31-Baby Coming Soon!

1.7K 128 61
                                    

H-3 minggu persalinan Krist

"Singto? kok pulang gak ngabarin, sih?" Krist terkejut saat sang suami sudah ada di hadapannya, padahal janjinya dua minggu lagi Singto baru akan pulang.

Singto panik melihat Krist yang berusaha berlari menghampiri dirinya dengan perutnya yang sebesar itu "hati-hati, dek" Singto bergerak lebih cepat mendekap Krist, mereka berpelukkan agak lama, menghirup aroma satu-sama lain, menenangkan.

Singto mengusap-usap punggung Krist yang terisak "adek kangen banget sama lo, hiks..." Singto merasakan basah didadanya.

Yang lebih tua melepas pelukannya "jangan nangis gitu ah, gue udah disini" Singto mengusap air mata Krist.

Singto turun ke perut Krist, menyapa sesuatu yang masih tumbuh di dalam sana "hai anak ayah, kita ketemu lagi! kamu udah gede, ya sekarang? Nakal nggak di perut bunda? Ayah kangen banget" Singto dan Krist melakukan hal yang sama seperti terakhir kalinya mereka bertemu.

Tapi kali ini tangan Singto tidak bisa memeluk perut Krist sepenuhnya, perut Krist terlalu besar. Singto berdiri lagi, mencium kedua pipi chubby Krist, terakhir bibirnya yang dikecup ringan "lo makin chubby ya, sekarang? Gue gemes"

Lalu Krist cemberut mendengar ledekan suaminya "tau ah!" Singto tertawa sambil menuntun Krist kembali duduk di depan TV.

Tangan kanannya menggenggam tangan Krist, tangan satunya lagi memegangi pinggang Krist "mau makan apa? Sorry gue nggak masak, biasanya Gun yang masak soalnya gue nggak kuat buat banyak aktifitas lagi, Gun belum pulang, pesen online aja, ya?" tawar Krist murung.

Yang lebih tua tersenyum lembut "Gue udah makan tadi di deket bandara, lo yang udah makan belum?"

Yang lebih muda kembali meraih mangkuknya dari meja dan meletakkannya diatas perut besarnya "gue lagi makanin buah, kata kak Nam kalo pengen lahiran normal badannya gak boleh gemuk-gemuk, gue harus diet. Sebulan ini nasi gue diganti kentang, kue manis gue diganti salad buah sama sayur, katanya itu lebih aman dimakan terus-terusan" Singto mengangguk mendengar penjelasan Krist yang bersandar pada dadanya, tangan mereka berdua mengelus perut Krist lembut. Nyaman dan hangat.

"auch!" Krist merasakan bayinya bergerak.

"kenapa, dek? ada yang sakit?" Tanya Singto panik.

Krist terkikik senang "enggak, cuma ini dedenya nendang, mau ngobrol sama ayahnya mungkin"

Singto meraba perut Krist, Krist terperenjat karena bayinya menendang cukup keras, sepertinya senang akan kehadiran sang ayah.

"lo cuti berapa lama?" tanya Krist sambil memakan salad yang baru ia isi lagi selagi menunggu Singto mandi.

Singto menjawab namun tak mengalihkan atensinya pada perut Krist "sebulan lebih dikit, gue nggak begitu banyak ngambil kelas, sih. Jadi agak nyantai, paling nanti tugas-tugas dikirim lewat e-mail"

Singto menelisik pakaian Krist dari atas ke bawah "selama hamil, lo pake kolor mulu, ya?" Tanyanya khawatir.

Krist mengangguk "cuma ini yang nyaman, kalo pake trening kaya biasanya perut gue nggak nyaman"

Singto mengusap-usap perut Krist lembut "se-nggak nyaman apa lo selama ini?"

Krist menghela nafas "punggung gue sering sakit, gue susah gerak, tidur gue nggak nyenyak, lebih sering kencing kalo malem" Krist menumpahkan semua keluhannya pada sang suami, berpikir ini waktu yang tepat untuk menumpahkan segalanya.

Singto memandang Krist sendu "sorry, gue baru bisa manjain lo sekarang, harusnya gue tunda pergi kuliahnya dan jagain lo"

Krist tersenyum lembut "ini belum telat, kok! gue masih bisa ngerasain dimanja, bakal dipijet kakinya tiap malem, dielusin perutnya tiap nggak nyaman" Singto hanya mengangguk dengan rasa bersalahnya pada Krist.

"oh iya, kemaren kata kak Nam gue bisa ngasih ASI ke dede sendiri, sekarang udah keluar, loh!" cerita Krist semangat.

"oh, ya? keren dong!"

"iya, lo mau bantuin gue?"

"apa?"

"nyusu di gue, kata kak Nam harus dipompa terus biar keluar lancar, dan gue lupa beli pompa asi-nya" pinta Krist memelas.

Krist menyingkap kaos longgarnya "dada gue nyeri banget sekarang, tolong, please!"

Singto termangu, dada Krist lebih berisi daripada terakhir kali dilihatnya, putingnya juga agak membesar. Kini basah oleh cairan berwarna putih.

"gimana caranya? Gue ga tau" Singto mendadak bodoh.

Krist mendengus "lo isep aja dada gue, lo minum airnya"

Singto mengangguk, kemudian mendekatkan mulutnya pada dada Krist "sshh..." rintih Krist saat Singto memulai hisapannya.

Dan benar, beberapa hisapan ada cairan yang keluar, cairan itu ditelan Singto, bergantian sampai nyeri Krist mulai reda.

"udah mendingan?" Singto mengelap dada Krist dengan tisu basah.

Si manis mengangguk "udah, makasih" Krist memakai pakaiannya lagi.

"sekarang istirahat, deh, yuk"

❤❤❤

Hari ini, Krist akan melakukan check up terakhir sebelum melahirkan, Krist sangat semangat karena Singto menemani dirinya kali ini.

"dede sehat, kepalanya udah dibawah, perkiraan minggu depan kamu melahirkan" seperti biasa, Krist hanya menanyakan kesehatan bayinya.

"bener nih gak mau liat kelamin si dede?" tanya Nam, serempak keduanya menggeleng.

"ada kejutan yang lain juga loh..." Nam tersenyum menggoda.

"kakk... kan udah dibilang, yang baik-baik disimpen kak Nam aja" rengek Krist manja.

"Hahahah okeoke, yaudah kalo itu mau kamu" balas Nam tertawa ringan seraya membereskan peralatannya.

Atas permintaan Krist dan neneknya serta kesepakatan bersama, tidak ada perawat atau asisten apapun itu yang menemani Nam ketika memeriksa Krist. Demi keamanan karena sampai saat ini berita kehamilan Krist hanya sampai di telinga para tetangga dan keluarganya saja.

"oh iya, Krist mulai sekarang banyakin jalan-nya, ya? Biar lancar persalinannya nanti. Kalo perut kamu tiba-tiba sakit, coba rilex, itu kontraksi palsu dan itu normal" Krist dan Singto mengangguk.

"Awalnya sebentar dan gak teratur, lama-lama nanti jarak antara kontraksi pertama sama kontraksi selanjutnya deket-deket, kalo udah begitudan sakit banget langsung kasih tau kakak, ya!" Lanjut Nam.






Pendek dulu yaa, habis ini yang panjang

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Where stories live. Discover now