20-Firstnight

2K 163 17
                                    

Tubuh Krist rasanya seperti disuruh bekerja kuli bangunan, padahal ia hanya mengikuti kelas tambahan di sekolahnya untuk persiapan ujian kelulusan beberapa bulan lagi. Dan mampir ke kafe Singto sebentar seperti biasanya.

"Mas, adek capek banget"

Singto paham, ia mengerti jika Krist sudah menggunakan panggilan mas-adek pada diri sendiri dan suaminya, berarti Krist memang benar-benar-benar butuh perhatian.

"Bentar, mas pesen makanan dulu..."

"Mau peluk"

Lagi-lagi cucu emas Ruangroj itu hanya tersenyum mengusak surai suaminya "nanti dulu, mandi dulu, ya? Mau mas mandiin?" Krist menggeleng sambil matanya yang tetap terpejam dan bibirnya mengerucut lucu, namun kedua tangannya terangkat "mandi sendiri, tapi anterin ke kamar mandi"

Singto terkekeh, ia meletakkan ponselnya dan kemudian memapah suaminya yang masih setia memejamkan matanya itu ke kamar mandi "gue tunggu di liluar, jangan tidur" titahan lembut Singto hanya dibalas anggukan dan geraman kecil dari si manis.

***

Krist keluar kamar mandi dengan wajah yang nampak segar dan rambut bekas keramas yang telah kering karena hair dryer kado dari Janhae satu tahun lalu. Matanya kini tak lagi terpejam karena telah segar terbasuh air.

Singto yang tengah berkutat dengan laporan yang ia bawa dari kafe itu tak menggubris Krist karena saking seriusnya, bahkan seragam pramukanya belum dilepas. Si manis menantu Ruangroj itu akhirnya berinisiatif mengalungkan handuk kering milik Singto pada sang pemilik "mandi dulu, mas terus makan, tadi udah pesen makanan, kan? Istirahat dulu otaknya" titah Krist lembut.

Suami Krist menagngguk "iya, bentar lagi nyampe, udah dibayar juga"

Seperti biasanya, sepulang sekolah Krist akan mandi terlebih dahulu kemudian Singto. Selama Singto mandi, Krist akan memasak makanan sederhana yang sekiranya bisa di masak dalam waktu cepat.

Hampir tiga tahun ia tinggal berdua dengan Singto. Krist yang tidak bisa melewatkan sayur setiap hari di rumahnya dulu, kini ia belajar dari ibu dan internet bagaimana agar kebutuhan sayur mereka terpenuhi.

Krist tahu diri untuk menghemat uang yang Singto dapatkan dari hasil kafe. Meskipun terkadang ibu Singto dan nenek memberikan sejumlah uang, namun ia tak bisa boros. Lagipula kan uangnya bisa digunakan untuk masa depan, bekal berkuliah misalnya.

Akhirnya dengan saran sang ibu, remaja manis itu membuat stok sayuran dan bahan makanan yang sebelumnya sudah dibersihkan di lemari pendinginnya sehingga Krist bisa langsung mengolah bahan makanan tersebut. Bahan ini biasanya Krist isi untuk satu minggu, di hari sabtu Krist akan berbelanja kemudian Krist akan memilah bahan mana saja yang bisa dibuat makanan setengah jadi agar bisa diolah dengan cepat saat hendak dimakan.

Namun jika keadaan Krist yang kepalang tak bertenaga untuk memasak seperti keadaan saat ini, Singto akan berinisiatif untuk memesan makanan di luar, sesekali tak apa, kan?

Dalam hal ini, Krist maupun Singto berusaha saling memahami, mereka sama-sama lelah dan tengah berjuang, pertengkaran adalah hal sia-sia.

"Besok gue mau ke tempat teteh, lo ke kafe, kan?" Tanya Krist sebelum menyuap nasi goreng pesanan Singto kedalam mulutnya.

Singto mengangguk "iya gue ke kafe seharian, lo kalo bosen nyusul aja gapapa"

"Gue mau main sama Pat, terus kak Fern juga mau nitip Ciize ke gue, gue ajak aja sekalian ke rumah teteh biar Ciize punya temen baru" teteh yang di maksud Krist adalah Alice.

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Where stories live. Discover now