09-Gundah

1.9K 178 6
                                    

Singto terjungkal ke belakang dari tempat duduk panjang yang tidak diberi papan untuk bersandar. Sekali lagi, pasangan yang bukan pasangan tersebut menarik perhatian khalayak ramai.

"duh! Bisa pelan-pelan aja gak sih?! Sakit tau!" gerutu Singto sambil berusaha bangkit dibantu Krist dan satu orang yang sebelumnya duduk di sebelah Singto.

Krist terkikik sambil membantu Singto "hehe sorry, abisnya gue udah manggilin lo biasa aja dari tadi lo-nya bengong, gue terpaksa teriakin lo, deh hehe" ucapnya kikuk.

Remaja Ruangroj itu akhirnya menghela napas "hh..yaudah, mainnya udah selesai?" tanyanya lagi.

Kemudian remaja satunya menggeleng lucu dan menyerahkan panahannya "tolong, satu kesempatan lagi, gue pengen banget hadiahnya" mohon Krist.

Singto menggeleng, menatap horor pada panahan tersebut "gak! Gue gak bisa!" tolaknya, namun Krist malah mempoutkan bibirnya, hampir menangis.

"turutin aja mas, pacarnya, daripada ngambek nanti bahaya" saran penjaga stand permainan tersebut.

"yaudah sini" akhirnya Krist kembali sumringah "yeay!"

Pada akhirnya, Krist tetap saja murung karena Singto hanya berhasil mendapatkan sebuah boneka kura-kura yang pas masuk kedalam pelukkan Krist.

"ya maap, kan gue emang gak bisa" lirih Singto tak ikhlas, sama murungnya dengan Krist yang tak kunjung membuka suara.

"astaga Krist, cuma voucher nonton di theater seni, besok gue anterin, deh!" bujuk Singto.

Namun bujukan Singto hanya dianggap angin oleh Krist.

"Krist...sorry"

"ya, gapapa, udah yok balik" ketus Krist kemudian berlalu mendahului Singto menuju parkiran yang audah di depan mata, tentu saja sambil memeluk erat bonekanya.

Singto menatap Krist heran "ngambek iya, bonekanya dipelukin juga" gerutunya "eh? Kenapa gue jadi ikut pusing, sih? Harusnya kan gue bodo amat? Tau, ah!"

"Singto! Ayok balik!" pekik Krist yang sudah duduk manis di motor Joss.

⛅⛅⛅

"Krist, ke rumah sakit aja ya? badan lo masih anget, lo masih belum bisa ngapa ngapain juga kan?" bujuk Singto lembut.

Sejak pagi, tubuh Krist sangat lemas tak mampu hanya untuk sekedar bangun dan duduk bersandar. Bahkan hingga sore tubuhnya belum membaik.

tok tok tok

"nenek boleh masuk?" izin nenek Singto "masuk aja nek" Singto meletakkan mangkuk bubur kacang hijau Krist di nakas.

Nenek Singto kemudian mendudukan dirinya si sebelah perut Krist "dari pagi gak ada perubahan, ke rumah sakit aja, ya!" bujuk nenek Singto khawatir, namun Krist tetap menggeleng lemah.

Nenek Singto menghela napas "yaudah, kamu habisin buburnya, habis itu tidur, ya? nanti kalo bangun masih lemes juga jangan nolak kalau kamu nenek bawa ke rumah sakit" final nenek, Krist pun hanya mengangguk saja "iya, nek"

"tuh dengerin" celetuk Singto.

"hush! Ngomong'e kok gitu! Suami-mu, lho ini!" tegur nenek "eh, nenek kamu udah dikabarin, Sing?" tanya nenek Singto yang dibalas gelengan kepala "yaudah, nenek keluar ya" Krist mengangguk.

Singto memandang sendu Krist yang terpejam lelah, kelopak matanya juga memerah, mungkin akibat suhu tubuhnya yang memanas.

"lo kenapa sih? Badan lo panas banget tapi gak mau dibawa rumah sakit"

Sorot mata Singto terlihat sendu, entah mengapa remaja 16 tahun itu begitu khawatir dengan remaja di hadapannya.

Padahal mereka baru saja dekat dan bicara beberapa hari terakhir, namun Singto merasa jika ia memiliki hal lain dengan remaja yang ia nikahi minggu lalu.

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu