36-Tantangan Pertama

1.2K 127 61
                                    

Siang ini Singto dan Krist ikut bersama Baifern dan Mario karena Natcha dan Arthit harus digendong sepanjang perjalanan dan juga bawaan untuk si kembar tidak sedikit.

Kata Mario, acara bulanan di tempat neneknya jatuh pada hari ini, jadi sekalian saja berangkat bersama.

Krist terus memandangi jalanan di sampingnya sambil terus mempuk-puk Nat yang memandangi wajah bundanya yang murung.

"jangan murung ah, kasian Nat ngeliatin terus bundanya" Singto menepis jarak keduanya dengan gerakannya yang terbatas karena Arthit tertidur dipangkuannya.

Krist menoleh kearah Singto kemudian netra keduanya bertabrakan, terpancar kesedihan dari mata indah Krist.

"tahun depan gue balik kok, gue usahain cepet lulus, jangan sedih lagi" Singto mengecup kedua mata Krist yang mulai meneteskan air matanya. Krist mengangguk sambil tersenyum dengan matanya yang basah.

Natcha merengek dipangkuan Krist "tuh kan Nat ikutan sedih" goda Singto, sedangkan Krist segera menimang putrinya "iya Nat, bunda disini" Krist mengusak surai Natcha lembut.

Tidak munafik, Singto juga ingin menangis seperti Krist, dirinya masih ingin bersama anak istrinya. Masih ingin terbangun jam dua pagi karena kedua anak mereka terbangun, berjemur bersama di teras rumah saat pagi, memakaikan baju untuk Natcha maupun Arthit setelah mandi, memandangi wajah istrinya tertidur, menciumi wangi khas bayi dari tubuh anak istrinya, dan masih banyak lagi hal yang biasa mereka lakukan bersama. Dua bulan begitu cepat, Singto tidak ingin kemana-mana!

Melihat kedua adiknya, Mario dan Fern juga merasakan atmosfernya dan akhirnya memilih diam. Keempatnya larut dalam keheningan sampai di rumah nenek mereka.

"Sing, Krist, udah sampe" ucap Mario kemudian turun untuk mengambil barang si kembar, Fern juga hendak membantu tapi ditahan Singto.

"kak, tolong gendong Oon aja, biar Sing yang turunin barang" Singto memindahkan Arhtit yang masih lelap kepada Fern.

Kemudian Singto beralih pada Krist "jangan sedih, ya? nanti ibu sama nenek khawatir" Singto mengecup bibir Krist ringan "ada anak kecil!" Peringat Krist kemudian turun dari mobil dengan wajah yang memerah.

"cucu oma datang, sini sama oma yuk, boleh nggak bunda?" ibu Singto menyambut Si kembar.

Krist mengangguk kemudian menyerahkan Natcha ke gendongan sang oma dengan hati-hati.

"udah makan siang belum sayang?" ibu Singto mengecup rambut Krist seperti biasanya jika Krist berkunjung "belum, bu.. soalnya Singto pengen makan masakan ibu" celetuk Singto.

Ibu Singto tersenyum dan mengusap surai Krist "nah, kalo gitu kalian makan deh Nat sama Oon biar sama oma sama Fern, ayok" Krist mengekori sang mertua ke meja makan.

"Fern udah makan?" yang ditanya mengangguk sambil membenarkan posisinya menggendong Arthit "Oon nya biar sama Fern, ya? Kalian makan dulu" kemudian Fern pamit untuk menimang Arthit.

"nenek dimana, bu?" Singto bertanya setelah meletakkan barangnya dikamar "nenek siapa?" Sahut nenek yang berdiri di sebelah Singto.

"neneknya Singto lah, nenek siapa lagi?" Singto memeluk neneknya manja "Singto siapa, ya? cucu saya nggak ada yang namanya Singto, adanya Krist" nenek membercandai Singto "nenek..." rengek Singto memelas.

"malu sama anak, udah gendong anak juga masih aja manja, dasar kamu" nenek menjewer telinga Singto gemas.

Setelah makan Siang yang dijeda dengan tangisan Arthit karena haus, Krist dan Singto memutuskan untuk tidur siang karena memang keduanya butuh tidur setelah seminggu lebih kekurangan waktu tidur. Natcha dan Arthit dipasrahkan kepada Fern dan ibu Singto.

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Where stories live. Discover now