23-My First Time

2.1K 155 13
                                    

"Sing, tawaran nenek gimana?"

Kegiatannya mengambil piring terhenti, kemudian Singto menatap lesu punggung Krist yang sedang menata makanan di meja.

Singto menghela napas berat lalu kembali mengerjakan tugasnya "gue pusing, gue nggak mau jauh-jauh dari lo, apalagi kita udah keterima di UI, kan?" Di berikannya dua buah piring berisi sendok di atasnya pada Krist sambil berujar.

"Makasih" Krist tersenyum kecil menerima bantuan dari suaminya, kemudian keduanya duduk berhadapan.

Si manis lalu mengambil satu piring dan mengisinya dengan satu centong nasi dan lauk beserta sayur masakannya "gue pikir, gak ada salahnya nyoba, itu impian lo juga kan bisa terbang ke China?" Singto baru ingat, dirinya pernah bercerita kepada Krist tentang keinginannya dulu untuk menuntut ilmu di negeri tirai bambu tersebut.

"dengan ninggalin lo disini sendiri? Hell no!" Singto kemudian menyuap makanannya lahap.

"cuma empat tahun, Sing! abis itu udah"

"tapi dek, empat tahun nggak sebentar, ibaratkan manusia dia udah masuk playgroup, kan?"

"emang lo empat tahun kuliah gak dapet libur? atau lo gak punya duit buat tiket pesawat? lo bisa tiap tahun balik ke Indo kali"

"teknologi sekarang juga udah canggih, bisa video call kan, kita?" Lanjut Krist melembutkan suaranya, berusaha untuk tidak menambah panas suasana.

"tapi dek.."

Tangan Singto yang menganggur di atas meja digenggam Krist, netranya memelas, ada sirat kelembutan juga yang menenangkan lawan bicaranya "turutin sekali lagi nenek lo, please? Lo sayang kan sama nenek lo?"

Singto diam, ia masih berusaha mencerna kata-kata Krist.

"lo gimana?" Pemuda Ruangroj itu melepas tangan Krist lalu melahap suapan terakhirnya.

Krist tersenyum lembut "gue bisa balik ke rumah sementara, kalo gue mau, ada New bisa nemenin gue, ada teh Alice sama a'Arm, kak Fern kan bulan depan juga pindah ke perumahan yang sama sama teteh, banyak kan yang nemenin gue?"

Singto berpikir sejenak sambil menenggak air putih yang terasa berat untuk ditelan.

"oke, gue ambil" Krist tersenyum lega.

"Tapi... kalo gue denger lo kenapa-napa disini, gue gak akan segan buat pindah kampus ke Indo" Krist menghembuskan nafas lega dan mengangguk.

"deal!"

❤❤❤

Singto sedang duduk meleseh di depan tv, membaur bersama laporan keuangan kafenya, dia mengurus bagian itu. Dirinya merasa sangat mengantuk, jadi dia memutuskan untuk membuat kopi.

"Sing, kopi lo"

Belum sempat ia memindahkan bokongnya, telah ada Krist yang telah meletakan secangkir kopi di sebelahnya.

Yang lebih tua tersenyum "makasih, Kr...ist?" Singto menganga begitu menoleh melihat Krist. Kantuknya lenyap entah kemana, padagal kopinya belum ia sentuh.

"iya? kenapa?" Krist bersikap biasa saja dan duduk menonton tayangan serial komedi di layar kaca, padahal dirinya sangat gugup dan takut saat Singto memandanginya intens.

Singto menelan ludahnya berat "l-lo... gapapa, kan?" tanyanya terbata.

Krist tersenyum polos "gapapa kok, emang gue kenapa?"

"baju.. lo..."

Bagaimana Singto tidak terpaku? Krist hanya menggunakan kemeja putih kebesaran dengan bawahan boxer hitam yang bisa dibilang ketat. Tiga kancing teratas kemeja yang dibuka menampilkan dada mulus nan putih Krist yang padat berisi, apalagi saat menunduk, perutnya akan terlihat. Jujur Krist pun ragu memakainya, ini pemberian New sebenarnya.

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Where stories live. Discover now