan menjadi hubungan jarak jauh terpanjang bagi keduanya. Karena Singto akan kembali lagi setelah ia menyelesaikan kuliahnya di negara Tirai Bambu sana, itu artinya sekitar dua setengah tahun lagi.

Setelah satu minggu berlibur, dengan setengah hati Singto akhirnya memutuskan untuk kembali lagi pada kesibukannya di China agar ia bisa menyelesaikannya lebih cepat dan bisa kembali pada keluarganya.

Krist menghela nafasnya, Earth dan Mix-junior di kampusnya yang dikabarkan sedang dekat-membawa si kembar jalan-jalan untuk memberikan waktu berdua untuk Singto dan Krist. Earth akan mengembalikannya nanti siang saat jam makan.

Begitu Singto pergi, dirinya benar-benar sendirian melangkah keluar area bandara yang cukup ramai di jam delapan pagi.

Krist meraih ponselnya dan menghubungi seseorang disana.

❤❤❤

"ya tuhan ini meni ganteng sama cantik teh anak siapa?"

"anak Krist, ambu" jawab Krist sambil terkikik.

Krist tiba-tiba teringat akan sang nenek dan kakek yang sudah lama tak dikunjunginya karena kesibukannya mengurus si kembar

Beberapa waktu lalu, Ibu dan ayah Krist pernah akan mengajaknya mengunjungi ambu dan abahnya. Tapi melihat Krist yang tak mungkin bepergian membuat orangtua Krist mengurungkan ajakkannya.

Sehari setelah Singto terbang, Krist minta izin kepada nenek Singto untuk pergi mengunjungi abah dan ambu-nya dibogor. Krist mengajak ibunya karena tidak mungkin membawa dua bayi sendirian, apalagi dirinya yang menyetir.

"hai anak manis, namanya siapa?" Ambu menyapa Arthit.

"halo eyang, namaku I-Oon" Krist menjawab dengan suara anak kecil.

Ambu tersenyum ramah dalam kerutan wajahnya "namanya I-Oon, yah? Manisnyaa..." Arthit cemberut kemudian menangis kencang yang membuat Krist kelabakan dan langsung mengangkat Arthit yang tadinya sedang bermain di kasur bersama eyangnya.

Krist berusaha menimang dan membujuk Arthit dengan segala bujukan sayang hingga Arthit berhenti menangis "kayanya Oon marah deh dibilang manis sama ambu" kekeh Krist setelah Arthit tenang.

"maafin eyang, Oon.. eyang nggak ngerti" ambu mengusak surai Arthit yang mulai lebat itu Arthit tertawa "mau gendong eyang?" tawar ambu pada Arthit.

"ndaaa..." Arthit meronta digendongan Krist, meminta digendong nenek buyutnya "Oon?" kaget Krist.

Krist menyerahkan Arthit buru-buru kepada ambunya, lalu ia membungkuk menyejajarkan dirinya dengan Arthit "coba lagi, bundaa..." Arthit meespon Krist hampir mirip dengan Natcha minggu lalu.

Krist mencium pipi gembul Arthit "hebat! Anak bunda hebat!" Arthit semakin tidak bisa diam digendongan eyang karena ikut senang dengan kebahagiaan sang ibu.

"ayo kita keluar! tunjukkin ke nenek sama eyang sama kakak!" ajak ambu pada Arthit "kamu istirahat, anak-anak biar sama ambu sama ibu kamu" ucap ambu sebelum keluar dari kamar Krist.

Krist langsung menghempaskan tubuhnya di kasur dan memejamkan matanya sejenak dan membukanya lagi

Dua tahun sama anak-anak nggak akan lama, kok!

Krist menghembuskan nafasnya kasar dan memutuskan memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat.

3 Tahun kemudian

"nda... kita mau kemana? Kok bajunya bagus?" suara khas anak kecil yang cadel itu tidak menghentikan kegiatan Krist mengepang rambut putrinya.

Putri Krist yang sedang ditata rambutnya itu juga tak bisa diam dengan kehebohannya "iya nda... terus kenapa bunda bawa banyak baju?" tanya si gadis yang dikepang rambutnya.

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang